Liputan6.com, Jakarta - Tuntutan untuk meniadakan wisuda TK sampai SMA masih nyaring disuarakan orangtua murid di media sosial. Salah satunya adalah pengguna Twitter @ekakunjeri yang mengaku sempat menolak, namun akhirnya terbawa arus hingga anaknya mengikuti wisuda TK.
Dalam sebuah tweet viral yang dibagikan 16 Juni 2023, ibu itu menulis, "Setahun lalu, gw jadi salah satu dari tiga di antara wali murid yg menolak keras wisuda untuk anak TK. Esensinya enggak ada. Kemudian, ada wali murid lain berkata, 'Gapapa mah momen sekali seumur hidup. Belum tentu nanti pada sarjana.'"
"Allah Allah, gw jadi sedih, akhirnya gw ikut arus," imbuhnya. "Jadi, ayo biasakan berani melawan arus, menolak tidak wisuda-wisudaan lulusan TK sampai SMA. Sayang lho duitnya bisa buat yang lain."
Advertisement
Kolom komentar Instagram Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim sendiri masih terus dibanjiri protes soal wisuda di jenjang TK sampai SMA. Keluhan tersebut banyak diserukan wali murid yang menyebut biayanya memberatkan orangtua.
"Hapuskan wisuda dari TK sampai SMA, biaya sewa gedungnya mahal, belum tour ke bali atau jogja bagi yang tidak mampu diwajibkan bayar walaupun tidak ikut tour sampai orangtua minjam uang ke sana ke sini, sampai ada yang pinjem rentenir," demikian tulis salah satu akun Instagram.
Komentar tersebut mendapat 870 likes saat artikel ini ditulis dan banjir dukungan dari orangtua murid lain. "Wow setuju banget tuk TK/PAUD. Tadinya sudah dilarang tapi akhir-akhir ini menjamur lagi, semua ikutan wisuda, ortu pada happy, harusnya sih ok kali ya," balas lainnya.
Protes Wali Murid
Protes lain juga disampaikan orangtua murid melalui komentar di salah satu unggahan Nadiem Makarim yang berbeda. Unggahan tersebut sebenarnya berisi video singkat apresiasi Nadiem pada seorang seniman yang dibagikan pada Senin, 12 Juni 2023.
"Tolong Pak Nadiem sekarang dihapuskan acara Wisuda dari TK - SMA karena hanya memberatkan biaya para orangtua. Wisuda hanya untuk lulusan Universitas aja bukan dari TK," tulis salah akun di kolom komentar.
Ia melanjutkan, "Terus juga masuk SD jangan dipersulit kaya sekarang lah. Kembalikan kaya ke zaman dulu. Masuk SD, SMP, SMA Negeri berdasarkan nilai, bukan berdasarkan umur atau zona dulu. Orangtua jangan dibikin susah."
Warganet lain turut mengaminkan narasi tersebut. "Iya setuju, bun. Buang-buang duit. Waktu anak saya sekolah Tk bayar perpisahan (Rp)300 ribu, padahal nanti msuk SD harus bayar pendaftaran (Rp)600 ribu untuk biaya keperluan lain, mending uangnya buat makan," demikian balas warganet tersebut.
Balasan kembali hadir dari orangtua murid lain yang juga setuju untuk meniadakan tradisi wisuda TK sampai SMA. Ia berharap curahan hati para orangtua murid ini didengarkan Mendikbudristek.
Advertisement
Protes ke Kemendikbudristek
Warganet lain turut menuliskan, "Up" yang berarti memberi dukungan agar curhatan tersebut dibaca Nadiem Makarim. "Setuju enggak faedah, buang-buang duit. Mending duit buat ke jenjang berikutnya. Ya Allah musim susah malah tambah dibebani," kata warganet lain.
Bukan hanya di Instagram Nadiem Makarim, protes juga dilayangkan pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud). Lewat unggahan di Facebook, seorang warganet menyoroti soal anak TK, SD, SMP hingga SMA yang harus mengikuti acara wisuda di hari kelulusannya. Salah satu tulisan itu diunggah di grup Facebook dengan nama "Lahm Marbun."
Unggahan tersebut menuai berbagai komentar warganet. Lewat halaman Facebook tersebut, seorang warganet menceritakan keluh kesahnya karena harus mengikuti wisuda anak-anaknya dari jenjang TK sampai perkuliahan.
"Kembaikan wisuda hanya untuk yang lulus kuliah aja. TK, SD, SMP, SMA tidak perlu. Bikin Pusing orangtua aja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI," tulisnya pada Selasa, 13 Juni 2023.
Protes Aturan Masuk SD
Keluhan soal wisuda TK hingga SMA belum ditanggapi, protes lain menggema tentang aturan usia masuk SD maksimal 11 tahun. Komplain ini dilayangkan orangtua murid dengan membanjiri kolom komentar di salah satu unggahan Nadiem Makarim.
"Pak, tolonglah, anak gue yang umur 7 tahun enggak bisa masuk (SD) negeri gara-gara ada anak yang umurnya 11 taun daftar dan kandidatnya sekarang tua-tua pak. Alhasil anak saya yang umur 7 tahun mental kebuang. Sedih deh kalo sistemnya begini. Katanya zonasi, rumah gue deket sekolah, (anak) umur 7 tahun lebih satu bulan aja tetep enggak dapat (sekolah)," tulis salah satu akun di kolom komentar.
Protes senada juga disampaikan orangtua murid lain yang meminta mengubah syarat masuk SD. "Pak apa enggak bisa diubah syarat masuk SD bukan umur yang dijadikan patokan?" tanya orangtua murid lain.
Ia menambahkan, "Daftar SD umur 7 tahun kepental sama yang umur 10--11 tahun. Jaman sekarang perusahaan maunya yang muda-muda, tapi sekolah harus tua dulu biar bisa di (sekolah) negeri. Enggak semua rakyat mampu di swasta pak."
"Hayuk pak nadiem turun tangan. Jangan biarkan terus-terusan begini," sahut yang lain.
Advertisement