Liputan6.com, Jakarta - Kopi punya potensi memberdayakan warga. Keyakinan itu yang mendasari gelaran Festival Kopi Manggarai dilaksanakan selama tiga hari di Ruteng, Manggarai.
Di kota seribu biara, festival yang berlangsung di kawasan parkir Katedral Ruteng pada 4--6 Agustus 2023 itu menghadirkan 32 UMKM lokal. Sebanyak 12 UMKM di antaranya merupakan UMKM kopi dari tiga wilayah Manggarai (Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur), Ngada, dan Ende.
"Salah satu instrumen yang bisa memulihkan perekonomian dan yang bisa mengumpulkan massa dalam skala besar yaitu melalui event. Oleh karena, itu kami mendukung penuh Festival Kopi Manggarai ini," kata Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Vinsensiu Jemadu dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Sabtu, 4 Agustus 2023.
Advertisement
Ia mengatakan bahwa kolaborasi antar-pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat merupakan elemen kunci sebuah event bisa menghasilkan kontribusi untuk pembangunan daerah. Kualitas yang ada di dalam event adalah sebuah nilai tambah dari sisi ekonomi UMKM, sosial budaya kearifan lokal, dan tentunya juga aspek keberlanjutan lingkungan.
Keyakinan serupa disampaikan Bupati Manggarai Herybertus G.L. Nabit. Ia berharap penyelenggaraan event berdampak bagi para pelaku UMKM, hotel, kuliner, dan pelaku usaha lainnya sehingga terjadi peningkatan ekonomi. Penyelenggaraan event juga dapat memberi tambahan hiburan bagi masyarakat.
"Saya berharap penyelenggaraan Festival Kopi ini dapat secara maksimal dimanfaatkan oleh para pelaku usaha yang ada di Kota Ruteng dan sekaligus memberi hiburan bagi masyarakat," ujarnya.
Ditargetkan Masuk KEN
Direktur Utama Badan Pelaksana Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Shana Fatina menerangkan bahwa festival kopi kali ini merupakan event tahunan kedua. Pihaknya menargetkan Festival Kopi Manggarai masuk dalam daftar Kharisma Event Nusantara (KEN) Kemenparekraf pada 2024.
Ia meyakini hal itu bisa memperkuat ekosistem event khas daerah di Manggarai yang berkelanjutan sehingga berdampak positif bukan hanya untuk pertumbuhan ekonomi daerah, tetapi juga bagi aspek sosial budaya setempat. Terlebih, kopi adalah bagian dari budaya orang Manggarai.
"Event ini akan memperkuat ekosistem event khas daerah serta media meningkatkan nilai jual produk kopi Mangggarai," katanya.
Dalam pelaksanaan festival kopi tahun ini, BPOLBF juga menandatangani MoU antara Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) dengan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Arabika Flores Bajawa (MPIG - AFB) tentang Kerja sama dan Peran Serta Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kepariwisataan Melalui Pengelolaan Komoditas Unggulan Kopi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Â
Advertisement
Pengelolaan Kopi Berkelanjutan
Shana juga menyebut BPOLBF mendukung pengembangan ekosistem dengan menyelenggarakan workshop ekosistem kopi berkelanjutan agar petani atau pengusaha lebih semangat menghasilkan produk yang berkualitas dan berkelanjutan. Pihaknya juga memfasilitasi lelang kopi pada kegiatan business matching di hari kedua festival sebagai media pertemuan antara petani kopi atau pengusaha kopi dengan para buyer.
Salah satu pelaku UMKM kopi, Andre dari Kopito mengaku penyelenggaraan event tahun sebelumnya berdampak terhadap penjualan produknya. Produk Kopito saat ini sudah masuk di gerai UMKM di Labuan Bajo yang berdampak pada peningkatan penjualan Kopito.
"Melalui event ini di tahun sebelumnya, produksi dan penjualan Kopito semakin meningkat. Saat ini, produk kami juga sudah masuk pasar Labuan Bajo dan bisa ditemukan di gerai oleh-oleh di sana," katanya.
Ia berharap kegiatan tersebut terus rutin digelar agar ia bisa terus memproduksi dan mempromosikan serta belajar bagaimana cara meningkatkan kualitas produk kopinya. Selain diisi oleh booth-booth UMKM, festival yang mengusung tema "Ruteng Coffee and Music Festival: A True Inspiration" ini juga menghadirkan beberapa musisi, seperti Adi Darmawan, Ivan Nestorman, Gilang Ramadhan, Dwiki Darmawan, Dewa Budjana, Lautaro Quevedo, Norman King, Putu, Jantan Gerhana Surya, Yassovi, dan David Kristomi.
Kopi Arabika Flores Manggarai
Mengutip kanal Regional Liputan6.com, Kepala Dinas Pertanian Nusa Tenggara Timur (NTT) Yohanes Tay Ruba menyatakan bahwa pemerintah setempat telah menentukan klaster sesuai komoditas yang cocok untuk dikembangkan. Misalnya, klaster Kopi Arabika dan Robusta berlokasi di Ngada, Manggarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat.
Dia juga menerangkan bahwa kopi Arabika Flores Manggarai sudah menjadi produk lokal yang dilindungi undang-undang. Semua pihak, khususnya petani kopi, harus mempertahankan kualitas produk lokal itu.
"Kopi Arabika Flores Manggarai ini adalah brand. Produk ini menjadi kekuatan kita," dia menegaskan.
Menurutnya, Kopi Arabika Manggarai merupakan produk berdaya saing tinggi. Ia berharap para petani kopi untuk menjaga keberlanjutan komoditas kopi.
"Bila perlu, produk kopi sertifikasi ini ditingkatkan serta dikuatkan dengan meningkatkan intensitas produksi ke depannya, sehingga, kawasan Kopi Arabika Flores Manggarai ini, menjadi kekuatan basis ekonomi kita di Flores," katanya.
Dia mengaku bersyukur karena petani kopi di Flores menjadi pemilik. Hal itu sangat berbeda bila dibandingkan dengan perkebunan di Kalimantan, Jawa, dan Sumatera, yang didominasi kepemilikannya oleh sejumlah perusahaan raksasa, smentara petani hanya menjadi penonton.
"Petani tidak hanya menjadi pekerja saja, tetapi juga pemilik perkebunan yang bisa meraup keuntungan besar," tutur dia.
Advertisement