Sukses

Kontroversi Lelang Perhiasan Senilai Jutaan Dolar AS Milik Janda Miliarder Anggota Nazi

Christie's, balai lelang asal Inggris, akan melelang barang-barang antik pada 3 Mei 2023, termasuk 700 perhiasan dari koleksi mendiang Heidi Horten, seorang miliarder Austria yang suaminya pengusaha Jerman di era Nazi.

Liputan6.com, Jakarta - Christie's, balai lelang asal Inggris, melelang barang-barang antik pada 3 Mei 2023, termasuk 700 perhiasan dari koleksi mendiang Heidi Horten, seorang miliarder Austria yang suaminya, Helmut Horten adalah pengusaha Jerman di era Nazi. Helmut memiliki bisnis department store ternama.

Salah satu perhiasan yang menonjol adalah kalung berlian dan safir senilai 1,5 juta dolar AS (Rp21,9 miliar) yang dibeli di butik mewah Van Cleef & Arpels dan dipakai oleh seorang selebriti di Met Gala. Selain itu, akan ada juga perhiasan lain seperti kalung giok dan berlian senilai 16,5 juta dolar AS. 

Meski gemerlapnya perhiasan ini dapat menarik perhatian banyak orang, asal-muasal kekayaan keluarga Horten yang digunakan untuk membeli perhiasan ini menimbulkan kontroversi. Dikutip dari New York Post pada Kamis, 4 Mei 2023, Heidi Horten meninggal pada 2022.

Helmut yang meninggal pada 1986, diduga membeli bisnis dari orang Yahudi yang dipaksa menjualnya selama Perang Dunia II, sehingga memperoleh keuntungan besar yang menjadi dasar kekayaan mereka. Meskipun tidak ada perhiasan yang dijarah selama Perang Dunia II, Horten dipercaya membeli barang-barang berharga dengan harga diskon yang sangat tinggi.

Menurut David De Jong, penulis buku "Nazi Billionaires: The Dark History of Germany’s Wealthiest Dynasties", Helmut memulai bisnisnya pada 1936. Lelang Christie's akan dimulai secara online pada 3 Mei 2023dan dilanjutkan secara langsung pada 10 Mei 2023. Diperkirakan akan meraup keuntungan sebanyak 150 juta dolar AS (Rp2,3 triliun), lelang ini tampak akan menjadi salah satu penjualan perhiasan terbesar dalam sejarah. 

2 dari 4 halaman

Anggota Partai Nazi Sejak 1937

Helmut memulai usahanya dengan membeli sebuah toko serba ada dari bosnya yang merupakan seorang Yahudi pada 1933. Sang pemilik merasa tertekan untuk meninggalkan Jerman dan menjual bisnisnya dengan harga yang pantas. Namun, itu adalah sebuah pengecualian. 

"Horten sering membeli bisnis dengan harga 65 persen dari nilai aslinya. Pihak Nazi akan menjadi perantara dalam penjualan tersebut. Selain itu, Horten juga memiliki seorang bankir yang bekerja untuknya sebagai perantara. Keluarga Yahudi menjual perusahaan mereka untuk keluar dari Jerman," ungkap De Jong.

Horten membangun toko departemennya yang besar melalui proses yang dikenal sebagai Aryanisasi: yaitu ketika orang Yahudi dipaksa untuk menjual bisnis mereka kepada orang Aryan dengan harga yang sangat murah. 

"Mereka terpaksa oleh pihak berwenang atau oleh Horten sendiri," kata De Jong. "Mereka harus menjual dengan harga murah atau kehilangan bisnis mereka."

Setelah membeli bisnis tersebut, Horten memasang iklan di surat kabar, membanggakan bahwa bisnis tersebut kini berada di bawah kepemilikan orang Aryan. Horten juga pernah terlibat dalam kejahatan selama Perang Dunia II, meskipun ia tidak percaya dengan janji Hitler. 

"Dia menjadi anggota partai Nazi pada 1937, dia memiliki hubungan dekat," kata De Jong. "Namun dia tidak memiliki ideologi Nazi. Dia tertarik untuk memperluas kerajaan bisnisnya."

