Liputan6.com, Jakarta - Jemaah haji Indonesia dipastikan mendapat makan selama fase puncak haji di Arafah dan Mina. Hal tersebut telah dikonfirmasi oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji atau PPIH Arab Saudi.
"Iya jamaah haji akan mendapatkan makanan di Arafah dan Mina. Jumlah makannya sama, tiga kali sehari," kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief setelah doa bersama petugas haji Daerah Kerja Madinah, di Makkah, Senin, 26 Juni 2023, dilansir Antara.
Baca Juga
Jemaah haji Indonesia akan mendapat 25 kali makan dan dua jenis makanan selama di Armuzna. Menu makanan yang didapat tersebut terdiri atas makanan siap saji dan makanan yang dimasak di dapur-dapur yang ada di Arafah dan Mina.
Advertisement
Jemaah mulai mendapatkan makan siang pada 8 Zulhijah atau bersamaan dengan pergerakan jamaah dari Mekkah menuju Arafah. Begitu jemaah datang langsung tersedia makanan.
Kedua, makan siang pada 9 Zulhijjah (saat puncak wukuf) agar jemaah tidak disibukkan oleh antrean mendapatkan makanan dan dengan makanan siap saji, maka konsumsi jamaah bisa dibagikan lebih awal. Ketiga, makan malam pada 9 Zulhijah, saat jemaah mulai bergerak menuju Muzdalifah.
Keempat, sarapan pagi pada 10 Zulhijah, ketika jemaah baru tiba di Mina. Hal tersebut dimaksudkan agar saat jemaah tiba di Mina, sudah ada makanan.
Kelima, makan siang pada saat jemaah akan meninggalkan Mina, baik pada 12 Zulhijah untuk Nafar Awal maupun 13 Zulhijah untuk Nafar Tsani. Di luar jam-jam tersebut, makanan di Armuzna akan disajikan secara reguler berupa masakan yang dimasak di dapur-dapur yang ada di Arafah dan Mina.
Â
Deretan Menu Makanan Khas Indonesia
Menu makanan untuk jemaah haji disesuaikan dengan cita rasa Indonesia, terdiri atas mangut lele, rendang ayam, rendang daging, semur, gulai ikan, bubur kacang hijau, kacang merah, dan ketan hitam. Menu makanan Nusantara lainnya yang akan dihidangkan kepada jemaah haji Indonesia saat puncak haji tersebut akan disiapkan oleh Masyariq atau Muassasah.
Pada pertengahan Juni 2023, Hilman bersama tim juga telah mengecek dan memastikan rasa makanan yang akan disajikan untuk jemaah sesuai dengan cita rasa dan kualitas makanannya dengan menguji rasa makanannya (mealtest). Menu masakan yang diuji rasa adalah makanan siap saji agar lebih memudahkan saat pelayanan dan rasa makanan juga terjaga di Armina.
Menu lauk siap saji tersebut, katanya, akan dipadu dengan nasi putih yang dikemas dalam kotak. Jemaah haji juga akan mendapatkan buah-buahan dan air mineral seperti yang mereka dapat saat di hotel Makkah.
Hilman menjelaskan menu masakan siap saji itu merupakan produk Indonesia. Pihak masyariq selaku mitra Kemenag bekerja sama dengan perusahaan di Indonesia dalam proses penyediaannya.
Advertisement
Jemaah Harus Perhatikan Masa Aman Konsumsi Makanan
Dikutip dari kanal Islami Liputan6.com, pada 17 Juni 2023, jemaah haji Indonesia diimbau menjaga kesehatan menjelang persiapan menghadapi puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina yang sudah semakin dekat. Salah satunya dengan memerhatikan jam makan yang telah ditentukan.
Jemaah haji Indonesia diimbau mengonsumsi makanan yang telah disediakan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi sesuai dengan waktu yang disarankan. Hal ini penting dilakukan agar jemaah terhindar dari masalah kesehatan yang diakibatkan oleh kerusakan makanan.
"Jemaah haji penting untuk mematuhi rentang waktu yang aman pada makanan untuk dikonsumsi. Anjuran rentang waktu aman konsumsi sudah ada di tutup kemasan makanan yang dibagikan kepada jemaah," ujar Koordinator Tim Sanitasi dan Food Security, Dedy Kurniawan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah.
Meski sampel makanan tersebut sudah lolos uji organoleptik oleh tim sanitasi dan food security, namun jemaah haji perlu mewaspadai faktor risiko lain yang disebabkan dari kerusakan makanan. Jika makanan rusak dikonsumsi, pastinya akan menimbulkan masalah kesehatan.
Dedy menyampaikan bahwa salah satu faktor risiko kerusakan makanan yang terjadi di penyelenggaraan haji yaitu terkait penyimpanan makanan. Makanan dapat rusak karena mikroba seperti bakteri dan jamur yang berkembang biak pada suhu 5 hingga 60 derajat celsius.
Selain suhu, waktu penyimpanan yang lebih lama akan mengakibatkan perkembangan mikroba lebih banyak lagi. "Kerusakan makanan untuk jemaah haji yang sering kami deteksi adalah karena disimpan di tempat terbuka yang mudah terkontaminasi bakteri atau jamur dalam waktu yang cukup lama," ucapnya.
Jadwal Distribusi Makanan dan Waktu Aman Konsumsi
Ketika makanan tidak disimpan dengan baik, maka akan mudah terkontaminasi mikroba, sehingga makanan cepat rusak. Selain itu mikroba juga mudah berkembang biak pada udara yang lembab dan suhu yang hangat.
Kerusakan makanan biasanya ditandai dengan perubahan di aroma dan tekstur makanan seperti menjadi lembek, berlendir, dan berbau kurang sedap alias basi. Namun, ada juga kerusakan makanan yang tidak ditandai dengan adanya perubahan tekstur dan bau. Kerusakan seperti inilah yang perlu diwaspadai.
Maka, jemaah haji diimbau untuk mengonsumsi makanan dalam waktu yang dianjurkan. Jemaah haji harus memperhatikan masa aman konsumsi yang ada di setiap kemasan makanan.
Masa waktu yang ditetapkan oleh Bidang Layanan Konsumsi PPIH Arab Saudi adalah waktu yang sudah dipertimbangkan makanan tersebut siap saji sampai dikonsumsi, itu dianggap masa aman. Pada masa aman konsumsi, tidak perlu khawatir karena mikroba jumlahnya masih sedikit dan tidak berbahaya.
Namun, jika dikonsumsi lewat dari masa waktunya maka kemungkinan mikroba sudah berkembang banyak di makanan tersebut, sehingga besar kemungkinan makanan sudah rusak. Makanan untuk sarapan pagi didistribusikan jam 05.00--07.00 dengan waktu aman maksimal dikonsumsi jam 09.00. Distribusi makan siang pukul 12.00--14.00, maksimal konsumsi 16.00. Kemudian makan malam didistribusikan jam 17.00--19.00 dengan waktu maksimal konsumsi pukul 21.00.
Â
Advertisement