Sukses

Rasa Pahit dalam Jamu Perlukah Dihilangkan, Disamarkan atau Harus Dibiasakan?

Berbagai upaya untuk menghilangkan rasa pahit jamu sudah dilakukan. Hal ini diupayakan dengan memperluas cakupan pengguna Jamu melalui modernisasi.

Liputan6.com, Jakarta - Selama ini jamu identik dengan rasa pahit. Rasa yang pahit selain aroma khas kerap membuat seseorang menghindari mengonsumsi atau minum jamu. Aroma khas jamu saat ini justru menjadi daya tarik khusus sebagai bagian dari efek eksotis “heritage”.

Mengutip laman resmi Kanal Pengetahuan Farmasi Universitas Gadjah Mada, Minggu, 30 Juli 2023, berbagai upaya untuk menghilangkan rasa pahit di mulut ini sudah dilakukan. Hal ini diupayakan dengan memperluas cakupan pengguna jamu melalui modernisasi.

Yang menarik diperhatikan adalah bahwa sesungguhnya nenek moyang telah memiliki berbagai macam pengetahuan dan teknologi untuk menghilangkan rasa pahit. Contohnya adalah penggunaan adsorban seperti tanah lempung untuk mengurangi rasa pahit masakan daun pepaya, pemakaian garam untuk mengurangi rasa pahit dari pare melalui inaktivasi enzim.

Ada hal menarik pada pemberian jamu yang rasanya disebut pahit ini pada pemberian jamu anak-anak untuk meningkatkan nafsu makan dan atau menyembuhkan batuk pilek. Jamu ini berasa pahit, dan tidak ada upaya untuk menutupinya, melainkan hanya upaya menetralisirnya lewat larutan manis yang diberikan sesudahnya.

Zat pahit sudah lama dikenal dalam ilmu pengetahuan tentang zat kimia tanaman atau farmakognosi sejak lama. Bahkan di dunia barat dikenal pula zat pahit yaitu senyawa kimia dalam tumbuhan yang dapat mengaktifkan reseptor pahit.

Reseptor ini bukan hanya berada di lidah tetapi juga pada bagian lainnya di saluran pencernaan bahkan di saluran pernafasan. Saat reseptor ini diaktifkan oleh zat pahit yang secara sengaja atau tidak sengaja dikonsumsi oleh seseorang mengaktifkan “alarm system” pada tubuh sebagai respon terhadap potensi bahaya dari zat.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Campuran Bahan Pembuatan Jamu

Hal tersebut jadi bagian dari evolusi manusia untuk mendeteksi potensi senyawa toksik yang telanjur dikonsumsi, yang segera diantipasi oleh tubuh dengan mengaktifkan sistem perlindungan diri antara lain dengan menghasilkan enzim-enzim pencernaan termasuk lipase, pepsin, dan masih banyak lagi.

Pada kondisi yang “over dosis” tubuh merespons dengan efek mual bahkan muntah sebagai upaya untuk mengeluarkan zat yang berpotensi bahaya tersebut. Jamu dan obat tradisional lainnya melalui kearifan lokal meramu komposisi bahan tumbuhan yang dapat meniru efek tersebut untuk aktivitasi sistem pertahanan tubuh.

Melihat definisi zat pahit, menunjukkan bahwa kategorisasi ini bukan disebabkan oleh kesamaan zat kimia, tetapi pada kesamaan efek farmakologis. Kearifan pengobatan tradisional memilihkan bahan alam dengan kandungan aktif yang dapat menstimulasi reseptor pahit dengan potensi ketoksikan yang rendah pada dosis yang digunakan.

Hal itu jadi salah satu penyebab mengapa jamu atau obat tradisional lainnya umumnya memakai campuran beberapa bahan dalam komposisinya.  Kesimpulannya, rasa pahit dalam Jamu atau obat herbal sebaiknya kita biasakan atau ditutupi dengan rasa lain misalnya dalam bentuk tablet salut atau perasa atau bahkan dihilangkan dengan penambahan adsorban atau fraksinasi?

 

3 dari 4 halaman

Menutupi Rasa Pahit Jamu

Sebelum menentukan langkah preformulasi maupun formulasi farmasetik, perlu dilihat terlebih dahulu, apakah memang rasa pahit tersebut merupakan bagian dari tujuan pengobatan tradisional atau tidak terkait dengan aktvitas yang diharapkan.

Rasa sensitif terhadap rasa pahit juga berbeda untuk setiap manusia yang tergantung pula dengan terbiasa atau tidaknya mengonsumsi zat pahit. Hal ini butuh pembiasaan dari dosis yang rendah terlebih dahulu, sehingga sebaiknya memang tidak dihilangkan sepenuhnya.

Aktivitas menutupi rasa pahit di rongga mulut misalnya dengan penambahan tablet salut atau enkapsulasi kandungan zat pahit dapat dilakukan karena reseptor pahit tidak hanya terdapat di rongga mulut tetapi juga di saluran cerna.

Jadi diharapkan aktivitas menutupi rasa pahit ini hanya terjadi di rongga mulut, tapi dapat berefek kembali di rongga saluran pencernaan berikutnya. Namun yang perlu diperhatikan terkait dengan dosis, bahwa sensitivitas seseorang bersifat individu sejatinya dapat di”deteksi” oleh detektor di saluran pencernaan paling atas, yaitu di lidah dan dari indra penciuman sebagai bagian dari penyesuaian dosis yang sesuai.

 

4 dari 4 halaman

Modifikasi Rasa Jamu

Salah satu cara melestarikan minuman tradisional seperti jamu adalah disukai anak muda. Hal itu juga diakui Akademisi dan dosen dari Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Pinky Saptandari.

Ia mengatakan perlu dilakukan modifikasi kekinian agar jamu diminati anak-anak muda atau generasi milenial. Rasa pahit yang identik dengan jamu belakangan ini semakin berkurang dengan semakin beragamnya rasa jamu yang beredar di pasaran.

"Bagaimana supaya kita bisa membuat anak-anak muda suka dengan rempah dengan memodifikasi, misalnya antara resep beras kencur zaman 'old' dengan zaman 'now' sehingga bertemu dan tetap substansinya," jelas Pinky dalam acara Master Class Jalur Rempah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dilansir dari Antara, Minggu, 2 Juli 2023.

"Jadi esensinya beras kencur tetapi diberi ramuan-ramuan yang membuat beras kencur lebih kekinian dan khasiatnya menjadi lebih bertambah," tambahnya. Menurut Pinky, modifikasi kekinian untuk menumbuhkan kecintaan terhadap jamu atau minuman rempah juga menjadi tantangan dunia pendidikan agar bisa lebih banyak mengembangkan resep-resep baru.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini