Liputan6.com, Jakarta - Pergelaran busana JF3 edisi ke-19 resmi berakhir kemarin, Rabu malam, 26 Juli 2023. Rangkaiannya ditutup dengan show persembahan LAKON Indonesia yang memamerkan 100 tampilan hasil eksplorasi tenun lurik.
"Sekitar 106-an (looks yang tampil di runway)," sebut founder LAKON Indonesia, Thresia Mareta, saat jumpa pers di lokasi acara di bilangan Jakarta Utara, kemarin, seraya menambahkan bahwa peragaan mode ready-to-wear ini bertajuk "RIK 062324 L."
Ia menjelaskan, RIK merupakan sebutan lama untuk kain tenun lurik. "06 itu koleksi ke-6 tekstil tradisional persembahan LAKON, 23/24 musim koleksinya, lalu L adalah LAKON Indonesia," papar Theresia tentang arti judul presentasi busana yang digarap bersama desainer Irsan.
Advertisement
Lurik dijelaskan melambangkan perlindungan bagi siapa pun yang mengenakannya. Kain tenun yang coraknya berjalur-jalur ini dimaknai tidak hanya sebagai materi busana, tapi juga sarana menggugah kesadaran tentang kearifan lokal. Juga, mendukung peran bersama sebagai pelindung warisan budaya Indonesia, kata Theresia.
"Mengapa lurik? Karena saat keliling Jawa, kami paling sering menemukan lurik. Setelah itu, kok kayaknya menarik untuk dikreasikan. Akhirnya kami bermain-main dengan lurik yang didominasi tiga warna: merah, putih, dan biru," ujar dia.
Koleksi yang sudah bisa dibeli langsung di LAKON Store ini menjanjikan lurik dalam "pandangan baru." "Kami eksplorasi benang bersama perajin di Klaten supaya (busananya) lebih enak dipakai, bukan yang tebal, tapi secara filosofi masih sama," ucapnya. "Bahannya 100 persen katun."
Formulasikan Tenun Lurik
Dalam rangkaian koleksi "RIK 062324 L," Irsan dengan cermat meramu tenun Lurik jadi pakaian-pakaian memukau. Dengan sentuhan modern dan gaya nan elegan, setiap potongan mode "merefleksikan pesan mendalam tentang nilai budaya Indonesia yang harus dijaga dengan penuh kebanggaan," tulisnya.
Dalam corak garis-garis ikonis, potongan mode yang ditampilkan termasuk gaun panjang tanpa lengan, dengan beberapa di antaranya mengadopsi potongan asimetris dan cenderung slim; tunik lengan panjang; kemeja kerah hawaii untuk pria; serta atasan dipadu lengan ala baseball varsity.
Tidak ketinggalan, ada juga skinny pants berpadu crop blazer yang ditata bertumpuk dengan kemeja, celana pendek, serta gaun dengan detail rumbai di bagian bawah. Memberi sentuhan tampilan khas gen Z, tidak sedikit dari model yang memakai bucket hat serasi.
Namun, tidak semata lurik yang ditampilkan. Dalam presentasinya, wastra itu dipadukan dengan kain tradisional lain, termasuk batik, dan ragam material, termasuk denim.
Advertisement
Visual Lebih Modern
Dengan visual lebih modern, tenun lurik disulap jadi kardigan yang dipadankan bersama celana pendek, serta diubah jadi crewneck yang tampil serasi dengan rok denim ragam aksen. Sementara itu, material batiknya dikresikan jadi midi skirt lebar yang memberi kesan formal, namun juga luwes.
Pemakaiannya dipadankan dengan atasan lengan panjang yang menggenapi kesan tampilan semi formal. Potongan mode lainnya berupa set blazer fit, gaun beraksen ruffle di bagian bawah, flare patch denim pants, hoodie top, atasan dengan lengan pahatan yang canggih, serta gaun panjang yang ekornya menyapu lantai.
Rangkaiannya silih berganti diperagakan di landasan pacu sampai blub! Lampu runway mendadak redup dan panggung pertunjukan ditaburi bunga ragam warna. Alih-alih "berjalan normal" seperti rekan-rekan mereka sebelumnya, model di sesi ini berteriak, menari, tertawa terpingkal-pingkal, bahkan sampai bersujud di "padang bunga" dadakan.
Beberapa di antara mereka bahkan menebar bubuk holi ragam warna, "menodai" busana yang dikenakan.
Ragam Siluet Dramatis
Detail busana yang ditampilkan tidak sebegitu terlihat karena minimnya pencahayaan. Dalam keadaan ini, siluet dramatis, dengan beberapa tampak bervisual mirip saree India, justru jadi objek yang tertangkap mata.
Sebagaian besar penataannya memanfaatkan teknik serba tumpuk, menonjolkan outer dengan detail lengan beragam. Sejumlah tampilan kasual, dengan menampilan kemeja longgar sebagai andalan, pun jadi pemandangan berulang.
Ragam kreasi denim masih terus dipamerkan, mulai dari celana, jaket, sampai blazer. Ada beberapa yang memanfaatkan detail patch sebagai pemanis. Tidak ketinggalan, keseluruhannya tetap dipadukan dengan tenun lurik, memberi sentuhan segar pada kreasi wastra tersebut.
Sementara presentasi koleksi LAKON Indonesia menutup rangkaian pergelaran busana, Fashion Village yang melibatkan total 84 pelaku bisnis mode lokal masih akan berlangsung di Summarecon Mall Kelapa Gading (MKG) sampai 30 Juli 2023.
Chairman JF3, Soegianto Nagaria, berkata, "(Kami) bersyukur sekali JF3 2023 bisa berjalan lancar. Para desainer juga antusias, dan melalui pergelaran ini, kami menangkap kecintaan lebih banyak terhadap produk lokal."
JF3, katanya, masih akan terus berlangsung di edisi-edisi berikutnya dan bermaksud jadi platform yang mendukung, sekaligus mendorong geliat industri mode Tanah Air, baik dalam cakupan pasar lokal maupun global.
Advertisement