Sukses

Mengenal Jahe Emprit, Salah Satu Bahan Baku Pembuatan Jamu

Jahe (Zingiber officinale Roscoe, Zingiberaceae) menjadi salah satu rempah-rempah untuk bahan baku pembuatan jamu, termasuk jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum).

Liputan6.com, Jakarta - Jahe (Zingiber officinale Roscoe, Zingiberaceae) menjadi salah satu rempah-rempah utama dalam pembuatan jamu. Rimpang ini memiliki tiga varietas, yakni jahe gajah (Zingiber officinale Roscoe), jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum), dan jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum).

Dikutip dari laman Kanal Pengetahuan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Rabu, 19 Juli 2023, komposisi kandungan kimia dari ketiga varietas jahe tersebut juga berbeda yang menyebabkan peruntukan yang berbeda pula. Jahe gajah kerap digunakan sebagai bagian dari masakan, jahe emprit untuk minuman penghangat dan juga obat tradisional, sedangkan jahe merah sebagai obat tradisional.

Di seluruh dunia, terdapat berbagai varietas jahe dengan variasi kandungan kimia. Variasi kandungan kimia jahe selain dipengaruhi oleh varietas jahe, dipengaruhi pula oleh kondisi budidaya, panen dan pengolahan pascapanen.

Gingerol adalah nama golongan senyawa dalam jahe yang bertanggung jawab untuk rasa pedasnya yang khas kerap disebut sebagai zat pedas. Aroma khasnya disebabkan oleh kandungan dalam minyak atsirinya.

Pemanasan jahe dengan suhu kurang dari 70 derajat Celcius lebih sedikit mengonversi gingerol menjadi shogaol yang memiliki rasa yang kurang pedas dibandingkan gingerol dan menjadi komponen utama dari jahe kering. Hal ini yang menyebabkan bahwa pada pengobatan tradisional, jahe segar digunakan dengan tujuan yang berbeda dengan jahe kering.

Jahe segar diyakini memiliki efek hangat yang ringan yang efek hangatnya meningkat jika dikeringkan. Di masyakarat, penggunaan jahe untuk minuman biasanya juga dibakar terlebih dahulu untuk menambah efeknya menghangatkan tubuh dan rasa yang khas yang tidak terlalu pedas.

2 dari 4 halaman

Penggunaan Jahe di Minuman

Mengupas jahe juga menyebabkan rasa pedasnya berkurang karena kandungan sel minyaknya banyak yang berada di kulitnya (Jayashree dkk., 2014). Sebagai bagian dari minuman penghangat, sebagai aroma dan perasa makanan, pengolahan dari jahe segar ini dapat lebih mempertahankan aroma dan rasa pedasnya yang khas.

Kandungan shogaol dalam jahe kering memiliki aktivitas farmakologis yang setara dengan gingerol. Bahkan dalam beberapa laporan penelitian disebutkan ini memiliki aktivitas yang lebih kuat serta memiliki sifat yang relativ non polar (tidak larut air) (Syafitri dkk., 2018).

Indikator untuk menentukan saat panen jahe adalah penuaan daun (Kaushal dkk., 2017). Jahe segar umumnya dipanen ketika masih belum terlalu tua, sekitar 8 bulan, sebaliknya jahe yang akan dikeringkan dipanen setelah daunnya menguning semua sekitar 12 bulan.

Penentuan saat panen yang tepat dan metode pengolahan pascapanen sangat berpengaruh terhadap kualitas jahe. Menunda panen sampai semua daun mati dapat menurunkan kadar zat pedas dan minyak atsiri rimpang, meningkatkan kandungan serat dan pati.

3 dari 4 halaman

Karakteristik

Dikutip dari "Kandungan Zat Gizi, Fitokimia, dan Aktivitas Farmakologispada Jahe (Zingiber officinale Rosc.)" oleh Dewi Sari dan Anas Suha, tanaman jahe merupakan salah satu tanaman yang dapat beradaptasi pada perbedaan suhu, dan termasuk ke dalamtanaman terna atau tanaman tahunan, memiliki batang semu dengan tinggi 30--70cm, hidup merumpun, berkembang biak, serta bentuk rimpang yang dihasilkan beragam. Habitatnya pada dataran tinggiataupun dataran rendah (Rukmana, 2000).

Jahe memiliki bunga majemuk yang muncul di permukaan tanah, berbentuk malai, tongkat atau bulat telur yang sempit, dan sangat tajam (Wardana, 2002). Ukuran rimpang pada jahe merah paling kecil dibanding kedua varietas lainnya.

Rimpangnya berwarna merah muda hingga jingga muda. Jahe merah memiliki batang yang agak keras, berbentuk bulat kecil, dan memiliki tinggi tanaman 14,05--48,23 cm.

Kandungan minyak atsiri pada jahe merah lebih tinggi sehingga memiliki rasa yang pedas dan sering dimanfaatkan sebagai bahan jamu dan farmasi. Daunnya hijau lebih gelap daripada jahe gajah atau jahe emprit. 

4 dari 4 halaman

Kandungan Gizi

Sementara itu, ukuran rimpang jahe gajah paling besar dibanding kedua varietas lainnya, rimpang berbuku-buku, bagian dalam rimpang berwarna putih kekuningan, ujung daun runcing, berbentuk lanset, berselang-seling pada batang semu yang tegak, panjang helaian daun 15--25 cm dan lebar 20--35 cm. Tinggi tanaman sekitar 85 cm. Batang berbentuk bulat besar dan berwarna hijau muda. Panjang daun 15--25 cm.

Jahe emprit memiliki rimpang dengan bobot 0,5--0,7 kg per rumpun, rimpang berukuran kecil dan berlapis-lapis, panjang rimpang sekitar 11 cm, daging rimpang berwarna putih kekuningan. Tinggi tanaman 40--60 cm (Syukur dan Nur, 2006).

Rimpang jahe mengandung berbagai jenis zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh, yakni energi, karbohidrat, serat, protein, sodium, zat besi, potasium, dan vitamin C. Selain itu, rimpang jahe juga mengandung magnesium, fosfor,seng, folat, vitamin B6, vitamin A, riboflavin, dan niasin (Ware, 2017).

Kandungan karbohidrat pada rimpang jahe berperan sebagai penghasil energi, menjaga kesehatan jantung, menjaga massa otot, dan memperlambat kelelahan. Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang. Protein bermanfaat sebagai zat pembangun sel, pendorong metabolisme tubuh, cadangan makanan, menjaga keseimbangan pH tubuh, dan antibodi. Vitamin C sebagai zat pengatur dan antioksidan (Rohyani et al.,2015).Â