Liputan6.com, Jakarta - Riuh Coldplay yang akan konser pertama kalinya di Indonesia tak hanya memantik euforia penggemar, tetapi juga soal event ramah lingkungan. Mengingat, band asal Inggris tersebut mengedepankan ragam hal keberlanjutan sebagai upaya lebih ramah pada Bumi yang kondisinya sedang tidak baik-baik saja.
Lantas, bagaimana dengan event ramah lingkungan di Indonesia? Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) Dino Hamid menyampaikan pihaknya dari asosiasi telah merencanakan hal yang paling sederhana, yakni manajemen sampah dan pengolahannya.
Baca Juga
Ekspansi Vidio di Malaysia Makin Luas, Ikut Serta dalam Event Promosi Ekonomi Kreatif Gebyar Nusantara 2024 di Kuala Lumpur
Noel Season di Central Park dan Neo Soho Mall, Ada Pohon Natal Raksasa dan Belanja sampai Tengah Malam
Mendekatkan Anak dengan Orangtua Lewat Sayur Sop dan Ragam Aktivitas di Parentalk 2024
"Sampah tidak cuma dibuang, tetapi diolah menjadi hal yang berguna dan bermanfaat, di level kita as startup masih berada di situ," kata Dino saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 22 Mei 2023.
Advertisement
Dino mengatakan sudah ada beberapa event di Indonesia yang ramah lingkungan, seperti Synchronize Festival. Event musik tahunan ini dikatakan Dino telah mengolah sampah dan menghasilkan produk dari daur ulang sampah.
"Menurut saya momentum Coldplay ini juga bagus sekali karena dia sebagai idola (mengedukasi) bahwa sekarang kondisi alam harus diperhatikan," terangnya
Dino menambahkan bahwa tren positif event yang ramah lingkungan akan terus berkembang di Indonesia. "Endosement pertamanya Coldplay, secara awareness orang pasti akan teredukasi," jelasnya.
Ia menerangkan, "Karena mereka involve juga dalam konteks hiburan. Ternyata konser yang keren ini saving energi, (pesan) itu pasti kena."
"Bicara ekosistem kita di Indonesia ini, saya lihat sudah mulai berjalan, kayak Synchronize Festival dan Java Jazz. Kita di asosiasi juga ingin memberikan dampak pengolahan sampah dan dampak positif hasil pengolahan bisa jadi solar dan merchandise," lanjutnya.
Peran Perusahaan Pengelola Sampah
Head of Communication Engagement Waste4Change Stephanus Kenny Bara Kristanto menyebut sebagai perusahaan pengelola sampah, pihaknya secara bertanggung jawab untuk membantu bisnis dan organisasi meningkatkan peluang daur ulang sampah dan mengurangi timbulan sampah berakhir di TPA. Tahun ini, fokus bisnis Waste4Change adalah meningkatkan jumlah sampah terkelola di semua site pengelolaan sampah yang dimiliki Waste4Change.
"Layanan yang sedang diutamakan dalam bisnis ini adalah RWM (Responsible Waste Management). Seperti namanya, jasa ini membantu klien dan mitra kami untuk menerapkan pengelolaan sampah secara bertanggung jawab," kata Kenny kepada Liputan6.com, Jumat, 26 Mei 2023.
Menyusul dengan peningkatan aktivitas ekonomi, dikatakan Kenny, penyelenggaraan event kembali gencar dilakukan. Hal tersebut juga memunculkan potensi timbulan sampah dari setiap acara yang melibatkan pertemuan banyak orang hampir pasti tidak dapat terhindarkan.
"Untuk itu, kami menyediakan solusi Event Waste Management (EWM) yang menggabungkan layanan RWM yang menjadi andalan kami. Selain itu, layanan ini dilengkapi pula dengan kegiatan digital campaign, campaign, riset, kemitraan publik, dan edukasi," tambahnya.
Selain itu, Waste4Change bekerja berdampingan dengan penyelenggara acara, brand, hingga promotor yang ingin mengadopsi pendekatan yang lebih ramah lingkungan di tiap acara-acara yang mereka selenggarakan. "Kami dapat menjamin sampah diangkut secara terpilah, dikelola secara bertanggung jawab di Rumah Pemulihan Material Waste4Change, dan dipastikan mengurangi timbulan sampah berakhir di TPA apalagi bocor mencemari lingkungan," tuturnya.
