Liputan6.com, Jakarta - Sepak terjang produsen jamu di Indonesia telah memulai jejaknya puluhan tahun silam, salah satu di antaranya adalah Sido Muncul. Semua bermula dari usaha sebagai pemilik pemerah susu terbesar bernama Melkrey di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Dikutip dari laman Sido Muncul, Senin, 3 April 2023, momentum itu menjadi titik awal perjalanan usaha pasangan suami istri Siem Thiam Hie (28 Januari 1897--12 April 1976) dan Rakhmat Sulistio (13 Agustus 1897--14 Februari 1983). Pada 1930, pasangan ini merintis toko roti dengan nama Roti Muncul.
Baca Juga
Di tahun yang sama, Rakhmat Sulistio mulai meracik jamu masuk angin yang kini dikenal dengan nama Tolak Angin. Berlanjut pada 1935, berbekal kemahiran Rakhmat (Go Djing Nio) dalam mengolah jamu dan rempah-rempah, pasangan ini memutuskan membuka usaha jamu di Yogyakarta.
Advertisement
Tolak Angin dalam bentuk godokan mulai dipasarkan pada 1940. Lalu pada 1951, pasangan ini endirikan perusahaan sederhana dengan nama Sido Muncul. Itu bermakna "Impian yang Terwujud" di Jalan Mlaten Trenggulun, Semarang.
Pada 1975, dibentuk Perseroan Terbatas dengan nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul yang sebelumnya berbentuk CV pada 1970. Kemudian pada 1997, Sido Muncul membangun pabrik jamu modern dengan luas 30 hektar di Klepu, Kecamatan Bergas, Ungaran.
Pembangunan pabrik ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada 21 Agustus 1997. Pada 2000, Sido Muncul meresmikan pabrik baru pada 11 November 2000.
Perjalanan Sido Muncul
Peresmian dilakukan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia kala itu, Achmad Sujudi. Pada saat bersamaan, Sido Muncul menerima dua sertifikat yang setara dengan farmasi, yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Pada 2004, Sido Muncul memproduksi lebih dari 250 jenis produk. Produk unggulan mereka adalah Tolak Angin, Tolak Linu, Kuku Bima Energi, Alang Sari Plus, Kopi Jahe Sido Muncul, Kuku Bima Kopi Ginseng, Susu Jahe, Jamu Komplit, dan Kunyit Asam.
Di 2013, Sido Muncul memiliki 109 distributor di seluruh Indonesia. Berbagai produk unggulan Sido Muncul juga telah di ekspor ke beberapa negara Asia Tenggara.
Pada 18 Desember 2013, Sido Muncul secara resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten "SIDO". Kemudian di 2019, Sido Muncul memperoleh sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia untuk 274 produk. Sertifikat yang diterima pada 6 Maret 2019 ini terbagi dalam empat jenis produk, yaitu Jamu, Suplemen dan Bahan Suplemen, Minuman dan Bahan Minuman serta permen.
Advertisement
Visi dan Misi
Visi
Menjadi perusahaan farmasi, obat tradisional, makanan minuman kesehatan, kosmetik dan pengolahan bahan herbal yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.
Misi
- Mengembangkan produk-produk berbahan baku herbal dalam bentuk sediaan farmasi, obat tradisional, makanan minuman kesehatan, dan kosmetik berdasarkan penelitian yang rasional, aman, dan jujur.
- Mengembangkan penelitian obat-obat herbal secara berkesinambungan.
- Membantu dan mendorong pemerintah, institusi pendidikan, dunia kedokteran agar lebih berperan dalam penelitian dan pengembangan obat dan pengobatan herbal.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentangpentingnya membina kesehatan melalui pola hidup sehat, pemakaian bahan- bahan alami, dan pengobatan secara naturopathy.
- Melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) yang intensif.
- Mengelola perusahaan yang berorientasi ramah lingkungan.
- Menjadi perusahaan obat herbal yang mendunia.
Kebijakan Keberlanjutan
"Sebagai perusahaan jamu herbal terkemuka di Indonesia, Sido Muncul terus berupaya untuk menyediakan produk - produk bermutu yang menyehatkan bagi konsumen dan masyarakat secara luas. Sejalan dengan visi Sido Muncul untuk menjadi perusahaan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, kami percaya bahwa menjaga keberlanjutan bisnis sama pentingnya dengan menjaga kelestarian lingkungan dan bertumbuh selaras bersama masyarakat untuk masa depan yang lebih baik. Komitmen kami terhadap keberlanjutan tertuang dalam Kebijakan Sido Selaras yang menjadi panduan bagi Sido Muncul untuk mengintegrasikan keberlanjutan sebagai bagian inti dari seluruh kegiatan operasional. Melalui kebijakan ini, kami juga mendorong para pemasok dan mitra bisnis untuk ikut menerapkan keberlanjutan sebagai bagian dari operasional bisnis mereka dan bekerjasama untuk mewujudkan rantai pasok yang terintegrasi dan berkelanjutan," bunyi keterangan di laman resmi.
Agrowisata
Keberadaan Agrowisata PT. Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk bertujuan untuk mengoleksi tanaman obat dan pelestarian plasma nutfah terutama diprioritaskan pada tanaman-tanaman langka atau yang hampir punah. Sebagian besar koleksinya terdiri dari tanaman obat untuk bahan jamu yang dipergunakan oleh para industri dan yang lainnya masih dieksplorasi dari alam.
Pada 1999 dirintis pembukaan kawasan khusus untuk lokasi koleksi tanaman obat yang akhirnya didesain seartistik mungkin dan menarik untuk dilihat dan dikunjungi. Secara resmi tempat tersebut dijadikan obyek agrowisata khusus koleksi tanaman obat yang dirancang terpadu, antara koleksi tanaman obat dengan desain taman serta infrastruktur lainnya.
Agrowisata tanaman obat di kawasan Pabrik Sido Muncul, Jl. Soekarno Hatta, Desa Diwak, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menempati lahan seluas 3 hektare, dengan topografi tanah landai, ketinggian tempat 440 meter dari permukaan laut. Dalam area agrowisata ini terdapat sekitar 400 spesies tanaman termasuk tanaman introduksi dari luar negeri antara lain Echinacea Purpurea, Tribulus Terrestris, Mintha Piperita dan Sylibum Marianum.
Di dalam area ini juga terdapat 154 ekor satwa dari 52 spesies, seperti:
- Harimau Sumatra dan Siberia
- Reptil seperti buaya dan ular
- Kelompok kera (OwaJawa, Lutung Kelabu, Si Amang, Kera Jawa)
- Orang Utan KalimantanKasuari, Merak, Burung Kakaktua, Elang
- Kuda
- Ikan Arapaima
Sejak tahun 2011 telah mendapatkan izin sebagai Lembaga Konservasi (LK) dari Kementerian Kehutanan (LHK) RI dalam bentuk satwa. Agrowisata sebagai kawasan wisata dan dikunjungi masyarakat dengan rata-rata kunjungan 5000 orang wisatawan per bulan, tanpa dikenakan biaya sebagai upaya bagian daripada kegiatan CSR untuk memberikan edukasi bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Advertisement