Liputan6.com, Jakarta - Di antara agenda pertemuan ASEAN+3 Finance Ministers and Central Bank Governors alias AFMGM+3 di Incheon, Korea Selatan, baru-baru ini, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memperlihatkan tampilan berbeda. Ia mengenakan hanbok ketika berkunjung ke National Palace Museum of Korea.
Di sejumlah foto yang dibagikan di akun Instagram-nya, baru-baru ini, Menkeu Sri Mulyani memilih memakai atasan lengan panjang didominasi warna merah dan rok lebar khas hanbok putih dengan aksen cokelat muda nan manis. Melengkapi tampilan, perempuan berusia 60 tahun ini menenteng tas tangan serasi.
Baca Juga
Sementara, rambut hitamnya ditata dalam bun rendah nan rapi yang kian manis dengan aksesori tambahan. Di keterangan unggahan, Menkeu menulis, "Sebelum kembali ke Jakarta, dalam cuaca hujan dan mendung, saya menyempatkan diri mengunjungi National Palace Museum of Korea di Seoul."
Advertisement
"Menyewa baju tradisional Korea Hanbok selama satu jam untuk berfoto di lokasi Istana Museum, sempat berpose bersama beberapa turis yang juga memakai hanbok," ia menyambung. "Indonesia juga dapat membuat berbagai pusat atraksi turis menarik seperti ini di berbagai lokasi/istana di daerah-daerah yang memiliki baju tradisional menarik seperti ini."
"Hanbok Korea ini mirip baju bodo Makassar ya. Juga, cara memakainya sangat mudah dan sederhana, namun cantik dan menarik. Apa baju daerah favorit kamu?" tandasnya.
Di kolom komentar, sebagian warganet memuji betapa "menggemaskan" penampilan berbeda yang diperlihatkan Menkeu Sri Mulyani. "Ibu kiyowo (imut dalam bahasa Korea)," tulis salah satu pengguna, sedangkan yang lain berkomentar, "You look stunning in hanbok, ibu. And foto sama bapak (suaminya) lucu banget."
Sejarah Hanbok Korea
Seiring gelombang hallyu, hanbok telah menjelma jadi busana tradisional Korea Selatan yang cukup populer. Melansir Korea Herald, Sabtu (6/5/2023), lima warna alam: biru, putih, merah, hitam, dan kuning, umum ditemukan dalam hanbok tradisional Korea.
Warna-warna pada pakaian anak-anak membawa keseimbangan dengan alam: biru untuk musim semi, putih untuk musim gugur, merah untuk musim panas, hitam untuk musim dingin, dan warna kuning yang melambangkan tanah.
Hanbok telah berkembang jadi berbagai gaya sepanjang sejarah. Mereka berasal dari prototipe desain garmen Korea kuno, dengan sayap kiri garmen atas selalu melewati sisi kanan sayap. Fitur ini tetap ada hingga saat ini.
Saat ini, kebanyakan orang Korea mengenakan hanbok hanya pada acara-acara khusus, seperti pernikahan, hari raya tradisional, dan peringatan ulang tahun leluhur. Spesialis, serta pemain seni dan musik tradisional Korea juga mengenakan hanbok di atas panggung. Beberapa idol, seperti BTS dan BLACKPINK, juga kedapatan memakai modifikasi hanbok modern.
Selama era Joseon, istana kerajaan adalah lambang mode. Sekitar tiga ribu orang tinggal dan bekerja di Istana Joseon. Apa yang dikenakan orang menunjukkan peran dan identitas mereka. Sebuah departemen bernama Sanguiwon membuat hanbok untuk keluarga kerajaan di era ini.
Â
Advertisement
Diskon bagi Pengunjung Berhanbok
Ruang pemakaman era Joseon menyimpan sejumlah besar hanbok. Rok abad ke-16 dari kuburan dua istri dari keluarga yangban (kelas penguasa), ditemukan di lokasi konstruksi di Osan, Provinsi Gyeonggi, pada Mei 2010, terlihat sangat modis bahkan hingga hari ini.
Beberapa stel pakaian dimakamkan bersama mendiang istri di samping suami mereka. Ini bertahan berabad-abad di bawah tanah bersama dengan sisa-sisa mumi dari kedua wanita itu. Bukan hal yang aneh bagi pria yangban memiliki banyak istri selama era Joseon.
Kini, seiring tren yang berkembang di kalangan pengunjung Korea, banyak dari mereka menyewa hanbok untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan berkesempatan mendapat foto yang sempurna.
Merujuk laman Pusat Kebudayaan Korea, masuk ke kelima istana di Seoul gratis bagi siapa saja yang mengenakan hanbok. Istana terbesar dan terpopuler untuk dikunjungi adalah Gyeongbokgung, tapi untuk pengalaman yang lebih unik, mereka juga merekomendasikan Changdeokgung.
Bagi mereka yang bertualang di luar ibu kota, Jeonju Hanok Village mengadakan festival hanbok tahunan dan pakaian tradisional dapat disewa dengan mudah sepanjang tahun. Pengalaman sejarah yang lebih autentik dapat ditemukan di Desa Rakyat Korea di Yongin, Provinsi Gyeonggi.
Di sana, pengunjung diperkenalkan ke semua aspek budaya tradisional, mulai dari pertunjukan musik petani hingga upacara pernikahan tradisional. Diskon ditawarkan pada semua orang yang datang mengenakan hanbok.
Baju Bodo dari Sulawesi Selatan
Sedangkan, dilansir dari situs web Pemkab Selayar, baju bodo adalah pakaian khas Sulawesi Selatan yang pada zaman dulu dipakai di momen tertentu dan biasanya diwariskan secara turun-temurun. Tata cara berbusana pada masyarakat Sulawesi Selatan dahulunya diatur dalam sebuah kitab suci, yaitu Patuntung.
Baju bodo terdiri dari blus sebagai atasan dan sarung sebagai bawahannya. Blus bagian atas terdiri dari dua jenis: baju bodo dan baju labbu. Baju labbu sebenarnya persis seperti baju bodo, namun berpotongan lengan panjang.
Awalnya, baju bodo terbuat dari kain kasa merah atau hitam rangkap dua dan dikanji. Panjangnya hingga menyentuh tanah, dengan lengan baju sedikit disingsingkan untuk menghasilkan efek menggelembung. Sarung tidak diikat pada pinggang, namun hanya dipegang saja dengan tangan kiri.
Seiring perkembangan zaman, bahan pembuatan baju bodo tidak hanya dari kain kasa. Modelnya pun kini dimodifikasi sedemikian rupa dengan tidak meninggalkan keaslian pola dan corak baju bodo.
Yang unik dari baju bodo, masing-masing warna baju menunjukkan tingkat usia perempuan yang mengenakannya. Secara tradisional, warna jingga dipakai perempuan umur 10--14 tahun, warna merah untuk perempuan berusia 17--25 tahun, warna putih oleh para inang dan dukun, ungu dipakai janda, dan hijau diperuntukkan bagi putri bangsawan.
Selain sarung sebagai pasangan baju bodo, berbagai pernak pernik juga jadi pelengkap tampilan. Rangkaiannya bisa berupa anting, kalung, gelang, serta hiasan berbentuk mahkota yang terbuat dari bahan perak dan tembaga.
Advertisement