Advertisement
Tantangan yang Dihadapi
Waste4Change telah menangani beberapa event dari marathon, festival musik, food and beverage, royal dinner, sports, sampai event internal kedutaan. Beberapa event tersebut meliputi Formula E, Laras Hati Mangkunegaran, hingga The King's Day Celebration oleh Dutch Embassy Jakarta.
Kenny menjelaskan penyelenggaraan event yang bertanggung jawab dan berkelanjutan tidak hanya mementingkan kemeriahan acara, kenyamanan pengunjung, namun juga dampak terhadap lingkungan yang dihasilkan. "Berbeda dengan vendor pengangkut sampah lainnya, Waste4Change tidak hanya membantu penyelenggara acara membuat lingkungan acara bersih dari sampah, melainkan membantu mendesain acara dan menambahkan added value kepada acara agar menerapkan pengelolaan sampah bertanggung jawab secara profesional," jelasnya.
Ia menyebut, "Kami memastikan pengunjung mudah menemukan tempat sampah terpilah, materi edukasi yang menarik, kampanye peningkatan kesadaran publik tentang pengelolaan sampah bertanggung jawab, sosial media campaign, hingga attractive booth yang memberikan experience berbeda dalam pengolahan sampah bertanggung jawab."
Meski begitu, Kenny tak memungkiri masih ada sederet tantangan yang dihadapi ketika terlibat dalam event ramah lingkungan, seperti belum adanya standar penerapan sampah secara bertanggung jawab dalam penyelenggaraan event. "Penerapan pengelolaan sampah secara bertanggung jawab masih belum umum dilakukan oleh penyelenggara acara di Indonesia," katanya.
"Beberapa kali kita melihat pemberitaan kurang menyenangkan akibat bertumpuknya sampah yang terjadi pasca-penyelenggaraan sebuah acara seperti konsep atau festival," tambah Kenny.
Pentingnya Pengelolaan Sampah Secara Bertanggung Jawab
Dikatakan Kenny, bahkan apabila sampah berhasil dibersihkan dari lokasi penyelenggaraan event, kerap yang terjadi sampah akan langsung dibuang ke TPA atau berakhir menumpuk di tempat lain yang tidak tahu pasti apakah terkelola dengan baik atau tidak. "Bisa saja ada kemungkinan sampah itu kemudian bocor mencemari lingkungan seperti berakhir di saluran air, sungai, dan lautan," tambahnya.
"Oleh karena itu, diperlukan usaha lebih untuk menyakinkan pihak penyelenggaraan acara mengenai pentingnya menerapkan pengelolaan sampah secara bertanggung jawab masih menjadi tantangan terbesar," ungkapnya.
Pihaknya telah melihat adanya peningkatan kesadaran publik terhadap isu lingkungan dan manajemen sampah. Sayangnya, publik masih sulit terlibat lantaran belum banyak penyelenggaraan acara yang berhasil jadi contoh dalam hal penerapan pengelolaan sampah secara bertanggung jawab.
"Sekali lagi, ketika membahas mengenai pengelolaan sampah ini tidak boleh berhenti sebatas mengangkut dan membersihkan sampah dari lokasi atau sumber sampah tersebut. Namun perlu dipastikan agar sampah yang diangkut dapat terkelola dengan optimal," ungkapnya.
Saar event berlangsung, Kenny menyebut umumnya jenis sampah dan jumlah sampah berbeda-beda. Namun, secara umum pihaknya melihat sampah makanan termasuk jenis sampah yang paling susah ditangani.
"Apabila pemilahan sampah tidak dilakukan dengan baik, sampah organik yang umumnya berasal dari sisa makanan ini dapat mengkontaminasi material anorganik dan menyulitkan proses daur ulang. Material plastik seperti pada kemasan sekali pakai, pembungkus makanan, jas hujan sekali pakai, biasanya menjadi jenis material terbanyak selain sampah organik," terangnya.
Advertisement