Liputan6.com, Jakarta - Eritrea adalah sebuah negara Afrika yang terletak dekat dengan Laut Merah. Lokasi pesisir Eritrea telah lama jadi tempat penting dalam sejarah dan budayanya, seperti namanya dalam versi Italia dari Mare Erythraeum, bahasa Latin untuk "Laut Merah."
Mengutip dari laman Britannica, Senin, 15 Mei 2023, ibu kota dan kota terbesar Eritrea adalah Asmara. Eritrea berbatasan dengan negara Sudan di sebelah barat, Ethiopia di selatan, dan Jibouti di tenggara. Laut Merah di sebelah timur Eritrea memisahkan negara itu dengan kawasan Timur Tengah.
Pada 1993, setelah perang kemerdekaan yang berlangsung hampir tiga dekade, Eritrea jadi negara berdaulat. Selama perjuangan panjang, orang-orang Eritrea berhasil membentuk kesatuan dan mengatasi perbedaan etnis dan agama untuk mengangkat negara dari kemiskinan.
Advertisement
Masih banyak hal menarik mengenai Eritrea, selain letak geografisnya. Berikut enam fakta menarik Eritrea yang dirangkum Liputan6.com pada Senin, 15 Mei 2023.
1. Negara di Seberang Laut Merah
Laut Merah adalah jalur yang dilalui penyiar agama Kristen dan Islam untuk mencapai Eritrea. Juga, merupakan jalur perdagangan penting yang diharapkan Turki, Mesir, dan Italia, dengan merebut kendali pelabuhan di pantai Eritrea.
Pelabuhan-pelabuhan itu menjanjikan akses ke komoditas emas, kopi, dan budak yang dijual para pedagang di dataran tinggi Ethiopia di selatan. Pada paruh kedua abad ke-20, orang-orang Eritrea membebaskan diri dari Ethiopia hingga membuat negara mereka sendiri.
2. Bekas Jajahan Italia
Eritrea sempat menjadi koloni Italia pada abad ke 19. Awalnya, wilayah Italia hanya berada di Assab usai dibeli pengusaha Italia bernama Raffaele Rubatino. Namun, wilayah kekuasaan Italia terus meluas hingga mencapai perbatasan Kerajaan Ethiopia.
Penjajahan yang berlangsung selama lebih dari enam dekade telah meninggalkan rekam jejak berupa bangunan maupun landmark di Eritrea. Tak mengherankan jika di ibu kota Eritrea, Asmara, juga dipenuhi bangunan khas Italia yang unik dan memiliki karakteristik tersendiri.
3. 9 Etnis
Ada sembilan kelompok etnis yang diakui pemerintah Eritrea. Diperkirakan orang Tigrinya berjumlah sekitar 55 persen dan orang Tigre berjumlah sekitar 30 persen dari populasi.
Mayoritas kelompok etnis yang tersisa adalah komunitas berbahasa Afroasiatik dari cabang Kushitik, seperti Saho, Hedareb, Afar, dan Bilen. Ada juga sejumlah kelompok etnis Nilotic, yang diwakili di Eritrea oleh Kunama dan Nara.
Setiap etnis berbicara bahasa ibu yang berbeda, tapi biasanya, banyak minoritas berbicara lebih dari satu bahasa. Orang Arab Rashaida mewakili sekitar dua persen populasi Eritrea.
Advertisement
4. Bahasa di Eritrea
Eritrea memiliki sembilan bahasa nasional, yaitu Tigrinya, Tigre, Afar, Beja, Bilen, Kunama, Nara, dan Saho. Tigrinya, Arab, dan Inggris berfungsi sebagai bahasa kerja de facto, dengan bahasa Inggris digunakan untuk pendidikan universitas dan banyak bidang.
Bahasa Italia tidak memiliki status yang diakui pemerintah di Eritrea. Bahasa Italia hanya dituturkan oleh beberapa monolingual dan Terdy Scuola Italiana di Asmara, sebuah sekolah yang dioperasikan pemerintah Italia yang kemudian ditutup pada 2020.
5. Wisata di Eritrea
Meski merupakan negara kecil, Eritrea memiliki banyak hal untuk ditawarkan pada para pengunjungnya, mulai dari lanskap yang menakjubkan dan budaya yang beragam, hingga situs sejarah kuno dan pantainya yang indah. Terutama di ibu kotanya, Asmara, terdapat banyak bangunan menarik untuk dikunjungi.
Pertama, Asmara Catholic Cathedral atau bernama asli Cathedral Our Lady of the Rosary. Gereja di pusat kota ini sudah dibangun sejak 1923 pada masa kolonisasi Italia di Eritrea.
Gereja ini dibangun Pemerintah Italia di Eritrea lantaran banyaknya imigran Italia yang datang pada awal abad ke-20. Walau demikian, gereja ini tidak memiliki Uskup sehingga tidak dapat disebut sebagai katedral.
Selain gereja, ada pula masjid terkenalnya, Great Mosque of Asmara, sebagai masjid utama dan terbesar di Asmara. Masjid ini dibangun arsitek bernama Guido Ferrazza pada 1938 pada masa kepemimpinan sasis Italia.
Di samping itu, masjid ini juga dibangun atas inisiatif Benito Mussolini supaya memberikan kesan baik pada masyarakat muslim di Eritrea. Hal ini karena separuh penduduk Eritrea pada masa itu memeluk agama Islam.
6. Kuliner Eritrea
Mengutip TasteAtlas, ada beberapa makanan khas Eritrea. Pertama, zigni, yaitu hidangan tradisional dengan rasa pedas. Rebusan ini terdiri dari daging sapi yang dipotong dadu, bawang merah, bawang putih, tomat, dan pasta tomat, dan biasanya dibumbui campuran bumbu berbere, garam, merica, jus lemon, dan ketumbar. Dianjurkan untuk menyajikan zigni dengan roti pipih injera di sampingnya.
Meski zigni dianggap sebagai hidangan nasional Eritrea, kuliner ini juga populer di Ethiopia, yang dikenal sebagai kai wat. Selain itu, ada juga kulwa yang sederhana dan beraroma yang terdiri dari potongan daging domba atau sapi yang digoreng dengan bumbu berbere, ghee, tomat, dan bawang.
Hidangan ini disajikan secara tradisional dengan nasi atau roti pipih injera di sampingnya, digunakan untuk mencocol saus yang lezat. Dianjurkan untuk menikmatinya bersama tej, anggur madu tradisional.
Untuk hidangan vegan, Eritrea memiliki hamli, terdiri dari tumis sawi hijau. Pertama-tama, sawi hijau dikukus hingga empuk, lalu ditumis dengan campuran bawang putih, ketumbar, minyak, bawang merah, peterseli, dan tomat. Sajiannya ditumis sampai sawi benar-benar empuk dan penuh rasa.
Advertisement