Liputan6.com, Jakarta - Salah satu destinasi wisata religi di Solo adalah Masjid Raya Sheikh Zayed. Masjid yang diresmikan pada 14 November 2022 lalu oleh Presiden Joko Widodo bersama Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Al Nahyan ini merupakan simbol persahabatan antara Indonesia dengan Uni Emirat Arab (UEA).
Masjid yang dibangun oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk. ini memiliki ornamen bangunan khas Timur Tengah yang dipadukan dengan sentuhan budaya asli Indonesia. Pengerjaan masjid ini membutuhkan waktu kurang lebih 19 bulan, tepatnya dimulai pada 27 Mei 2021 hingga 31 Oktober 2022.
Baca Juga
Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk., Destiawan Soewardjono mengungkapkan bahwa masjid ini memiliki dua lantai dan mampu menampung 4 ribu jamaah di bangunan intinya. Ia juga mengatakan bahwa secara keseluruhan masjid ini bisa menampung 10 ribu jamaah.
Advertisement
"Masjid ini juga dilengkapi dengan perpustakaan yang berisikan buku-buku agama Islam. Ada pula tempat wudhu bagi pria dan wanita, lalu juga penyandang disabilitas,” katanya.
“Ada ruang VIP, ruang laktasi, dan juga masjid ini ada taman yang cukup luas serta kolam-kolam kecil di sekelilingnya dan tentunya lahan parkir," lanjut Destiawan.
Replika dari Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi
Masjid ini terlihat seperti replika dari Masjid Sheikh Zayed yang terdapat di Abu Dhabi. Hal itu bukan tanpa alasan, pasalnya, terdapat kesamaan dari segi bentuk dan juga ornamen yang ada pada masjid ini.
Masjid Raya Sheikh Zayed Solo memiliki empat menara yang menjulang tinggi dan gagah serta tiang masjid yang dihias mosaik seperti warna emas. Arsitektur tersebut mirip dengan Masjid Agung Sheikh Zayed di Abu Dhabi yang juga memiliki empat menara dan kolom mahkota berbentuk bawang yang dihiasi dengan mosaik kaca emas.
Selain itu, arsitektur Masjid Raya Sheikh Zayed di Solo didominasi oleh warna putih dengan kubah utama dan kubah-kubah kecil yang berwarna putih. Hal itu selaras dengan Masjid Agung Sheikh Zayed di Abu Dhabi yang bergaya arsitektur Mughal dan Morris yang semuanya dihias dengan batu pualam putih.
Akan tetapi, terdapat perbedaan Masjid Sheikh Zayed di Solo dan Abu Dhabi. Destiawan mengatakan bahwa perbedaan tersebut terlihat dari luas masjid.
"Kalau di Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi itu luasnya itu 22.412 meter persegi sementara di Solo luasnya itu 8.400 meter persegi. Kemudian di masjid ini, Waskita menunjukkan ciri khas Indonesia khususnya Kota Solo, karena terdapat ukiran-ukiran batik Kawung khas Solo. Karpet pun kami menggunakan karpet dari dalam negeri," jelasnya.
Advertisement
Sebarkan Inklusivitas
Masjid Raya Sheikh Zayed Solo sangat memperlihatkan dan menyebarkan aspek inklusivitas. Pasalnya, masjid ini tidak hanya dikhususkan untuk umat Islam Indonesia semata yang ingin beribadah di sini, namun juga terbuka untuk semua agama yang ingin lebih mengenal Islam dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW.
"Masjid digunakan sebagai tempat sarana dan prasarana dalam menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam serta memberikan kesempatan bagi pengunjung yang bukan saja dari umat Muslim namun juga semua agama untuk bisa lebih mengenal apa itu Islam dan bagaimana ajaran dari Nabi Muhammad SAW," jelas Destiawan.
Presiden Joko Widodo pun memberikan apresiasi atas dibangunnya masjid ini. Dirinya sangat senang dengan hasil yang terlihat dari masjid ini, pasalnya pengerjaannya mendekati sempurna karena cukup mirip dengan yang ada di Abu Dhabi.
"Yang jelas, Waskita bersyukur bisa ditunjuk sebagai kontraktor dari pembangunan masjid ini," imbuh Destiawan.
(*)