3 dari 4 halaman

Merampas Bisnis Yahudi dengan Harga Murah

Horten adalah seorang oportunis sejati yang melihat peluang untuk tumbuh dari pemilik usaha kecil menjadi penguasa pusat perbelanjaan pada akhir Perang Dunia II. Ia merambah dari Jerman ke wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Nazi untuk membeli bisnis-bisnis murah.

Namun, tindakan Horten tidak selalu bermoral dan memengaruhi banyak orang, termasuk Reinhold Stephan, ayah dari Stéphanie Stephan. Reinhold bekerja di toko departemen terbesar di Amsterdam yang menjadi sasaran Horten.

Menurut Stephan yang juga penulis buku "Politically Unreliable" yang menggambarkan pengambilan properti oleh Horten, "Horten mengembangkan rutinitas untuk merebut bisnis Yahudi."

"Ia menggunakan pengaruhnya dengan penjajah Jerman di Belanda untuk menunjuk administrator Jerman (yang akan mengarahkan bisnis kepadanya). Orang ini segera memecat ayah saya karena ia menentang Aryanisasi dan menyarankan kepada pemilik untuk tidak menjual."

Ditekan oleh Nazi, pemilik toko tersebut akhirnya menjualnya dan berencana untuk melarikan diri ke Amerika. Sebelum itu terjadi, ia ditangkap oleh Nazi. Kerakusan Horten menghantui kehidupan ayah Stephan dan mempengaruhi keluarganya.

"Ayah saya memimpin tuntutan hukum terhadap Horten, berkonsultasi dengan pengacara, dan mengeluarkan banyak uang dalam proses tersebut," kata Stephan. "Sayangnya, karena sebagian besar hakim adalah bekas Nazi, dan Horten memiliki hubungan baik dengan mereka, ayah saya kalah dalam kasus tersebut."

4 dari 4 halaman

Hasil Penjualan Lelang Christie’s Akan Diberikan Untuk Filantropi

Christie’s telah merilis serangkaian pernyataan tentang penjualan koleksi perhiasan senilai jutaan dolar milik Heidi Horten, termasuk kalung berlian Bulgari senilai 1,5 juta dolar AS. Namun, Christie’s mengakui bahwa kekayaan yang diperoleh melalui cara-cara yang kotor membentuk dasar yang membiayai koleksi perhiasan mewah tersebut.

CEO Christie’s, Guillaume Cerutti menekankan bahwa "semua hasil dari penjualan akan dialihkan ke sebuah yayasan yang mendukung gerakan filantropi, termasuk kesehatan, kesejahteraan anak-anak, dan akses ke seni." Namun, bagi Stephan, usaha Christie's tersebut untuk menghibur tidak membantu.

Stephan menyebutkan bahwa Christie's seharusnya memperhatikan sejarah Horten sebelum mengumumkan lelang tersebut. "Kekayaan Horten berasal dari uang yang diperoleh dari properti Yahudi. Fakta ini memungkinkan mereka membeli perhiasan dan kesenian sebanyak itu," ucap Stephan.

Tidak diketahui apakah Heidi Horten mengetahui tentang sumber kekayaan suaminya yang kotor ketika mereka menikah pada 1966, saat Heidi berumur 19 dan Horten berumur 50. Meskipun tidak ada jawaban pasti mengenai hal ini, para ahli percaya bahwa Heidi mengetahui tentang latar belakang suaminya.

Sebuah laporan yang disusun oleh seorang sejarawan atas permintaan Heidi mencatat bahwa Helmut Horten mendapatkan uang dari pembelian bisnis milik orang Yahudi. Namun, para ahli percaya bahwa Heidi mengkomisi laporan tersebut untuk memperbaiki citra suaminya. 

Meskipun begitu, tidak diketahui apakah sumber kekayaan Horten ini akan mempengaruhi minat orang untuk mengikuti lelang koleksi perhiasannya. Menurut De Jong, "Jika seseorang menghabiskan jutaan dolar untuk perhiasan, hal tersebut mungkin tidak menjadi perhatiannya."

 

Video Terkini