Sukses

Heboh Penjual Suvenir di Paris Fasih Berbahasa Indonesia: Enggak Mahal Saudara

Tawar-menawar dengan pejual suvenir di Paris yang fasih berbahasa Indonesia ini disebut jadi serasa belanja di Tanah Abang.

Liputan6.com, Jakarta - Ada saja konten media sosial yang jadi sensasi online setiap harinya. Di antara yang terbaru, video seorang penjual suvenir di Paris, Prancis kedapatan fasih berbahasa Indonesia termasuk yang heboh diperbincangkan warganet.

Momen epik tersebut dibagikan akun TikTok @halimchan, baru-baru ini, menulis, "Lawak di Paris," sebagai keterangan singkat. Dalam rekaman berdurasi 56 detik tersebut, tampak seorang pedagang membawa sejumlah suvenir yang didominasi pajangan Eiffel Tower.

Terdengar seorang pembeli bertanya, "Ini berapa?" Pria itu kemudian menjawab, "15 (euro) (sekitar Rp240 ribu)." Ketika diprotes mahal, ia menyahut, "Enggak mahal, saudara. Saya orang Indonesia, kamu juga." Masih berbicara dengan bahasa Indonesia, pedagang itu dengan lincah menghitung total belanja seorang pembeli.

Dalam rekaman itu, ia juga menyebut berbagai daerah di Indonesia, dari Malang sampai Kalimatan. "Orang Indonesia, orang baik, orang jujur," katanya sambil bertepuk tangan. "Ibu-ibu kalau mau beli di sini, yang jualan di sini, lebih murah di sini."

Klip yang sudah ditonton lebih dari delapan juta kali saat artikel ini ditulis tersebut telah mengundang berbagai komentar. Sejumlah TikToker mengatakan bahwa tawar-menawar yang terjadi di ibu kota Prancis itu mirip dengan Tanah Abang. "Jadi berasa Tanah Abang ya. Logatnya mirip orang Indonesia asli," kata seorang pengguna.

"Kayak suara uda Padang banget," sahut yang lain tentang penjual suvenir di Paris yang lancar berbahasa Indonesia itu.

 

2 dari 4 halaman

Tawar Menawar dengan Pedagang Suvenir di Paris

Di video lanjutan, penjual suvenir itu menegaskan bahwa ia memang fasih berbahasa Indonesia. "Orang ke sini (Paris beli suvenir) satu euro dapat tiga, orang Indonesia dapat enam," ucapnya menjajakan dagangannya.

Ia juga berkata bahwa ibu angkatnya adalah orang Jakarta yang sekarang tinggal di Paris. Di video terakhir yang dibagikan pengguna TikTok itu, si pria penjual suvenir mengaku orang Medan. "Oh orang Medan," sahut segerombolan orang Indonesia yang sedang melihat barang dagangannya itu sambil tertawa.

Masih tentang bahasa Indonesia, itu dilaporkan jadi salah satu bahasa yang akan diajarkan di Universitas Harvard tahun ini. Bahasa Indonesia bergabung dengan dua bahasa lain yang bakal diajarkan di universitas top dunia itu, yakni Tagalog atau bahasa Filipina dan bahasa Thailand.

Kabar tersebut diumumkan melalui surat kabar mahasiswa Universitas Harvard, The Harvard Crimson pada 24 Maret 2023. Departemen Studi Asia Selatan akan mempekerjakan tiga pembimbing untuk mengajar bahasa Tagalog, bahasa Indonesia, dan Thailand untuk penawaran kursus mulai tahun akademik 2023-24.

3 dari 4 halaman

Dana dari Penggalangan Dana

Mengutip The Harvard Crimson, 30 Maret 2023, Pusat Asia Universitas Harvard mendapatkan dukungan keuangan untuk posisi tersebut melalui upaya penggalangan dana, menurut Direktur Eksekutif Elizabeth K. Liao. Posisi itu akan jadi penunjukan selama tiga tahun untuk setiap pembimbing dan dapat diperpanjang hingga lima tahun.

James Robson, seorang profesor Bahasa dan Peradaban Asia Timur dan direktur Pusat Asia, mengungkap bahwa pemerintah AS dapat memperoleh 1 juta dolar AS (setara Rp15 miliar) dari anggaran Pusat Asia untuk mendanai posisi pembimbing Tagalog. Namun, ia menyebut mendanai posisi tersebut setelah tiga tahun "mungkin tidak sepenuhnya berkelanjutan."

"Kami sangat bersemangat dan berharap bahwa posisi ini akan jadi pengubah permainan dalam hal misi jangka panjang Pusat Asia untuk membangun studi Asia Tenggara di Harvard, serta keterlibatan universitas dengan kawasan ini," tulis Liao dalam surel.

Ia mengatakan, Asia Center telah bekerja lebih dari dua tahun untuk meningkatkan pendidikan tentang Asia Tenggara di Harvard. "Apa yang saya harapkan adalah jika kita dapat menunjukkan bahwa ada permintaan untuk bahasa-bahasa ini dan para siswa muncul dan bersemangat tentangnya," katanya.

4 dari 4 halaman

Senang, tapi Juga Layangkan Kritik

Robson menambahkan, "Semoga kita juga dapat menggunakan ini untuk meyakinkan pemerintah lebih mendukung studi Asia Tenggara pada umumnya dan pengajaran bahasa pada khususnya."

Jorge Espada, associate director untuk Program Asia Tenggara di Asia Center, mengatakan timnya melihat kurangnya penawaran studi Asia Tenggara dan kursus bahasa ketika mereka mensurvei terhadap semua sumber daya semacam itu di Harvard.

"Sebagian besar bahasa Asia Tenggara diajarkan sebagai bagian dari format tutorial di Departemen Studi Asia Selatan," ujarnya. "Kami ingin melihat apakah bahasa-bahasa ini dapat diajarkan oleh posisi tingkat pembimbing untuk memprofesionalkan pengajaran, membuatnya lebih konsisten, dan membangkitkan antusiasme untuk itu di Harvard."

Menurut laporan The Harvard Crimson, Tagalog merupakan bahasa keempat yang paling banyak digunakan di AS. Eleanor Wikstrom, co-president Harvard Philippine Forum (HPF) dan ketua redaksi Crimson, mengatakan bahwa kursus bahasa Tagalog telah jadi salah satu tujuan HPF.

HPF adalah komunitas orang Filipina, Filipina Amerika, dan mereka yang merayakan serta berbagi pentingnya budaya dan tradisi Filipina di Harvard.