Sukses

100 Guru Bunuh Diri di Korea Selatan dalam 5 Tahun, Darurat Kesehatan Mental di Sektor Pendidikan

Ribuan guru di Korea Selatan mendesak reformasi sistem pendidikan menyusul tingginya kasus bunuh diri yang diakibatkan kondisi lingkungan kerja yang tidak mendukung.

Liputan6.com, Jakarta - Alarm darurat kesehatan mental di Korea Selatan kembali berbunyi. Seorang guru sekolah dasar yang diketahui berusia 23 tahun ditemukan meninggal dunia di ruang kelasnya di Seoul tengah, pada 18 Juli 2023. Penyebabnya disebut karena bunuh diri.

Mengutip laman Korea Times, Senin (31/7/2023), polisi dan otoritas pendidikan masih menginvestigasi kasus tersebut. Namun, kematiannya memicu para guru lain di seluruh negeri tentang lingkungan kerja yang keras yang dihadapi mereka akibat keluhan para orangtua yang berlebihan.

Mereka juga mendesak reformasi kepada legislatif untuk meningkatkan perlindungan bagi para guru. Lebih dari 30 ribu guru dari berbagai tempat di Korea Selatan pada Sabtu, 29 Juli 2023, berkumpul dan menggelar protes skala besar untuk mengutuk kondisi kerja yang dihadapi. Protes tersebut merupakan aksi kolektif akhir pekan kedua yang digelar para guru sejak 22 Juli 2023.

Di bawah panas terik, para peserta yang berpakaian hitam untuk menunjukkan rasa hormat kepada mendiang guru itu dan mendesak pihak berwenang untuk mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi hak-hak guru dan mengubah undang-undang yang terkait dengan hukuman pelecehan anak, yang menurut mereka dapat menjerat guru yang tidak bersalah dan menghalangi kegiatan pendidikan mereka.

Di tengah duka dan desakan mereformasi sektor pendidikan, data statistik yang dirilis pemerintah pada Minggu, 30 Juli 2023, menunjukkan bahwa 100 guru dari sekolah negeri di seluruh Korea Selatan melakukan bunuh diri sejak 2018 hingga Juni 2023. Data itu didapat anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif Chung Kyung Hee dari Kementerian Pendidikan.

 

 

Promosi 1
2 dari 4 halaman

Didominasi Guru SD

Dari data tersebut didapatkan bahwa mayorita pelaku bunuh diri berprofesi sebagai guru SD dengan 57 orang, disusul guru SMA 28 orang, dan guru SMP 15 orang. Meskipun guru sekolah dasar merupakan persentase terbesar dari total 441.795 guru di negara ini pada tahun lalu, jumlah kasus bunuh diri dalam kelompok ini sangat tinggi.

Dari 30 kematian yang penyebabnya diidentifikasi, lebih dari setengahnya dikaitkan dengan depresi dan gangguan panik. Penyebab lainnya termasuk perselisihan keluarga, keputusasaan terkait kesehatan, tekanan wajib militer, dan masalah pribadi.

Jumlah bunuh diri guru terus meningkat dari 14 di tahun 2018 menjadi 22 pada 2022; turun sedikit ke 19 orang pada tahun lalu. Tapi, pada paruh pertama tahun ini jumlahnya sudah 11 orang yang mengisyaratkan bahwa angka tahunan bisa lebih tinggi pada akhir tahun.

Berdasarkan wilayah, 40 persen kematian terjadi di Seoul dan Provinsi Gyeonggi, yang memiliki sekolah, siswa, dan guru yang relatif lebih banyak. Di bagian lain negara itu, Busan mengalami sembilan kematian akibat bunuh diri, diikuti oleh wilayah lain berkisar antara delapan hingga tiga kematian. Kantor pendidikan di Gwangju, Jeju, dan Provinsi Chungcheong Utara melaporkan tidak ada kematian guru karena bunuh diri dalam periode tersebut.

 

3 dari 4 halaman

Peminat Layanan Konseling Meningkat

Sementara itu, sektor pendidikan di Korea Selatan menghadapi kekurangan sumber daya manusia. Mereka juga berjuang untuk mengatasi krisis kesehatan mental yang didorong oleh pekerjaan yang semakin meningkat yang dihadapi oleh para guru.

Menurut Institut Pengembangan Pendidikan Korea, jumlah kunjungan guru ke pusat psikoterapi yang dioperasikan oleh kantor pendidikan daerah mencapai rekor tertinggi, 36.367 orang, selama semester pertama tahun lalu. Sebanyak 17 dinas pendidikan daerah masing-masing menjalankan pusat untuk membantu melindungi hak-hak guru dan memberi mereka bantuan psikologis.

Permintaan untuk layanan semacam itu meningkat tajam, menunjukkan lonjakan 74,5 persen dari 19.310 pada 2020 menjadi 33.704 pada 2021. Namun, hanya 26 konselor profesional yang aktif di pusat-pusat ini di seluruh negeri pada Juni 2023.

Kontak Bantuan

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

4 dari 4 halaman

3 Dosa Pendidikan di Indonesia

Sementara di dalam negeri, masalah di sektor pendidikan masih belum benar-benar terselesaikan. Najeela Shihab, pendidik dan penggagas gerakan Semua Murid Semua Guru, menyebut bahwa ada tiga dosa besar dalam pendidikan, yakni perundungan alias bullying, intoleransi, dan kekerasan seksual.

Menurut dia, setiap individu memainkan peran penting dalam meningkatkan standar pendidikan, termasuk dalam pertukaran praktik-praktik positif untuk menangani tiga dosa besar dalam pendidikan tersebut.

"Ekosistem pendidikan Indonesia harus terbuka pada inovasi agar anak sekolah bisa beradaptasi (dengan) perubahan. Dengan cara ini, kita dapat mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi dunia yang terus berubah dan semakin kompleks. Keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi, lingkungan yang sehat, serta masyarakat yang beradab akan sangat bergantung pada bagaimana kita mendidik anak-anak kita hari ini," ia menjelaskan dalam konferensi pers BelanjaRaya 2023 di Jakarta pada Jumat, 28 Juli 2023.

Pendidikan di Indonesia disebut masih membutuhkan fokus dan perhatian yang intensif. Menurut Najeela, tantangan yang harus dihadapi meliputi masalah kesehatan mental, baik pada anak-anak dan remaja, serta ketidakseimbangan dalam pendidikan yang masih sangat terasa.

Belajaraya 2023, yang sebelumnya dikenal sebagai Pesta Pendidikan dan diadakan secara virtual selama pandemi, menggandeng partisipan dari berbagai latar belakang untuk bersama-sama menangani tantangan pendidikan di Indonesia. Perubahan jadi Belajaraya, menurut Najeela, mewakili transformasi ekosistem pendidikan yang lebih luas dengan melibatkan sebanyak 1.038 komunitas.