Liputan6.com, Jakarta - Seorang penumpang pesawat mengklaim telah dikunci di dalam toilet pesawat bersama anak balitanya yang berusia 3 tahun oleh seorang pramugari. Ia menyebut si pramugari juga telah menuduhnya sebagai 'teroris.'
Yazz Giraldo, seorang ibu dua anak keturunan Timur Tengah dan Latin, mengaku trauma akibat insiden tersebut. Ia yakin telah menjadi target rasisme karena ia dan suaminya, Ali Moghaddam, berbicara bahasa Farsi pada dua balita mereka.
Baca Juga
Top 3 Berita Hari Ini: Emak-Emak Paksa Penumpang Tukar Kursi Pesawat dengan Anaknya, Niat Mempermalukan Berujung Dipermalukan
Emak-Emak Paksa Penumpang Tukar Kursi Pesawat dengan Anaknya, Niat Mempermalukan Berujung Dipermalukan
Beredar Video Pramugari Bicarakan Penumpang dengan Perkataan Tidak Pantas
Drama di pesawat itu terjadi saat keluarga itu terbang dari Fort Lauderdale ke New York pada September 2022 untuk menghadiri pernikahan di Long Island. Saat di penerbangan, kedua anak Giraldo harus ke kamar mandi. Giraldo pun berusaha membawa balitanya ke toilet kelas utama yang dekat dengan posisi kursi pesawat mereka.
Advertisement
"Semuanya menggunakan itu (toilet(," ucapnya. Namun, seorang pramugari berusaha menghalanginya tanpa penjelasan saat ia melakukan hal yang sama.
Giraldo lalu mengganti popok bayinya di bagian belakang pesawat tempat suaminya duduk terpisah. Kemudian, pramugari kedua memberitahunya bahwa tidak ada larangan menggunakan kamar mandi terdekat sehingga ia membawa putranya ke toilet dimaksud. Tapi, pramugari yang sempat melarangnya tadi kembali mencoba menghentikannya, bahkan ketika balita itu hampir tak bisa lagi menahannya.
Giraldo yang terdesak langsung masuk ke toilet. "Saya menutup pintu, ketika saya di dalam kamar mandi saya mulai mendengar suara, 'tik, tik, tik,'" katanya meniru suara pintu terkunci. "Saya ketakutan. Saya sudah sangat tertekan. … Saya mulai panik, saya menggedor pintu beberapa kali dan berkata, ‘Biarkan saya keluar dari sini.'"
"Dia menghukum saya karena menantangnya," kata Giraldo (36), mantan pembawa acara televisi yang berbicara tiga bahasa, tentang pramugari, yang tidak disebutkan namanya dalam gugatan itu.
Â
Diteriaki Pramugari Sambil Dituduh Sebagai Teroris
Giraldo mengatakan dia lupa waktu di dalam kamar mandi dan menangis serta "gemetar," saat dia dibebaskan. Beberapa menit kemudian, seorang penyelia dengan keras memarahinya di depan penumpang lain, mengklaim "pilot memutuskan menempatkan pesawat di bawah peringatan serangan teroris karena Anda."
Ketika Giraldo, yang bayinya sedang tidur di dadanya, mencoba menjelaskan bahwa dia telah disesatkan tentang kamar mandi dan dikunci di dalam, petugas yang berteriak menuduhnya berbohong. "Saya langsung tahu itu rasisme. Saya langsung tahu bahwa saya didiskriminasi," katanya.
"Saya dipermalukan," sambungnya. Klaimnya itu tercatat dalam dokumen gugatan hukum atas kasus dugaan diskriminasi oleh American Airlines yang didaftarkan ke Pengadilan Federal Brooklyn.Â
Sementara, suaminya yang mantan jaksa dan pernah mengabdi selama enam tahun di FBI, tidak menyadari insiden yang dihadapi sang istri sampai polisi mengawalnya keluar begitu pesawat mendarat di New York.Â
"Saya mengabdi sekitar satu dekade dalam hidup saya untuk melayani masyarakat, melindungi masyarakat. Bergabung dengan Gugur Tugas Terorisme, menyamar, SWAT, semua itu... untuk keluarga saya dilabeli sebagai teroris dan dikawal keluar pesawat hanya karena kami ingin mengganti popok?" ucapnya kepada NY Post, dikutip Minggu (23/4/2023).Â
Advertisement
Respons Maskapai American Airlines atas Gugatan Hukum Penumpang
Petugas yang mengawal mereka akhirnya melunakkan pendekatan setelah Moghaddam meminta dibawa ke gardu FBI bandara. Petugas menyadari bahwa dia memiliki pengalaman penegakan hukum. Mereka dibebaskan 15 menit kemudian.
Pasangan yang dulu sering bepergian itu sekarang takut terbang dan mempertanyakan apakah mereka harus mengajari anak-anak mereka bahasa Farsi. Giraldo sekarang menjalani terapi, menurut pengacara mereka, Jitesh Dudani.
"Bagi saya ada istilah tertentu yang memiliki sejarah dan konotasi yang sangat negatif," kata Moghaddam.
"Kata terorisme itu unik, terutama mengingat semua pengorbanan saya… Anda tidak boleh membuangnya begitu saja."
Pihak maskapai American Airlines menanggapi gugatan itu dengan menjawab, "Amerika berusaha untuk memberikan pengalaman yang positif dan ramah kepada semua orang yang bepergian bersama kami dan kami menangani tuduhan diskriminasi dengan sangat serius."
"Kami sedang meninjau detail gugatan itu."
Kasus Terorisme di Indonesia
Sebelumnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap empat warga negara asing (WNA) asal Uzbekistan yang diduga terkait jaringan terorisme. Keempatnya adalah BA alias JF (32), OMM alias IM (28), BKA (40), dan MR (26). "Sementara ini masih diamankan atau ditangkap, bukan ditahan," ujar Juru Bicara Densus 88, Kombes Aswin Siregar, Rabu, 5 April 2023, dikutip dari kanal News Liputan6.com.
Aswin menambahkan, saat ini Tim Densus 88 tengah berkordinasi dengan pihak Imigrasi untuk menentukan nasib empat orang tersebut. "Masih dikordinasikan dengan Imigrasi untuk proses selanjutnya," jelas dia.
Keempat WNA asal Uzbekistan diduga terlibat dalam aktivitas terorisme melalui propaganda di sosial media (sosmed) dan bagian dari organisasi teror internasional. Penangkapan tersebut dilakukan pada Jumat, 24 Maret 2023.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menjelaskan beberapa aktivitas menonjol dari WNA tersebut, terutama dilakukan oleh terduga berinisial BA alias JF yang terpantau aktif menyebarkan propaganda di berbagai platform sosial media, serta berupaya mencari orang yang memiliki pemahaman yang sama dengannya di Indonesia dalam rangka melaksanakan aksi teror.
"Barang bukti yang berhasil diamankan yaitu beberapa paspor Uzbekistan milik keempat tersangka, baik domestik maupun internasional. Kemudian satu lembar resi penerima moneygram, satu lembar kode booking pesawat, Ipad, beberapa buah handphone, dan beberapa screenshot unggahan yang bermuatan propaganda," jelas dia.
Advertisement