Sukses

Paviliun Indonesia Siapkan Tampilan Futuristis di COP28 Dubai, Pamerkan Upaya Indonesia Tekan Emisi Gas Rumah Kaca

Paviliun Indonesia di COP28 Dubai akan dimanfaatkan untuk menyampaikan langkah konkret atau aksi nyata Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim kepada dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sedang mempersiapkan Paviliun Indonesia dalam agenda Conference of the Parties 28 (COP28) yang akan berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), pada 30 November--12 Desember 2023. Menurut Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari KLHK Agus Justianto, Indonesia berencana memanfaatkan tempat itu untuk menyampaikan langkah konkret atau aksi nyata yang sudah dilakukan dalam mengatasi perubahan iklim.

"Kita menjadi komplementari untuk sampaikan aksi iklim. Ini menjadi menarik ketika kita bisa menyampaikan langkah kita, program kita dalam rangka pengurangan emisi gas rumah kaca," terang Agus saat ditemui di Hotel Santika Premer Slipi, Jakarta Barat, Selasa, 18 Juli 2023.

Agus menjelaskan, Paviliun Indonesia melibatkan semua stakeholder, tidak hanya pemerintah dan swasta. Semua pihak bisa menyampaikan hasil kerja nyata terkait pengendalian perubahan iklim.

Nantinya dalam Paviliun Indonesia juga akan dilakukan negosiasi dalam sektor energi yang akan membahas energi baru terbarukan (EBT). "Jadi energi baru terbarukan (EBT) akan dibahas juga, dan tampaknya kebijakan presiden akan memperkuat EBT, dan energi akan menjadi tema utama sehingga kita berharap bisa memberikan informasi terkait aksi nyata di sektor energi," jelas Agus.

Ia juga berharap akan ada kesepakatan terkait beberapa hal yang belum disepakati. Salah satunya ialah aturan perdagangan karbon yang melibatkan luar negeri.

"Kita juga sedang mengatur peraturan Menteri LHK tentang perdagangan karbon luar negeri. Harapannya, sudah ada langkah maju karena ke depan karena tantangannya makin besar, terutama dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Kita berharap EBT bisa gantikan energi fosil," ucapnya.

2 dari 4 halaman

Menarik Perhatian Pengunjung COP28

Agus menambahkan, Paviliun Indonesia juga akan melibatkan peran masyarakat adat, dengan menggelar sesi diskusi, serta menghadirkan para ahli di bidangnya masing-masing untuk berbicara di sana. "Masih kita bahas opsinya dan nanti tinggal diminta TOR di peserta yang mau isi. Tema utama yang akan kita usung juga masih akan dibahas lagi,” ujar Agus.

Selain soal materi pembahasan, tampilan Paviliun Indonesia juga akan dibahas secara khusus agar lebih menairk dan bisa mengajak banyak pengunjung untuk datang.

"Jadi nanti paviliun kita berada dalam ruangan tertutup bukan tempat terbuka di mana pengunjung yang lalu-lalang bisa melihat sambil mereka jalan. Ini tempatnya di dalam ruangan, jadi kita harus tampilkan sesuatu yang bisa menarik perhatian pengunjung dan mau mausk ke dalam paviliun kita," terang Agus.

"Di COP27 tahun lalu di Mesir kita menampilkan photo booth dengan latar yang menarik dan futuristis dengan menampilkan karakter animasi orangutan di depan paviliun kita, dan ternyata banyak yag tertarik dan berkunjung. Tahun ini bisa kita coba tampilan serupa dengan karakter yang lain. Selain itu ada juga yang mengusullkan di hasil fotonya ada semacam QR Code yang menampilkan informasi tentang Indonesia," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Kehadiran Jokowi di COP28

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan KLHK Krisdianto mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo berencana menghadiri acara ini. "Pak Presiden kemungkinan besar akan hadir karena ini COP terakhir beliau," kata Krisdianto.

Sementara itu, berbagai event masih akan digelar KLHK menjelang COP28 Dubai 2023. Pada awal bulan ini misalnya, KLHK telah mengadakan pameran Indonesia Climate Change Expo and Forum (ICCEF), bersama pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya untuk mengajak masyarakat berpartisipasi aktif di dalam pengendalian perubahan iklim.

Pameran ICCEF diselenggarakan di Surabaya pada 6--9 Juli 2023 lalu dengan tujuan mengedukasi masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, untuk menjadi bagian dari solusi melalui berbagai aksi nyata penyelamatan lingkungan. Dalam acara tersebut, Agus Justianto mengungkapkan bahwa saat ini dunia menghadapi tantangan yang berat.

Bumi menghadapi tiga tantangan besar, yaitu perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan polusi. Ketiganya saling terkait dan sangat mendesak untuk diatasi.

"Di tengah krisis tersebut, tidak ada pilihan lain selain bekerja sama. Menjadi panggilan kita semua untuk melakukan akselerasi aksi-aksi nyata memerangi tantangan dimaksud," tutur Agus.

 

4 dari 4 halaman

Target Pengurangan Emisi Karbon

Agus menyebut Indonesia terus berupaya untuk memimpin agenda perubahan iklim. Dokumen Peningkatan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (Enhanced NDC) menyebutkan bahwa Indonesia menaikkan target penurunan emisi dalam negeri dari 29 persen menjadi 31,89 persen dengan kemampuan negara sendiri, dan dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan dukungan internasional. Hal ini sejalan dengan aksi menjaga emisi karbon seimbang (net zero emission), yakni emisi karbon yang diserap sama atau lebih besar dari emisi karbon yang dikeluarkan.

Agus memandang penyelenggaraan ICCEF 2023 dapat menjadi momentum yang efektif dalam mengedukasi publik, menyebarluaskan informasi mengenai keberhasilan Indonesia melalui kolaborasi seluruh elemen nasional baik pemerintah (pusat dan daerah), swasta, masyarakat, LSM dan lainnya.

"Kolaborasi ini diharapkan membangun keselarasan langkah dalam mengawal isu-isu perubahan iklim terutama dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya," jelas Agus.

ICCEF 2023 diikuti oleh lebih dari 120 instansi yang terdiri dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah, perusahaan swasta, BUMN dan investasi, NGO/organisasi dan perguruan tinggi. Tidak ketinggalan komunitas masyarakat, pelaku eco-living, serta pengamat dan pemerhati lingkungan hidup dan perubahan iklim dari seluruh Indonesia.