Liputan6.com, Jakarta - Seorang turis Australia memperingatkan wisatawan lain setelah ia didenda 1.500 dolar Autralia (sekitar Rp15,2 juta) ketika mendarat di Bali. Turis bernama Monique mengatakan telah menantikan liburan yang "sangat diantisipasi" di Bali bersama ibunya yang berusia 60 tahun.
"Saat di loket Batik Air di Bandara Tullamarine, saya disuruh menandatangani formulir tambahan berwarna biru yang katanya harus saya tunjukkan setiap kali saya menunjukkan paspor saya," jelas perempuan asal Melbourne itu pada 7NEWS.com.au, dikutip Selasa, 11 Juli 2023.
Baca Juga
"(Formulir itu harus ditunjukan)Â karena paspor saya sedikit kotor, mengingat usianya sudah tujuh tahun," imbuhnya. Monique mengatakan, ia melanjutkan perjalanannya tanpa masalah. Namun begitu mengeluarkan formulir biru di imigrasi Bandara Ngurah Rai Bali, ia mulai mendapati masalah.
Advertisement
"Saya ditanya apakah saya sendirian, dan apakah saya seorang pelancong biasa (yang mana saya bukan masuk kategori itu). Saya kemudian dibawa ke ruang interogasi kecil," akunya. "Para pejabat imigrasi terus masuk dan keluar, menanyai saya selama lebih dari satu jam. Saya histeris dan membatu."
Monique mengaku semakin bingung ketika petugas imigrasi mulai tertawa dan berbicara dalam bahasa Indonesia. Mereka memberinya bahwa karena paspornya rusak, ia melanggar hukum dengan mencoba memasuki negara itu dan harus dideportasi.
"Kemudian, mereka memberi tahu saya bahwa mereka dapat menyelesaikan masalah ini dengan biaya 1.500 dolar (Australia)," katanya. "Paspor saya sebenarnya sudah dicek dan dicap untuk visa masuk. Baru setelah saya menyerahkan formulir biru itu mereka mulai bertanya-tanya."
Â
Kemungkinan Besar Jebakan?
Tapi, Monique yang baru saja keluar dari pekerjaannya, menolak untuk membayar. Saat itulah para pejabat imigrasi beralih ke ibunya yang berusia 60 tahun. "Mereka mendekati ibu saya yang ketakutan dan meyakinkannya untuk membayar, dan mengatakan jika tidak, saya tidak akan mendapatkan paspor saya kembali," katanya.
Setelah membayar, pasangan itu dikawal keluar dari bandara tanpa interogasi lebih lanjut. Namun, Monique mengatakan bahwa kejadian itu benar-benar merusak suasana hati untuk liburan yang santai.
"Seluruh waktu liburan dihabiskan untuk melupakan pengalaman ini dan meneliti apakah paspor saya dapat diterima," katanya. "Itu adalah pengalaman yang mengerikan ... sangat traumatis."
Di akhir perjalanan mereka, kedua pelancong berhasil melewati pemeriksaan bandara dengan membawa paspor dan tidak dihentikan atau diinterogasi lebih jauh. Tapi, Monique mengklaim ia telah bertanya pada pejabat keamanan perbatasan di Melbourne, yang mengatakan padanya bahwa mereka yakin kejadian itu kemungkinan besar adalah jebakan.
"Paspor saya tidak pernah jadi masalah yang sebenarnya," katanya. "Itu adalah cara mudah untuk mendapatkan uang dari turis yang tidak berpengalaman. Saya benar-benar tidak mengharapkan ini ... sangat traumatis."
Â
Advertisement
Apa Itu Paspor Rusak?
Namun, 7NEWS.com.au tidak dapat memastikan apakah intervensi resmi itu sah atau tidak. Mengenai kerusakan paspor, Departemen Luar Negeri Australia mengatakan pada publikasi itu bahwa "keausan" yang normal seharusnya tidak menjadi masalah.
"Kerusakan yang lebih serius dapat menghentikan Anda bepergian," ia memperingatkan. Kriteria paspor yang aman menurutnya, yakni:
- Tidak ada robekan atau sobekan pada halaman paspor, terutama halaman foto.
- Semua yang ada di halaman foto terbaca dan jelas.
- Tidak ada tanda di foto Anda atau di Machine Readable Zone (MRZ) di halaman foto.
- Tidak ada halaman yang dihapus.
- Tidak ada perubahan atau gangguan.
Melansir laman Dirjen Imigrasi, ciri-ciri paspor rusak antara lain sobek, berlubang, dicoret atau tercoret, basah, dan terlipat. Kondisi paspor seperti ini membuatnya tidak layak sebagai dokumen resmi negara dan dapat membuat data diri pemilik sulit diidentifikasi.
"Menurut Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 8 Tahun 2014, paspor dapat dikatakan rusak saat kondisinya membuat keterangan di dalamnya menjadi tidak jelas, atau memberi kesan yang tidak pantas lagi sebagai dokumen resmi," ujar Kepala Sub Bagian Humas Ditjen Imigrasi, Achmad Nur Saleh.
Insiden Turis Australia Lain
Sebelum ini, seorang turis Australia bernama Stephanie Moody menceritakan pengalaman kurang mengenakkan saat liburan di Bali. Perempuan yang berprofesi sebagai perawat ini mendapati ruam merah di kulitnya, yang awalnya ia anggap sebagai tanda terbakar sinar matahari.
Melansir New York Post, 21 Februari 2023, perempuan asal Kanada yang sekarang tinggal di Mudgee, New South Wales, Australia ini bercerita menghabiskan waktu di Ubud ketika ia melihat ruam merah di kulitnya. Awalnya, ia tidak terlalu memikirkannya.
Sekitar empat hari kemudian, ketika ia pindah berlibur di Kuta dan bersiap terbang pulang, lepuh kecil mulai muncul di kulitnya. "Itu terlihat sangat menjijikkan dan menyakitkan," kata Moody pada news.com.au.
Ia menginap di Hotel Hard Rock, yang "untungnya" memiliki klinik kesehatan, sebutnya. "Perawat (di klinik kesehatan) itu mengatakan, 'Saya pikir Anda perlu antibiotik. Apakah Anda ingin saya memanggil dokter?' Saat itu, saya berpikir saya hanya akan menunggu (tanpa diperiksa dokter) karena saya akan kembali ke Australia malam ini," katanya.
Ia menyambung, "Dalam satu jam (setelah diperiksa perawat), warnanya jadi kuning dan melepuh seperti balon, satu kuning besar. Saya akhirnya mulai merasa sakit. Saya mengalami gejala demam dan merasa sangat mual."
Moody mengatakan, ia awalnya mengira itu semata "Bali belly," tapi merasa "sangat sakit" sehingga klinik hotel akhirnya memanggil seorang dokter, yang mengatakan bahwa ia telah berkontak dengan serangga berbisa yang disebut kumbang tomcat. Ia akhirnya diberi antibiotik dan krim IV untuk merawat area tersengat.
Moody berkata bahwa ia telah melihat kumbang "di mana-mana" di Ubud, tapi tidak merasakan satu sentuhan pun padanya. Meski pengalaman tersebut tidak membuatnya takut pergi ke Bali dan keluarganya akan kembali lagi ke Pulau Dewata akhir tahun ini, Moody ingin wisatawan lain mengetahui tentang kumbang tersebut, sehingga mereka menahan diri untuk tidak menyentuh ruam dan segera mencari pengobatan.
Advertisement