Sukses

Nasi Uduk dan Serabi Laris Diserbu Jemaah Haji di Makkah, Penjualnya Ternyata Bukan dari Indonesia

Sejumlah makanan khas Indonesia seperti bakso, soto, nasi uduk, nasi kuning, aneka lauk pauk hingga kue serabi, dijejer di meja. Tiga jam berjualan, semua makanan itu ludes dibeli jemaah haji Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Mencari makanan Indonesia saat menjalani ibadah haji sepertinya bukan sesuatu yan sulit. Di Makkah misalnya, Jemaah haji asal Indonesia bisa menjumpai sejumlah makanan seperti bakso, soto, nasi uduk, nasi kuning, aneka lauk pauk hingga kue serabi. Semua dijejer di meja dan pembeli ramai berdatangan.

Tiga jam berjualan, makanan itu ludes dibeli jemaah haji Indonesia. Melansir merdeka.com, suasana itu terjadi di salah satu sudut di kawasan Syisah, Makkah, Arab Saudi. Kawasan ini termasuk salah satu lokasi jemaah haji Indonesia dari berbagai embarkasi mulai menginap. Mereka merupakan jemaah dari Madinah yang telah selesai melaksanakan ibadah sholat arbain.

Sejak pagi hari pada Sabtu, 3 Juni 2023, Rasad Ahmad, sang penjual sudah sibuk melayani pembeli yang antusias dengan makanan yang dijualnya. Uniknya, Rasad ternyata bukan orang Indonesia. Dia berasal dari Myanmar.

"Nasi uduk 5 riyal, pare 2 riyal, bakso 10 riyal, soto 5 riyal. Silakan, silakan, silakan," ucap Rasad menggunakan bahasa Indonesia. Sekelompok orang yang mayoritas ibu-ibu asal Makassar segera menyerbu. Rasad cukup kewalahan pagi itu.

Untungnya dia dibantu seorang pekerja perempuan yang ternyata berasal dari Bandung, Jawa Barat. Perempuan inilah yang memasak semua makanan khas Nusantara itu.

Rasad rupanya rutin berjualan makanan Indonesia itu setiap musim haji. Dia tahu, banyak jemaah yang rindu masakan kampung halaman. Padahal selama 30 tahun bermukim di Arab Saudi, Rasad adalah pedagang pakaian.

Rasad tidak selalu membuka lapak makanannya di lokasi yang sama karena tidak punya ijin khusus untuk berjualan makanan. Dia harus kucing-kucingan dengan aparat yang bisa datang tiba-tiba menggelar razia. Yang pasti, Rasad selalu berada di kawasan Syisah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Istri Kedua Orang Indonesia

"Kalau sekarang masih aman. Orang haji masih sepi. Mungkin tiga atau empat hari lagi baru pindah," ungkapnya kepada tim Media Center Haji.  Rasad menambahkan, jika sampai tertangkap saat berjualan, konsekuensinya berat. Jika ia bukan warga negara Arab Saudi, risikonya bisa dideportasi alias dipulangkan paksa ke negara asal.

Rasad tak menyebut berapa modal atau omzet yang ia dapat per hari. Namun, ia biasa melakukan itu untuk memenuhi kebutuhan dua istri dan empat anaknya. Istri keduanya adalah orang Indonesia yang ia nikahi pada 2015 lalu dan dikaruniai satu oran anak.

Di sebelah lapak Rasad ada penjual makanan lain, Ria, yang berasal dari Makassar. Saat itu ia hanya menjajakan rempeyek dan kerupuk yang dihargai 5 riyal (sekitar Rp20 ribu) per bungkus. Perempuan bercadar ini berjualan sejak 2016.

Ria yang pernah menjadi tenaga kerja wanita (TKW) itu kini bukan WNI lagi setelah menikah dengan warga Arab Saudi. "Memang biasa jualan begini kalau musim haji. Lumayan buat tambah-tambah (ekonomi keluarga). Suami saya sudah pensiun," terangnya.

Meski berjualan di kawasan Makkah, Ria dan Rasad melayani pembelian tak hanya dengan mata uang riyal, melainkan juga rupiah. Keduanya tak sampai tiga jam menggelar lapak. Dengan menggunakan mobil, keduanya segera bergeser berjualan ke tempat lain.

3 dari 4 halaman

Katering untuk Jemaah Haji Indonesia

Beberapa hari lalu, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Makkah mengumpulkan para penyedia konsumsi jemaah haji Indonesia di Makkah. Mereka diingatkan untuk melakukan persiapan terbaik dalam melayani jemaah haji. Jika sampai ada keterlambatan, bakal dikenakan sanksi.

Mengutip kanal Islami Liputan6.con, jemaah haji Indonesia sudah mulai tiba di Makkah Al-Mukarramah pada 1 Juni 2023. Kloter pertama embarkasi Jakarta – Pondok Gede (JKG 01) menjadi rombongan pertama yang tiba di Kota Kelahiran Nabi. Mereka diberangkatkan dari Madinah usai menjalani ibadah Arbain atau salat wajib berjamaah di Masjid Nabawi selama 40 waktu.

Kepala Bidang Katering Haji, Muhammad Agus Syafi' menyebutkan bahwa ada 54 dapur yang akan mensuplai makanan bagi seluruh jemaah. Mereka diminta untuk cermat dalam distribusi agar makanan layak dikonsumsi saat diterima jemaah haji.

"Tiap dapur harus cermat memperhatikan semua aturan yang sudah di sepakati, baik dari segi menu hingga waktu distribusi makanan," terang Agus saat memimpin rapat pelayanan konsumsi bagi jemaah haji, di Kantor Daker Makkah, dikutip dari rilis pers Kemenag, 29 Mei 2023.

4 dari 4 halaman

3 Kali Waktu Makan

"Saya juga mengingatkan bahwa ada pengawas yang mengawasi setiap pelayanan konsumsi. Perlu juga diingat bahwa akan ada sanksi bagi dapur yang terlambat dalam melakukan distribusi makanan kepada jemaah," lanjutnya.

Selama di Makkah, jemaah haji Indonesia akan mendapat tiga kali makan. Untuk makan pagi, ditribusi dilakukan dari jam lima sampai delapan, dengan batas maksimal waktu konsumsi adalah pukul sembilan pagi waktu setempat. Untuk makan siang, distribusi dari pukul 12 sampai 14, dengan batas maksimal konsumsi pukul 16.

Sementara untuk makan malam, distribusi dilakukan dari pukul 17 sampai 19, dengan batas maksimal konsumsi pukul 21."Kita akan rutin melakukan visitasi ke dapur secara langsung untuk pengawasan proses produksi, pengolahan, dan distribusi,” sebut Agus.

Hal senada disampaikan Kepala Seksi Pelayanan Konsumsi Daker Makkah Benny Darmawan. Dia mengatakan, penyedia konsumsi jemaah haji harus benar-benar memperhatikan jadwal distribusi makanan. Proses distribusi ini sangat penting karena berhubungan dengan asupan makanan yang akan menunjang kesehatan para Jemaah haji.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini