Liputan6.com, Solo - Surakarta atau Solo, tak hanya identik sebagai kota batik. Kota yang sempat jadi daerah istimewa di masa Kemerdekaan RI, sebelum Yogyakarta ini juga terkenal dengan kelezatan dan keunikan kulinernya.
Seringkali orang datang ke Solo untuk mencicipi nasi liwet atau serabi Notosuman yang sudah terkenal lama. Namun sebenarnya masih banyak kuliner Solo yang bisa memanjakan lidah Anda.
Baca Juga
Untuk mengenalkan kuliner tersebut, GoTo berkolaborasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM RI serta Pemerintah Kota Solo menghadirkan Petualangan Kuliner Juara Solo GoFood. Gelaran ini diselenggaranan bertepatan dengan Hari UMKM Nasional yang diselenggarakan di Solo, menampilkan 30 mitra UMKM GoFood yang masuk ke dalam koleksi Juara Lokal Solo.
Advertisement
GoFood Petualangan Kuliner Juara Lokal Solo telah terselenggara sejak 10--13 Agustus 2023 di Pura Mangkunegaran, Surakarta. Liputan6.com pun berkesempatan mencicipi 5 kuliner juara lokal Solo berikut yang masuk dalam rekomendasi kuliner Anda saat ke Solo.Â
1. Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr
Kelezatan Leker Gajahan milik Fathoni Jr yang kerap diincar para wisatawan di Kota Solo. Resepnya ternyata berasal dari mertuanya yang telah berjualan leker keliling di wilayah Gajahan sejak 1968.
Didirikan pada 2012, usaha ini kemudian dikelola oleh sang menantu, yaitu Sulistyono. Pria yang akrab disapa Tyo ini pun sukses mengembangkan Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr dan menjadikannya salah satu ikon kuliner khas Solo.
Tyo menjajakan menu andalannya dari bazar kuliner di kampung hingga ke mal. Respons positif membuatnya membuat gerai pertamanya di Solo Paragon Mal. Kemudian seiring perubahan ke arah digitalisasi, Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr menjual melalui platform digital seperti GoFood pada 2017.
Saat pandemi pendapatan mereka pun tertolong karena mal sepi dan pesanannya 50 persen didapat melalui online. Kini, Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr memiliki enam cabang di wilayah Gajahan, food factory Solo Paragon Mall, street food Solo Paragon Mall, The Park Mall, Luwes Gentan Park, Rest Area KM 456 tol Salatiga, dan mempekerjakan 20 karyawan.Â
2. Selat Viens
Salad Solo menjadi satu jenis kuliner yang harus dicoba oleh wisatawan. Namun selat Solo yang manis kemudian dimodifikasi menjadi cenderung gurih agar bisa lebih diterima generasi muda dan wisatawan dari luar daerah.
Di sanalah Selat Solo Viens membuat perbedaan itu. Selat Viens didirikan pada 2008 oleh pasangan suami, yaitu Hariyadi dan Sumarni yang kini sudah menjadi salah satu restoran ikonik yang menyajikan berbagai hidangan dengan cita rasa khas Kota Solo.
Setelah 8 tahun beroperasi, usaha Selat Viens dikelola oleh Serra Argo Rianda yang merupakan anak pertama pasangan pendirinya. Serra, melakukan berbagai inovasi untuk membuat Selat Viens terus mengikuti tren dan menjadi kuliner andalan warga Solo.
Salah satunya dengan menanamkan sistem self-service di resto, agar pelanggan dari kalangan anak muda dan pekerja kantoran dapat menikmati pesanannya dengan cepat. Selain inovasi layanan, Serra membuka jangkauan pasar yang lebih luas dengan mendaftarkan Selat Viens di GoFood pada 2017.
Hal ini jadi salah satu strategi Serra untuk tidak hanya mengandalkan pendapatan secara dine in dari pelanggan. Target penjualannya setiap bulan pun bisa tercapai berkat pesanan online.
