Liputan6.com, Jakarta - Sudah beberapa waktu sejak Pandawara menyoroti pantai penuh sampah di Provinsi Banten. "Liburan dulu," sindir kelima penggerak Pandawara Group: Gilang, Ikhsan, Rifqi, Rafly, dan Agung yang berfoto di atas tumpukan sampah dalam sebuah unggahan Instagram, beberapa waktu lalu.
Lima hari setelahnya wajah pantai di Desa Teluk, Kecamatan Labuah, Kabupaten Pandeglang, Banten itu dibagikan akun TikTok @pandeglangeksis. Akun itu menulis, "Alhamdulillah pembersihan sampah di Pantai Teluk Labuan, Pandeglang sudah hampir 70 persen."
Sementara di rekaman yang dibagikan Pandawara tampak masyarakat berbondong-bondong membersihkan sampah di pantai itu, di klip berdurasi 30 detik tersebut, pembersihan terlihat dilanjutkan menggunakan alat berat berupa excavator maupun loader.
Advertisement
Berbeda dari yang pertama diperlihatkan, hampir tidak ada sampah menumpuk dalam video baru. Permukaan pasirnya pun mulai terlihat, kendati masih diselipi sedikit sampah kecil di sana-sini. Penampilan baru Pantai Teluk Labuan ini pun mengundang berbagai komentar warganet.
Kebanyakan dari mereka menyanjung gerakan yang disuarakan Pandawara. Beberapa bahkan mengusulkan bila pantai tersebut sebaiknya diubah namanya jadi Pantai Pandawara. "Pandawara Beach," tulis salah satu akun TikTok.
Sebelumnya, dengan memanfaatkan media sosial, kelompok pemuda yang kerap bersih-bersih sampah itu mengajak warga untuk peduli masalah lingkungan, dalam kasus ini adalah pesisir yang disebut sebagai "pantai terkotor di Indonesia." Dalam rekaman itu, Pandawara menyorot tumpukan sampah plastik dan banyaknya ikan yang mati. Alih-alih jadi ajang saling menyalahkan antara warga dan pemerintah, momen ini didorong mereka untuk menanggulangi isu lingkungan.
Bersih-Bersih Sampah
Aksi bersih-bersih sampah oleh Pandawara, dari sungai sampai pantai, telah dilakukan secara konsisten, tetapi konten mereka pertama kali viral sekitar tahun lalu. "Biar sungainya sedikit glow up," tulis mereka dalam unggahan di TikTok, Oktober 2022.
Di rekaman tersebut, kelima pemuda itu bergotong royong membersihkan tumpukan plastik di sekeliling sungai yang airnya terlihat sangat hitam. Mereka mengangkat sampah itu hanya dengan peralatan sederhana. Video juga mengungkap sebelum dan sesudah sungai dibersihkan.
Dari semula penuh dengan sampah plastik aneka rupa, sungai itu bersih dan hanya tertinggal aliran airnya. Limbah plastik khususnya sudah lama jadi momok menakutkan lain bagi ekosistem sungai maupun laut. Melansir CNN, 5 Mei 2023), lautan dunia telah tercemar "kabut plastik" yang terdiri dari sekitar 171 triliun partikel plastik yang jika dikumpulkan akan berbobot sekitar 2,3 juta ton, menurut sebuah studi baru.
Tim ilmuwan internasional menganalisis data global yang dikumpulkan antara tahun 1979 dan 2019 dari hampir 12 ribu titik pengambilan sampel di samudra Atlantik, Pasifik, dan Hindia, serta Laut Mediterania. Mereka menemukan peningkatan polusi plastik laut yang "cepat dan belum pernah terjadi sebelumnya" sejak 2005, menurut penelitian yang diterbitkan pada 8 Maret 2023 di jurnal PLOS ONE.
Advertisement
Lonjakan Produksi Plastik
"Ini jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya," Lisa Erdle, direktur penelitian dan inovasi di Institut 5 Gyres dan penulis laporan tersebut, mengatakan pada CNN. Tanpa kebijakan yang mendesak, laju plastik yang masuk ke lautan dapat meningkat sekitar 2,6 kali lipat antara sekarang dan 2040, demikian temuan studi tersebut.
Produksi plastik telah melonjak dalam beberapa dekade terakhir, terutama plastik sekali pakai, dan sistem pengelolaan limbah tidak dapat mengimbanginya. Hanya sekitar sembilan persen dari plastik global yang didaur ulang setiap tahun.
Sejumlah besar sampah plastik itu berakhir di lautan. Sebagian besar berasal dari daratan, tersapu ke sungai oleh hujan, angin, saluran pembuangan badai yang meluap, dan kebiasaan membuang sampah sembarangan, hingga terbawa ke laut. Jumlah yang lebih kecil tapi masih signifikan, seperti alat tangkap, hilang atau dibuang begitu saja ke laut.
Begitu plastik masuk ke laut, itu terurai jadi potongan-potongan kecil. Partikel-partikel ini "benar-benar tidak mudah dibersihkan, kami terjebak dengannya," kata Erdle.
Desak Solusi Nyata untuk Limbah Plastik
Kehidupan laut bisa terjerat dalam plastik atau salah mengartikannya sebagai makanan. Plastik juga dapat melarutkan bahan kimia beracun ke dalam air.
Polutan ini bukan hanya jadi bencana lingkungan. Plastik juga merupakan masalah iklim yang sangat besar. Bahan bakar fosil adalah bahan mentah untuk sebagian besar plastik, dan menghasilkan polusi yang memanaskan planet sepanjang siklus hidupnya, mulai dari produksi hingga pembuangan.
Mencari tahu persis berapa banyak plastik di lautan adalah tugas yang sulit. "Lautan adalah tempat yang kompleks. Ada banyak arus laut, ada perubahan dari waktu ke waktu karena cuaca dan kondisi di darat," kata Erdle.
Para ilmuwan menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti makalah peer-review, serta temuan yang tidak dipublikasikan dari ilmuwan lain untuk mencoba menyusun catatan paling luas yang mereka bisa, baik dalam jangka waktu tertentu maupun geografi.
"Penelitian ini membuka mata saya tentang betapa sulitnya mengukur dan mengkarakterisasi sampah plastik di laut. Juga, menggarisbawahi perlunya solusi nyata untuk masalah ini," kata Win Cowger, seorang ilmuwan penelitian di Institut Penelitian Polusi Plastik Moore di California dan seorang penulis penelitian.
Advertisement