Sukses

Sarwono Kusumaatmadja Meninggal Dunia di Penang Malaysia, Masih Sibuk Seleksi Pejabat KLHK Sebelum Tutup Usia

Sarwono Kusumaatmadja meninggal dunia di usia 73 tahun. Ia pernah menjabat sejumlah posisi menteri dari era Soeharto hingga Gus Dur, tapi tak banyak aset yang dimilikinya.

Liputan6.com, Jakarta- Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sarwono Kusumaatmadja meninggal dunia pada hari ini, Jumat (26/5/2023). Ia mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 17.12, waktu Penang, Malaysia, tempat ia dirawat selama beberapa waktu.

Berdasarkan pesan singkat yang disampaikan pihak keluarga, jenazah Sarwono Kusumaatmadja akan tiba di Jakarta pada Sabtu, 27 Mei 2023, pukul 15.00 WIB, untuk disemayamkan di rumah duka di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jenazah selanjutkan akan disemayamkan di Gedung Manggala Wanabakti, KLHK, pada Minggu pagi, 28 Mei 2023.

Jenazah akan dimakamkan pada hari yang sama di Pemakaman San Diego Hills, Midday Mansion, Kav C-31. "Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT dan diampuni segala dosanya dalam husnul khatimah.. aamiin," demikian bunyi penutup pesan tersebut.

Sarwono diketahui meninggalkan empat anak, yakni Rezal Ashari Kusumaatmadja, Krisnan Kusmara Kusumaatmadja, Devyandra Kusumaatmadja, dan Kendisan Kusumaatmadja. Penasihat Senior Menteri KLHK Wahjudi Wardojo mengatakan Sarwono masih aktif bertugas sebagai Ketua Panitia Seleksi Wakil Ketua Panitia Seleksi Pejabat Tinggi Madya dan Pratama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kelautan (KLHK) sebelum jatuh sakit.

"Beberapa waktu terakhir, kesehatannya menurun. Setelah dicek, nampaknya ada yang perlu dikemoterapi. Oleh karena itu dibawa ke rumah sakit di Penang. Ini permintaan dari putra putrinya," kata Wahjudi kepada Liputan6.com.

Ia menjelaskan sebagai ketua pansel, Sarwono memimpin tim, termasuk Wahjudi yang duduk sebagai wakil ketua pansel, menyeleksi para calon pejabat tingkat madya dan pratama. "Ketika memimpin rapat, sebelum meminta saya mewakili, ada series rapat itu, dia bilang 'saya kalau malam-malam enggak mau lagi, paling lama sebelum maghrib sudah pulang'. Beliau sudah merasa kurang enak badan," tuturnya.

 

2 dari 4 halaman

Sempat Minta Diwakili Saat Wawancarai Kandidat

Wahjudi menerangkan sekitar 8--9 Mei 2023, mereka bertugas mewawancarai kandidat pejabat madya sepanjang hari. Agenda itu rupanya menguras tenaga Sarwono. Saat hari pertama, ia masih bisa sepenuhnya memimpin, tetapi masuk hari kedua, ia sesekali minta istirahat dan tugasnya digantikan Wahjudi.

"Sorenya masih (terus wawancara), sampai kemudian dibawa ke Penang. Itu antara 16--17 Mei, sekitar itu. Di Penang, sekitar seminggu," ujarnya.

Di mata Wahjudi, Sarwono merupakan sosok panutan, idola, dan mentor yang dikenalnya pada era 1990an. Ia mengagumi integritas Sarwono yang disebut tidak mau main-main dengan hal-hal tidak benar. "Yang pantas dianut oleh yang lebih muda," sambungnya.

Wahjudi juga menyebut pria kelahiran Jakarta, 24 Juli 1943 itu juga sering mengajak rekan-rekannya untuk selalu berpikir kritis dan selalu holistik melihat sekeliling. Dia juga menilai Sarwono sebagai analis yang tajam, bahkan bisa memberi pandangan jauh ke depan.

"Satu contoh itu saat perang Rusia Ukraina meletus, ia langsung bilang yang bahaya adalah masalah pangan. Itu sebelum ribut-ribut soal pangan. Kami juga heran, tapi terus dia jelaskan faktor-faktor yang harus kita hitung, enggak ada single factor. Menurut saya, jarang seusia beliau sangat sharp menganalisis kondisi dan situasi," ucapnya.

3 dari 4 halaman

Rekam Jejak Sarwono Kusumaatmadja

Sarwono meraih gelar sarjana pada 1974 dari Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia sebelumnya menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius.

Selain menjabat sebagai anggota DPR periode 1971--1988, Sarwono juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Golkar pada 1983--1988. Ia pernah juga menjabat sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998).

Jauh sebelum itu, Sarwono lebih dulu mengemban amanah sebagi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada Kabinet Pembangunan V era Soeharto (1988-1993). Ia juga pernah jadi anggota Partai Keadilan dan Persatuan (Indonesia) pada Pemilu 1999.

Sarwono juga melamar sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta masa jabatan 2007--2012 melalui PDI Perjuangan. Ia bahkan menempati peringkat teratas dibandingkan enam bakal calon gubernur di partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu. Di tahun-tahun terakhir, Wahjudi menyebut Sarwono tak ingin lagi terlibat dalam politik praktis meski sesekali masih memberikan masukan-masukan bila diundang Partai Golkar.

Sarwono bukan sosok figur publik sembarangan. Ia pernah mendapat Bintang Mahaputera Adipradana pada 12 Agustus 1992. Bintang Mahaputera Adipradana adalah kelas kedua dari tanda kehormatan Bintang Mahaputera. Sebagai kelas dari Bintang Mahaputera, bintang ini diberikan pada mereka yang secara luar biasa menjaga keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

4 dari 4 halaman

Hidup Sederhana

Mengutip Merdeka.com, Sarwono Kusumaatmadja merupakan salah satu contoh pejabat yang citranya tidak  bergelimang harta. Di usia yang tak lagi muda, mantan menteri di era Presiden Soeharto ini memilih hidup sederhana.

Bahkan, tak ada rumah atas nama Sarwono. Kediaman itu rupanya bukan milik pribadi, seperti yang terungkap dari kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel.

Sarwono adalah sosok yang beberapa kali dipercaya menjabat sebagai menteri. Namun, rupanya iatak banyak menyimpan harta kekayaan. Jabatan menteri hingga wakil rakyat tak membuatnya memiliki banyak aset.

Di akhir hayatnya, ia lebih memilih hidup lebih santai. Salah satu buktinya, yakni Sarwono memilih untuk tak memiliki hunian. Rumah yang ditempatinya itu adalah milik anaknya. "Rumah ini yang punya anak. Anak membeli tanah di sini, ada bangunan rusak," ungkapnya.

Hunian nyaman tersebut juga jadi tempat tinggal Sarwono. Sebelumnya, ia resmi menyerahkan harta berupa tanah miliknya pada sang anak. Sarwono memang lebih dulu meminta pada anaknya apakah ia diizinkan tinggal di sana.

"Kata saya 'papah bikinin rumah baru buat kamu, dengan sarat papah boleh tinggal di rumah itu seumur hidup'. 'ooh oke'. Saya nggak punya (rumah)," lanjutnya.

Â