"Kini kami pun berhasil menambah jumlah cabang dari delapan menjadi 11 cabang yang tersebar di berbagai wilayah Surakarta," tutur Serra.
Advertisement
3. Soto Seger Hj. Fatimah
Berdiri sejak 1998, restoran legendaris satu ini sebelumnya dikenal dengan nama Soto Seger Mbok Giyem Boyolali, dan berganti nama menjadi Soto Seger Hj. Fatimah pada 2016. Soto Seger Hj. Fatimah dikelola Ibu Fatimah yang merupakan anak terakhir dari Mbok Giyem.
Kuliner soto khas Solo ini menawarkan menu pendamping yang variatif, mulai dari jenis sate hingga gorengan yang dapat dinikmati oleh para pelanggan. Sejak ganti nama, anak pertama Ibu Fatimah, yakni Hero Novianto berjuang dengan gigih untuk membawa perubahan agar nama baru Soto Seger Hj. Fatimah dapat dikenal secara luas.
Salah satu strateginya adalah meningkatkan visibilitas Soto Seger Hj. Fatimah dengan cara bergabung bersama GoFood pada 2020. Hero Novianto mengatakan, "Ketika pandemi melanda, GoFood sangat membantu Soto Seger Hj. Fatimah di waktu yang sulit."
Kini Soto Seger Hj. Fatimah telah memiliki 14 cabang yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Tengah, termasuk Klaten, Boyolali, Salatiga, Magelang, hingga ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selama pandemi Covid-19, 13 cabang Soto Seger Hj. Fatimah pun hanya menggunakan pengantaran daring.
4. Cold n Brew
Berbicara minuman kekinian, tentu tak lepas dari kopi. Di Solo pun hadir kedai kopi lokal asli Solo yang gigih kenalkan konsep coffee shop ke warga Solo.
Cold n Brew berdiri pada awal 2016, saat belum banyak kedai kopi yang beroperasi di Kota Solo. Mengusung konsep house of ideas, Cold n Brew menawarkan tempat semi co-working space untuk para pekerja kreatif seperti desainer, arsitek, dan mahasiswa yang butuh tempat yang nyaman untuk menggarap pekerjaan atau pun tugas.
Cold n Brew juga bekerja sama dengan berbagai komunitas seperti komunitas lari, sepeda, crafting, hingga fotografi. Saat pertama kali beroperasi, Cold n Brew menemukan berbagai tantangan. Salah satunya warga Solo belum memiliki ketertarikan terhadap kedai kopi dan lebih memilih untuk menikmati makanan di angkringan.
Hal ini terlihat dari hampir 70 persen pelanggan Cold n Brew berasal dari luar kota Solo, seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Untuk menjangkau pelanggan yang lebih luas, Cold n Brew memutuskan bergabung dengan online delivery salah satunya GoFood pada 2017. Dari sanalah peluang baru muncul, hingga Cold n Brew kini sudah bisa menjual waralaba.
5. Dawet Telasih Bu Dermi
Saat ini, Dawet Telasih Bu Dermi menjadi jajanan wajib para wisatawan ketika berkunjung ke Solo. Kesegaran minuman manis ini tidak perlu diragukan lagi karena semua bahan baku yang digunakan berasal dari bahan alami, baru, serta tanpa bahan pengawet.
Selain itu, Dawet Telasih Bu Dermi juga masih menjaga proses memasak tradisional dengan menggunakan dapur yang sama yang telah digunakan secara turun menurun seperti tungku dan alat-alat masak tradisional lainnya. Pada 2006, usaha kuliner Dawet Telasih Bu Dermi dijalankan generasi ketiganya.
Usaha keluarga ini mengikuti bazar kuliner di mal hingga menyempurnakan kemasan bagi pelanggan yang tidak makan di tempat. Lokasi penjualan yang berada di dalam pasar terkadang membuat pelanggan malas untuk antre menunggu ketersediaan tempat duduk. Lalu mereka berjualan online dan kini resep rahasia Dawet Telasih Bu Dermi yang sudah 93 tahun masih dinikmati para pecintanya.Â
Advertisement