Sukses

Waspadai Dampak Gabungan Polusi dan Sinar UV terhadap Kulit, Pahami Rutinitas Perawatan yang Tepat

Merujuk studi terbaru, dokter spesialis kulit, dr. Arini Widodo, MS, SpKK menyebut bahwa interaksi antara polusi dan radiasi UV memperburuk efek merugikan pada kulit.

Liputan6.com, Jakarta - Tidak hanya cuaca panas yang tidak biasa, sejak bulan lalu, warga Jakarta juga sudah mengkhawatirkan tingkat polusi yang tinggi. Ada banyak yang harus diwaspadai akibat kondisi ini, termasuk bagaimana gabungan polusi dan sinar UV memengaruhi kesehatan kulit.

Merujuk studi terbaru, dokter spesialis kulit, dr. Arini Widodo, MS, SpKK menyebut bahwa interaksi antara polusi dan radiasi UV memperburuk efek merugikan pada kulit. "Kombinasi polusi dan radiasi UV menyebabkan produksi radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif dan peradangan pada kulit," katanya melalui keterangan pers pada Liputan6.com, Rabu, 14 Juni 2023.

Ia menyambung, "Radikal bebas adalah molekul sangat reaktif yang merusak komponen seluler, termasuk DNA, protein, dan lipid. Kerusakan ini dapat menyebabkan penuaan dini, melemahkan skin barrier, dan meningkatkan sensitivitas kulit."

Selain, kondisi itu juga meningkatkan risiko kambuhnya masalah kulit sebelumnya, seperti jerawat, eksim, dan rosacea. "Yang jadi perhatian khusus adalah pembentukan smog," imbuh dr. Arini. "Smog adalah sumber radikal bebas yang kuat, yang memperkuat efek negatifnya pada kulit."

Peningkatan indeks UV terkait perubahan iklim lebih meningkatkan dampak polusi pada kesehatan kulit, ia menyambung. "Perubahan iklim menyebabkan peningkatan yang mengkhawatirkan pada indeks UV dan tingkat polusi, yang merupakan ancaman serius bagi kulit kita," sebut dokter lulusan Harvard Medical School ini.

"Kombinasi polusi dan radiasi UV menciptakan lingkungan yang lebih merugikan bagi kulit kita, bahkan daripada polusi atau sinar UV saja secara individual. Kombinasi ini dampak negatif radikal bebas jadi berlipat ganda."

 

2 dari 4 halaman

Dampak Paparan Polusi terhadap Kulit

dr. Arini menjelaskan, secara tunggal tanpa sinar UV, polusi udara dapat menyebabkan berbagai efek merugikan pada kulit. Partikel-partikel polutan dapat menyebabkan masalah kulit, seperti peradangan, iritasi, dan munculnya berbagai jenis gangguan kesehatan kulit.

Konsultan medis di Dermalogia Klinik ini menyebut bahwa kulit yang terpapar polutan, seperti partikel debu, gas buang kendaraan bermotor, dan polutan industri dapat mengalami peningkatan kekeringan, peradangan, dan kepekaan yang mengarah pada munculnya eksaserbasi pada pasien yang telah memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya.

Selain itu, paparan terus-menerus polusi udara juga dapat menyebabkan peningkatan risiko perubahan pigmentasi kulit, seperti hiperpigmentasi. Hal ini dapat menyebabkan munculnya bintik maupun bercak gelap pada kulit.

Lalu, paparan polutan seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan senyawa organik volatil (VOC) dapat mengganggu fungsi penghalang alami kulit, kata dr. Arini. Hal ini akan mengompromikan kemampuannya menjaga kelembapan, sehingga kulit rentan kering dan iritasi.

Kualitas udara yang buruk juga berkontribusi pada peningkatan risiko penuaan dini dan kerusakan kulit. Polutan udara, seperti partikel halus (PM2.5) dan polutan oksidatif dapat merusak kolagen dan elastin dalam kulit.

3 dari 4 halaman

Rutinitas Perawatan Kulit

Kondisi ini menyebabkan keriput, garis halus, dan kulit kehilangan kekencengannya. dr. Arini menekankan pentingnya pendekatan yang komprehensif dalam mengatasi dampak polusi pada kesehatan kulit.

Ini meliputi rutinitas perawatan kulit yang mencakup membersihkan kulit, melembapkan, dan melindungi kulit dari faktor-faktor ekstrenal. Membersihkan kulit secara teratur, terutama di lingkungan perkotaan, dapat membantu menghilangkan polutan yang terakumulasi di kulit, katanya.

Selain itu, regimen perawatan kulit yang kuat yang dapat melindungi skin barrier. Sementara, penggunaan produk yang kaya antioksidan dapat memberi pertahanan terhadap efek merugikan polusi dengan membantu dalam menetralkan radikal bebas dan mengurangi peradangan.

"Sangat penting untuk memahami bahwa polusi tidak hanya memengaruhi lingkungan kita, tapi juga berdampak buruk pada kesehatan dan penampilan kulit kita," kata dr. Arini. "Dengan meningkatkan kesadaran, menerapkan langkah-langkah pencegahan, serta memfasilitasi kolaborasi antara peneliti, dokter, dan pembuat kebijakan, kita dapat bekerja mempertahankan dan meningkatkan kesehatan kulit di dunia yang semakin terpapar polusi."

4 dari 4 halaman

Pilih Tabir Surya yang Tepat

Sementara itu, untuk menahan dampak buruk sinar UV, dr. Arini menyarankan penggunaan tabir surya spektrum luas secara teratur yang memberikan perlindungan terhadap sinar UVA dan UVB. Juga, penggunaan produk perawatan kulit yang kaya antioksidan untuk membantu menetralkan radikal bebas dan mengurangi peradangan.

Selain itu, ia juga mendorong untuk mencari tempat teduh, menggunakan pakaian pelindung, dan membatasi aktivitas di luar ruangan saat indeks UV sedang tinggi. Indeks UV bisa dengan mudah Anda ketahui dengan mengakses aplikasi cuaca di ponsel pintar, misalnya.

"Menerapkan praktik gaya hidup sehat, seperti hidrasi yang cukup, diet seimbang, dan olahraga teratur juga dapat mendukung kesehatan kulit secara keseluruhan dan meningkatkan ketahanan terhadap stres lingkungan," kata dr. Arini.

Dengan tantangan yang semakin meningkat akibat perubahan iklim, dr. Arini juga menekankan pentingnya penelitian berkelanjutan, peningkatan kesadaran masyarakat, dan upaya kolaboratif dalam mengatasi dampak gabungan polusi dan radiasi UV pada kesehatan kulit.

"Dengan memprioritaskan perlindungan kulit dan mengadopsi langkah-langkah pencegahan, kita dapat menjaga kulit yang lebih sehat dan tangguh dalam lingkungan yang terus berubah," tandasnya.

 

Video Terkini