Sukses

Psikolog: Karakteristik Pola Asuh Anak oleh Orangtua Milenial, Lebih Bebas dan Terbuka

Orangtua milenial atau ‘parenials’ punya ciri khasnya sendiri dalam mengasuh anak yang mengikuti perkembangan teknologi dan pola asuh yang beradaptasi.

Liputan6.com, Jakarta - Generasi milenial kini telah menjadi orangtua muda yang akan membentuk perilaku generasi di masa depan. Perubahan sosial yang tidak dialami oleh generasi sebelumnya mengakibatkan banyaknya anak yang tumbuh di keluarga dengan kedua orangtua yang bekerja, dan menjadi orangtua kini tampak menjadi sebuah pilihan dan bukan kewajiban.

Dengan rentang usia rata-rata 24-39 tahun, orangtua milenial atau dikenal  dengan ‘perennials’ punya ciri khasnya sendiri dalam mengasuh anak yang mengikuti perkembangan teknologi dan pola asuh anak yang beradaptasi. 

Dalam konferensi pers yang digelar Premium Nanny pada Kamis, 6 April 2023 di Jakarta Selatan, psikolog Budi Santoso Wasito, S.Psi., M.P.Si selaku Senior Coach Premium Nanny mengungkapkan beberapa karakteristik pola asuh orangtua milenial. Berikut enam karakteristiknya sebagaimana dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Mementingkan Work-Life Balance

Pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangat disoroti orangtua milenial. “Mereka orang-orang yang sudah mulai menghargai hidup harus seimbang, work-life balance. Kalau stres, healing,” ujar Budi Santoso.

Work-life balance menjadi hal yang sangat dihargai karena mereka menyadari bahwa kebahagiaan dan kesehatan mental lebih penting daripada kesuksesan. Mereka juga menanamkan nilai ini kepada anak-anaknya, dengan lebih banyak menghabiskan waktu melakukan kegiatan yang seru bersama anak. 

Valentina Maya Sari selaku CEO & Founder Premium Nanny mengutarakan bahwa orangtua juga merasa perlu waktu untuk fokus dengan dirinya di samping menjadi orangtua. “Mereka juga sadar parents harus punya self-love, mereka perlu me-time, quality time dengan teman-temannya,” ujarnya.

Ia melanjutkan, “Makanya di Jakarta banyak kumpulan sosialita, ibu-ibu yang olahraga sama suami, senam aerobik, atau yoga.” Orangtua juga punya keinginan membangun jejaring virtual dengan bergabung ke beberapa grup di media sosial atau WhatsApp (WA).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Memprioritaskan Keluarga

Orangtua milenial semakin memprioritaskan keluarga mereka. Mereka sadar bahwa waktu bersama keluarga adalah hal yang sangat berharga. Maka dari itu, mereka berusaha menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka dengan berbagai kegiatan, seperti pergi ke tempat wisata atau sekedar berkumpul di rumah. 

Parents sekarang kalau weekend, mainnya ke Puncak, Bogor,” ujar Budi. Rencana liburannya juga terkadang sudah disiapkan dan dijadwalkan jauh-jauh hari. “Kami sudah tahu, orangtua sekarang sudah punya rencana, ‘Oke Idul Fitri ini kita liburan ke Bali’”, tambahnya. 

Orangtua milenial juga sering kali merencanakan liburan dengan tujuan utama untuk mendapatkan konten yang menarik untuk diunggah di media sosial. “Millenial parents pengen apa-apa posting. Mereka ini oversharing,” jelas Valentina. Namun, hal ini tidak mengurangi keinginan mereka untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

3. Memanjakan Anak dengan Barang Mewah

Perubahan gaya hidup dan budaya konsumsi pada generasi milenial mempengaruhi pola belanja orangtua dalam membeli barang-barang untuk anak mereka. Saat ini, lebih banyak orangtua yang memanjakan anak mereka dengan membeli barang yang berkualitas dan bermerek.

“Yang ketiga change in spending. Para parents sekarang mereka berani membelikan barang untuk anaknya dan mereka upload. Berarti mereka sadar merek,” ujar Budi. Ia menambahkan, “Kalau dulu, jalan-jalan pake baju, sepatu yaudah tidak diperhatikan. Tapi sekarang kita jalan-jalan, pasti dilihat bajunya merek apa?” 

Meskipun ini dapat menimbulkan tekanan finansial pada beberapa keluarga, namun bagi sebagian orangtua, membeli barang berkualitas dan bermerek untuk anak-anak adalah bagian dari kebahagiaan mereka. Mereka kerap memberikan hadiah seperti laptop atau ponsel baru  untuk anaknya ketika berulang tahun, misalnya. 

3 dari 4 halaman

4. Mengasuh Anak Menjadi Tanggung Jawab Bersama

Orangtua milennial saat ini semakin menyadari pentingnya keterlibatan suami dan istri dalam mengurus anak. Sebelumnya, tugas mengurus anak sepenuhnya menjadi tanggung jawab istri, sementara suami hanya fokus pada pekerjaannya. Namun kini, pandangan tersebut berubah. 

Berdasarkan sebuah survei, 50 persen ayah milenial kurang memerhatikan pekerjaan jika dibandingkan Generasi X, dalam artian kini memberikan lebih banyak waktu untuk mengurus anak. “Pulang kerja, masih bisa ajak main anak, gantiin baju anaknya. Sekarang sudah mulai bermunculan. Mereka sadar harus berperan. Bahwa papa dan mama itu partner, enggak didoktrin papa nyari duit, mama ngurus anak,” ujar Valentina.

Ia juga berpendapat para perempuan, termasuk yang lulusan S2 pun, juga tidak masalah jika harus mundur selangkah dari kariernya untuk fokus mendidik anak. “Karena mereka pikir, mendidik anak sama pentingnya dengan karier mereka.”

5. Memberikan Kebebasan pada Anak

Orangtua milenial saat ini cenderung lebih terbuka dan membebaskan pilihan anak dalam menjalani kehidupannya. Hal ini terlihat dari survei yang menunjukkan bahwa sebanyak 89 persen orangtua memberikan kebebasan pada anak untuk menentukan apa yang mereka ingin lakukan.

“Zaman dulu mereka dididik secara helicopter parenting, komunikasinya hanya satu arah. Anak enggak dikasih suara.” kata Valenting. Jika dulu anak-anak harus selalu menurut orangtuanya, kini kondisi tersebut telah berubah. 

 "Orangtua gak lagi bersikap otoriter, karena anaknya nanti larinya bisa ke drugs dan pergaulan bebas," kata Valentina. 

Lebih dari separuh orangtua milenial (57 persen) juga menyadari bahwa sekolah tidak selalu menjamin masa depan dan setiap anak memiliki talenta yang berbeda, bahkan jika mereka tidak bersekolah. Kurikulum sekolah saat ini juga lebih terspesialisasi dengan memfokuskan pada kekuatan dan talenta anak, khususnya pada sekolah internasional. 

"Kalo dulu pokoknya mama maunya nilai matematika kamu bagus, biologi bagus. Gak peduli senengnya yang mana. Kalo di sekolah internasional gak seperti itu. Mereka akan fokus ke anak itu punya talenta di bidang mana. Mereka very specialized,” jelas Valentina. 

4 dari 4 halaman

6. Komunikasi yang Terbuka Bahkan Saat Masa Sulit

Orangtua milenial mempraktikkan prinsip "good enough parents" yang berarti memberikan yang terbaik namun tidak perfeksionis. Valentina mengungkapkan, “Jadi ketika mereka sebagai orangtua merasa lemah, merasakan kesedihan, mereka sudah berani sharing dengan anak-anaknya.” Dalam hal ini, mereka berusaha menciptakan kedekatan emosional dengan anak-anaknya.

Di zaman dulu, orangtua cenderung menunjukkan kesan kuat dan tidak ingin menunjukkan kesedihan mereka di depan anak. “Semuanya dipikir sendiri, dipendem dalam hati, terus ujungnya depression, anak dibentak akhirnya. Kasih pengertian dong. Sekarang mereka sudah mengerti itu. Ketika ada masalah dengan dirinya sendiri, mereka cerita ke anak,” ujar Valentina. 

Orangtua milenial juga tidak ragu untuk mengajak anak-anak mereka memahami masalah rumah tangga seperti perceraian dengan bantuan psikolog anak. Mereka mencoba memberikan penjelasan yang tepat dan memperlakukan anak-anak mereka sebagai individu yang bisa memahami situasi yang terjadi.

Dengan pola pengasuhan yang sudah berubah, orangtua milenial juga butuh pengasuh anak atau nanny milenial. Dengan tren kebutuhan pengasuh anak yang semakin meningkat seiring banyaknya kedua orangtua yang bekerja, maka pengasuh anak harus juga menguasai beberapa keterampilan. 

Premium Nanny, agen penyalur pengasuh anak di bawah PT. Val Konsultan Indonesia tau dikenal dengan nama Val The Consultant, hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut. Para pengasuh anak dibekali dengan beberapa keterampilan yang disebut dalam kerangka Nanny Professional Development Center. Selama enam bulan, para pengasuh anak belajar mengenai etos kerja, perkembangan anak, makanan dan kebersihan, manajemen waktu, menguasai penggunaan teknologi, hingga bahasa Inggris.

Selain itu, bagaimana para nanny mendidik anak juga dapat disesuaikan dengan keinginan klien. “Setiap keluarga punya value sehingga nanny bisa dicustomize, disesuaikan dengan maunya majikan apa,” jelas Vantina. “Nanny juga bisa tukar pikiran. Ada evaluasi setiap akhir bulan untuk mengontrol apakah cara asuhnya efektif, jadi nanny ditempatkan sebagai partner, bukan disuruh-suruh aja,” tambahnya. 

Telah berdiri di Indonesia selama 11 tahun, tahun ini Premium Nanny kini siap melebarkan sayapnya. Tidak hanya ada di Jakarta, Surabaya, dan Medan saja, namun tahun ini Premium Nanny akan hadir ke Singapura. Ekonomi Singapura yang maju telah menyebabkan peningkatan permintaan akan layanan pengasuhan anak berkualitas tinggi, termasuk pengasuh anak, guru les privat, terapis, dan penyedia daycare

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini