Sukses

Respons Produsen Mi Instan Malaysia Usai Dituding Taiwan Mengandung Zat Pemicu Kanker

Produsen mi instan asal Malaysia merespons tuduhan Taiwan bahwa produknya mengandung bahan karsinogenik atau zat pemicu kanker.

Liputan6.com, Jakarta - Departemen Kesehatan Taipei baru-baru ini merilis hasil pemeriksaan kota 2023 terhadap mi instan yang tersedia di Taipei. Mengutip CNA, Rabu (26/4/2023), ditemukan jenis mi instan yang dibuat oleh merek Asia Tenggara mengandung zat pemicu kanker.

Dalam sebuah pernyataan, departemen mengatakan menemukan bahwa sejumlah "Mie Kari Putih Ah Lai" dari Malaysia  mengandung etilen oksida, senyawa kimia yang terkait dengan limfoma dan leukemia. Departemen tersebut mengatakan bahwa pengujian mengungkapkan bahwa etilen oksida terdeteksi pada mi dan paket rasa dari produk Malaysia.

Pengecer yang tidak ditentukan dari mana sampel dikumpulkan telah diminta untuk menarik produk dari rak mereka, dan importir produk akan didenda antara 60.000 dolar Taiwan atau sekitar Rp29 juta dan 200 juta dolar Taiwan yang setara Rp97 miliar, menurut departemen tersebut. Terkait hal itu produsen mie instan di Malaysia sedang melakukan pengujian sendiri untuk memeriksa produknya setelah diklaim mengandung zat karsinogenik.

Merespons hal tersebut, seorang juru bicara "Ah Lai White Curry Noodles" mengatakan mereka telah mengirimkan sampel untuk diuji oleh laboratorium untuk memeriksa karsinogen berdasarkan klaim yang dibuat oleh Departemen Kesehatan Taipei di Taiwan. "Kami telah mengirim sampel kami ke laboratorium dan sedang menunggu hasilnya," jelas juru bicara itu.

"Sebelum ini, kami tidak pernah punya masalah atau ada yang membuat klaim seperti itu terhadap kami sejak kami mulai pada 2014," sambung juru bicara tersebut. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Klaim Malaysia tentang Kesalahan Sampel Mi Instan

Juru bicara dari produsen mi instan asal Malaysia menyambung, "Mereka (Departemen Kesehatan Taipei) belum menunjukkan kepada kami hasil atau sampel yang mereka gunakan, tapi kami pikir mereka tidak menggunakan mi instan kami."

"Ini karena ketika kami menanyakan sampel apa yang digunakan, tanggal kedaluwarsa mie tidak sesuai dengan yang kami kirim ke Taiwan tahun lalu (2022)," kata juru bicara itu saat dihubungi CNA.

Juru bicara itu mengatakan bisnis yang berbasis di Bukit Mertajam dimulai pada 2014 dan telah menjual semua jenis mi termasuk bee hoon, koey teow dan mie udang secara lokal dan internasional termasuk ke negara tetangga.

Selain menyebabkan limfoma dan leukemia, etilen oksida juga dapat menyebabkan iritasi serius pada kulit dan mata siapa pun yang bersentuhan dengan zat tersebut dan bahkan memicu cacat lahir dan keturunan. Menurut informasi di situs web Biro Zat Beracun dan Kimia di bawah Administrasi Perlindungan Lingkungan Tingkat Kabinet, etilen oksida beracun jika dikonsumsi atau dihirup.

Chen Yi-ting, yang mengepalai Divisi Makanan dan Obat-obatan Departemen Kesehatan Taipei, mengatakan inspeksi mi instan kota dilakukan dengan memilih secara acak di antaranya berupa 30 produk dari supermarket, toko serba ada, hypermarket, pasar basah tradisional, toko makanan Asia Tenggara dan importir grosir di kota. 

3 dari 4 halaman

Mi Instan Pertama di Jepang

Bagaimana dengan sejarah mie instan? Dikutip dari South China Morning Post, Selasa, 9 Agustus 2022, mi instan dibuat oleh Momofuku Ando, ​​pemilik dan pendiri perusahaan Nissin yang terkenal di Jepang pada 1958. Ando mengembangkan seluruh proses produksi, mulai dari pembuatan mi, pengukusan dan penyedap rasa, hingga pengeringan mi dalam minyak panas, sebuah proses yang sekarang dikenal sebagai flash frying, menciptakan apa yang sekarang kita kenal sebagai mi "instan" pertama.

Penemuan baru ini memiliki umur simpan yang lebih lama daripada mie beku dan dijual seharga 35 yen, dibandingkan mie segar meski dijual dengan harga lebih murah. Chikin Ramen Nissin yang siap disantap hanya dalam dua menit dengan menambahkan air mendidih, dianggap sebagai sesuatu yang baru.

Salah satu faktor ekonomi yang berdampak besar pada budaya pangan Korea, Taiwan, dan Jepang setelah Perang Dunia II adalah pasokan gandum berlebih dari Amerika Serikat. Pada 1953 dan 1954, pertanian Amerika menghasilkan panen gandum yang sangat melimpah. 

Pada tahun-tahun awal pasca-perang, surplus hasil pertanian Amerika diberikan sebagai bantuan untuk Jepang, Korea, dan Taiwan yang mengalami kekurangan makanan pokok. Ketiganya berada di bawah lingkup politik, ekonomi, dan militer Amerika Serikat.

Menurut biografi Ando, ​​pada malam musim dingin yang dingin ia menemukan antrean panjang di depan sebuah warung makan ilegal yang menjual ramen. "Wajah orang-orang yang menyeruput ramen hangat tampak bahagia. Orang Jepang sangat menyukai mie. Melihat antrean di depan kios, Ando merasa ada permintaan besar yang bersembunyi di sana," bunyi keterangan itu. Kejadian inilah yang membuat gambar ramen tercetak di benaknya.

4 dari 4 halaman

Hadirnya Mi

Dikutip dari Encyclopedia, mi berasal dari China utara selama paruh terakhir Dinasti Han (206 SM--220 M) ketika penggilingan gandum skala besar tersedia, menyediakan tepung untuk membuat mian, mein, atau mi, kata dalam bahasa Tionghoa untuk mie. Shu Hsi, salah satu orang China yang paling terpelajar, pada 300 SM menulis fu atau rhapsody pada mie dan ia merinci tentang pembuatan mie.

Selama berabad-abad, mie la mian atau mi yang ditarik dengan tangan atau diayunkan dengan tangan sangat populer. Koki menggenggam panjang adonan di antara dua tangan, meregangkannya dengan lemparan beberapa kaki, dan mengulangi lemparan dan memanjangkan hingga adonan terbagi menjadi untaian yang lebih tipis dan lebih tipis, menghasilkan mie yang lembut, halus, dan kenyal.

Pada abad-abad berikutnya, variasi pembuatan mie diperkenalkan. Pada Dinasti Tang (618--907 M), mi pertama kali dipotong-potong. Kemudian, pada Dinasti Yuan (1271--1368 M) pembuatan mie kering dimulai (Ang, hlm. 46).

Dengan perjalanan dan perdagangan, mie bermigrasi ke seluruh Asia. Mi pindah dari China ke Jepang, Korea dan Asia Tenggara. Pengaruh China pertama kali terlihat pada nama mie. Kata Cina untuk mie, mian atau mien atau mi menjadi men atau menrui di Jepang, myun di Korea, dan mee di Thailand. Bahkan, mie diyakini juga pindah dari Cina ke Eropa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini