Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengusulkan pemindahan makam Pangeran Diponegoro dari Makassar ke Yogyakarta. Ini disampaikan Prabowo saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVI Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), 13 Juli 2023, lapor kanal News Liputan6.com per Sabtu (15/7/2023).
Di kesempatan itu, Prabowo sempat meminta izin pada warga Sulsel untuk memindahkan makam Pangeran Diponegoro yang berada di Kota Makassar. "Di sini tempat perjuangan, sebagaimana semua daerah ada pengorbanannya, dan di sini, di kota ini, juga ada makam Pangeran Diponegoro yang dibuang dari daerah asalnya," ujar dia.
Ia menyambung, "Tidak ada salahnya kita berpikir, apakah tidak di alam merdeka, tentunya dengan seizin rakyat Sulawesi Selatan, apa tidak sebaiknya kita kembalikan makam Pangeran Diponegoro ke kampung halamannya lagi?"
Advertisement
Dalam catatan sejarahnya, mengutip Good News from Indonesia, Sabtu (15/7/2023), perang Jawa antara pasukan Pangeran Diponegoro melawan pemerintah Hindia Belanda berlangsung selama lima tahun, yakni pada 1825--1830. Perjuangan panglima perang kelahiran Yogyakarta itu berakhir pada 28 Maret 1930 ketika Jenderal De Kock menahannya.
Diponegoro lalu diasingkan beberapa kali, mulai dari Batavia, Manado, hingga berakhir di Makassar. Di kota ini, ia mengembuskan napas terakhir di usia 69 tahun pada 8 Januari 1855. Jauh setelah wafat, makam Pangeran Diponegoro akhirnya dipugar dan sampai sekarang jadi tempat wisata ziarah.
Kompleks makam Pangeran Diponegoro sendiri terletak di Jalan Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Kompleks Makam Pangeran Diponegoro
Kompleks makam Pangeran Diponegoro merupakan kompleks makam keluarga. Selain persemayaman Pangeran Diponegoro, terdapat pula makam istrinya, R.A Ratu Ratnaningsih, yang wafat pada 1885.
Selain dua makam tersebut, terdapat pula makam anak cucu dan pengikut Diponegoro, sehingga total ada 98 buah makam. Melansir laman Cagar Budaya Kemdikbud, makam Pangeran Diponegoro berupa bangunan tembok berundak enam dan undakan teratas pada bagian utara dan selatan jirat diberi pot dan bunga.
Pada bagian dalam gunungan terdapat dua buah nisan berbentuk pipih. Lalu, pada bagian nisan terdapat hiasan berupa sulur-suluran. Bagian dalam gunungan terdapat inskripsi dalam bahasa Arab yang memuat hari, tahun, dan tanggal wafat Pangeran Diponegoro.
Atap bangunan makam Pangeran Diponegoro berbentuk joglo, bangunan khas masyarakat Jawa. Ukuran makamnya, yakni panjang jirat 341 cm, lebar 117 cm, tinggi 115 cm, gunungan berukuran tinggi 63 cm, lebar 79 cm, dan tebal 30,5 cm. Sementara, ukuran nisannya, yaitu tinngi 72 cm, lebar 31 cm, dan tebal 8,5 cm.
Advertisement
Dikritik Sejarawan
Usulan Prabowo memindahkan makam Pangeran Diponegoro dikritik sejarawan Andi Achdian. Menurut Andi, usulan Prabowo dapat merusak peninggalan sejarah yang berharga.
"Makam Pangeran Diponegoro sebagai struktur cagar budaya ya sejarah, itu sejarah yang berharga. Saya kira pemindahan atau upaya memindahkannya akan sama saja dengan merusak,” kata Andi dalam keterangannya yang diterima kanal News Liputan6.com.
Andi melihat, rencana yang dicetuskan Prabowo merupakan sikap politik. Sebab, tidak ada nilai sejarah yang dapat diambil dari pemindahan makam pahlawan nasional itu. "Sentimen nilai pembelajaran sejarahnya juga tidak baik. Jadi 'romantis' lah, bukan sikap yang baik untuk mempelajari sejarah," ucapnya.
Andi menambahkan, saat ini Indonesia sudah memasuki tahun politik. Karena itu, usulan Prabowo dirasa seperti sebuah kesenangan yang membuat ramai publik pada momentumnya.
"Tahun politik, tidak ada manfaatnya bagi pengetahuan sejarah. Bagi kesadaran sejarah juga tidak ada manfaatnya. Cuma ramai-ramai saja. Tidak ada artinya," tutur Andi.
Soroti Penolakan Sultan Yogyakarta
Andi juga menyoroti penolakan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X terkait rencana pemindahan makam Pangeran Diponegoro. Andi berujar, sikap tersebut tepat karena tidak ada pengetahuan sejarah yang dapat diambil.
"Memang setelah (makam Pangeran Diponegoro) dipindahkan ke Yogya, ada sesuatu yang baru buat pengetahuan sejarah? Tidak juga, kan? Gitu-gitu juga, jadi buat apa? Ramai-ramai saja, seperti politik saja," kata Andi.
"Iya sama sultan juga (ditolak). Tapi, ya kalau dari segi sejarah tidak ada gunanya juga. Tidak menambah pengetahuan sejarah baru, sekadar romantisme saja," tandasnya.
Di jagat maya, warganet juga mengaku tidak habis pikir atas gagasan Prabowo. "Maaf, sepertinya justru karena makam beliau ada di Makassar inilah yang kemudian menjadi bukti bahwa beliau pahlawan nasional, bukan hanya milik orang Jawa," kata salah satunya.
"Entah mau mengambil simpati siapa, tapi sepertinya jadi agak blunder," sahut warganet lain.
Advertisement