Liputan6.com, Jakarta - Pejabat Departemen Kesehatan Masyarakat Los Angeles (LACDPH) mengatakan subvarian Covid-19 terbaru bisa menyebabkan mata merah muda setelah mengonfirmasi temuan tiga kasus baru dengan strain itu pada Kamis, 27 April 2023. Data observasi yang tercatat oleh lembaga itu menyimpulkan bahwa mereka yang terinfeksi strain yang dikenal sebagai Arcturus menunjukkan gejala konjungtivitas.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh LACDPH, "masih terlalu dini untuk mengetahui dengan pasti apakah XBB.1.16 (Arcturus) benar-benar terkait dengan tingkat konjungtivitis yang lebih tinggi, di tengah musim alergi yang sudah aktif di California Selatan."
Baca Juga
"Warga harus menyadari bahwa mata gatal, berair, atau merah mungkin merupakan tanda infeksi COVID-19 dan gejala ini tidak boleh diabaikan begitu saja, dianggap akibat serbuk sari atau alergi musiman," lanjut pernyataan tersebut. "Terutama jika seseorang yang lebih rentan terhadap penyakit parah dapat terpapar."
Advertisement
LACDPH mengatakan bahwa karena strain baru adalah versi varian Omicron – salah satu dari lebih dari 600 – vaksin yang digunakan saat ini 'sangat mungkin masih tetap melindungi dan menangkal dari risiko keparahan'. "Fakta bahwa kita melihat jenis baru, dengan kemungkinan gejala baru dan berbeda, memberi tahu kita bahwa COVID terus berkembang dan cara kita berpikir tentang perlindungan kita harus mencerminkan apa yang kita ketahui," imbuh laporan tersebut, dikutip dari NY Post, Senin (1/5/2023).
Arcturus ditemukan di India pada Januari 2023. Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang memantaunya sebagai 'variant of interest' setelah diketahui 1,2 lebih menular daripada varian Kraken sebelumnya. Varian itu sebagian besar ditemukan di Inggris pada akhir Februari 2023.
WHO Perkirakan Arcturus Akan Dominan
Menanggapi temuan itu, Kementerian Kesehatan India telah berlatih untuk melihat apakah rumah sakit siap untuk menangani masuknya pasien Covid-19 dan memperkenalkan kembali mandat penggunaan masker di tempat umum.
"Sudah beredar selama beberapa bulan. Kami belum melihat perubahan tingkat keparahan pada individu atau populasi, tetapi itulah mengapa kami memiliki sistem ini," Dr. Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis COVID-19 WHO, mengatakan selama konferensi pers.
"Sistem untuk melacak varian virus, kolaborasi global untuk menilai penularan, pelepasan kekebalan, tingkat keparahan, dan dampak dari setiap intervensi kami, termasuk diagnostik, terapi, dan vaksin."
WHO juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa Arcturus akan menjadi strain dominan di AS dalam waktu dekat. "Karena perkiraan keunggulan pertumbuhan dan karakteristik lolos dari kekebalan, XBB.1.16 dapat menyebar secara global dan berkontribusi pada peningkatan insiden kasus," WHO mengumumkan dalam laporan baru. "Namun saat ini, tidak ada sinyal awal peningkatan keparahan."
Pelacak yang dibuat oleh Rajendram Rajnarayanan, MSc, Ph.D., dari Institut Teknologi New York menunjukkan bahwa strain baru sudah mulai muncul di beberapa negara bagian, seperti California, Washington, New Jersey, New York, Virginia, dan Texas. CDC memperkirakan bahwa Arcturus bertanggung jawab atas kenaikan infeksi baru sebesar 9,6 persen pada minggu ini.
Angka tersebut meningkat hampir enam persen dari minggu lalu dan sekitar tiga persen dari minggu sebelumnya. Para ilmuwan sejak itu menyarankan bahwa mutasi lanjutan dari varian tersebut dapat mempersulit sistem kekebalan untuk melawan.
Advertisement
Kasus Covid-19 di Indonesia
Sementara itu, Kementerian Kesehatan mengimbau agar masyarakat kembali memakai masker dan menjalani hidup sehat guna mencegah penularan Covid-19, terutama pada golongan lanjut usia (lansia) dan kelompok yang belum divaksinasi COVID. Walaupun kasus COVID Indonesia menurun menjadi 1.145 pada Kamis, 20 April 2023, dari sebelumnya 1.242, angka kematian naik menjadi 13 kasus dari sebelumnya 12.
Kemenkes juga menyebut bahwa kasus aktif pada hari Kamis naik menjadi 10.881 dari sebelumnya 10.448. Sedangkan, pasien yang dirawat dalam rata-rata tujuh hari terakhir mengalami kenaikan menjadi 1.617, dari hari sebelumnya 1.573.
"Masyarakat agar aktif kembali memakai masker, terutama untuk orang yang sedang sakit (flu), orang yang kontak erat dengan orang yang sedang sakit, dan apabila kita berada di keramaian dan kerumunan. Tidak lupa jaga kesehatan untuk mencegah kasus kembali naik," kata juru bicara Kemenkes RI, dr Mohammad Syahril dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 21 April 2023.
"Kita wajib menjaga kelompok lanjut usia sebagai kelompok yang rentan tertular COVID-19 dan masuk rumah sakit," dia menambahkan.
Tambah Regime Vaksin Covid-19
Selain masker, masyarakat juga diimbau untuk meningkatkan kekebalan terhadap Covid-19 dengan vaksinasi. Masyarakat yang mendapat vaksin COVID-19 primer Pfizer kini dapat menggunakan vaksin IndoVac sebagai dosis lanjutan (booster). Penambahan regimen vaksin IndoVac untuk booster Pfizer baru-baru ini diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia.
Menurut Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril, penambahan regimen vaksin IndoVac ini demi melengkapi proteksi terhadap varian virus Corona, termasuk subvarian COVID Arcturus.
"Penambahan regimen vaksin ini dilakukan untuk memperkuat proteksi masyarakat Indonesia dari COVID-19, khususnya subvarian Arcturus," kata Syahril melalui pernyataan resmi pada Jumat, 28 April 2023.
Berdasarkan data Kemenkes, kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia belakangan ini terus mengalami kenaikan. Hingga Kamis, 27 April 2023, tercatat sebanyak 1.879 kasus konfirmasi positif di Indonesia. Secara rinci, merujuk data Laporan Harian COVID-19 Kemenkes per 28 April 2023, tren kasus konfirmasi dua minggu terakhir mengalami peningkatan, dari 774 menjadi 1.181 kasus.
Pada kasus aktif juga meningkat dalam dua minggu terakhir, dari 7.138 menjadi 11.038 kasus. "Agar pandemi dapat terus terkendali, Pemerintah menambahkan jenis vaksin booster untuk meningkatkan proteksi masyarakat dari COVID-19, terutama bagi masyarakat rentan," lanjut Syahril.
Advertisement