Sukses

Pengasuh Putra Raffi Ahmad Ingatkan Bahaya Anak Makan Sambil Nonton TV, Simak Pendapat Ahli

Pengasuh Rayyanza, Sus Rini baru saja membagikan tentang bahaya anak nonton video sambil makan. Menurut pemgasuh putra bungsu Raffi Ahmad ini, pengasuh atau orangtua harus bisa menguasai anak dan tidak mudah menyerah saat anak menangis.

Liputan6.com, Jakarta - Sosok Rini Perdiyanti atau lebih dikenal sebagai Sus Rini merupakan pengasuh putra bungsu Raffi Ahmad-Nagita Slavina, Rayyanza Malik Ahmad. Sus Rini kerap dianggap sebagai ibu kedua Rayyanza. Ia bahkan suka membagikan kegiatannya saat mengasuh Rayyanza alias Cipung di aku media sosial miliknya.

Salah satunya, Sus Rini baru saja membagikan tentang bahaya anak nonton video sambil makan, karena kebiasaan ini sulit dihilangkan hingga dewasa. Menurut Sus Rini, pengasuh atau orangtua harus bisa menguasai anak dan tidak mudah menyerah saat anak menangis. Pengasuh atau orangtua misalnya menyerah saat anak memilih susu daripada makanan.

"Anak nggak mau makan ya udahlah dikasih susu, nah itu akan berlanjut berkepanjangan. Sama apa jangan-jangan dia sebelum makan udah ngemil apa,” kata Sus Rini melalui akun Instagram @disfoyuu, Sabtu, 19 Agustus 2023. "Misalkan kalau ngemil berat, ya otomatis anak jadi lebih pilih ngemil nggak mau makan terus," tambahnya.

Sus Rini juga menyadari banyak orangtua yang tidak punya pengasuh memilih menyerah, dan pasrah anaknya menonton video atau televisi sambil makan. Tapi alih-alih video Sus Rini lebih pilih menggunakan musik.

"Terus nggak mau pusing terus akhirnya kan dikasih HP. Sebenarnya itu alternatif mungkin paling aman, biar anak nggak keluyuran. Tapi dia lebih kayak adek (Rayyanza) boleh, tapi musik aja ya," tuturnya.

Sus Rini menambahkan, dengan membiarkan anak menonton video atau televisi sambil makan akan berdampak pada fokus yang terbagi. Anak merasa seperti tidak sadar atau tidak menikmati saat makan, sehingga indra perasanya tidak terangsang.

"Kalau mendengarkan musik itu dia, masih bisa beraktivitas kalau udah nonton yaudah nanti makannya. Jadi dia nggak bisa menikmati makanan, dia hanya 'mmm' gitu," pungkas Sus Rini.

 

 

2 dari 4 halaman

Dampak Buruk Makan Sambil Nonton

Berkaitan dengan pendapat Sus Rini, apakah hal tersebut memang benar adanya menurut para ahli Kesehatan?  Dokter spesialis anak subspesialis kesehatan anak, nutrisi, dan penyakit metabolik RS Pondok Indah - Puri Indah Novitria Dwinanda mengatakan, penanganan obesitas khususnya pada anak dinilai lebih sulit ketimbang penanganan pada masalah gizi buruk.

Menurutnya, gizi buruk dapat diatasi dengan kerja sama dokter, pasien, dan keluarga. Sementara, dalam penanganan obesitas khususnya pada anak, lingkungan memiliki pengaruh besar. Di sisi lain, lingkungan masyarakat tidak bisa dikendalikan begitu saja oleh dokter dan keluarga.

Di lingkungan yang lebih kecil yakni keluarga, anak-anak juga kerap dihadapkan dengan kebiasaan sepele yang memicu obesitas. Anak-anak kerap diasuh dengan pola makan yang tidak teratur dan tidak tepat. Misalnya, anak dibiasakan makan sambil nonton TV.

"Supaya anak mau makan malah diberi tontonan, kalau itu berlanjut, jadinya obesitas karena kebiasaan," ungkapnya, dilansir dari kanal Health Liputan6.com, 10 Agustus 2023. Novitria pun memberi alasan anak tak disarankan makan sambil menonton, sambil digendong, dan sambil melakukan kegiatan lainnya.

"Makan enggak boleh sambil nonton, anak jadi enggak tahu apa yang dikasih. Dia enggak tahu itu benda apa, dia enggak tahu ayam goreng seperti apa dan enaknya tuh seperti apa," ujarnya. "Ketika anak tidak tahu apa yang dimakan, dia menjadi pasif. Saat makan, anak hanya menjadi objek, hanya tahu mangap aja," Novitria menjelaskan.

 

3 dari 4 halaman

Hubungan Makan Sambil Nonton TV dengan Obesitas

Alih-alih nonton sambil makan, Novitria merekomendasikan para orangtua untuk mengajak anak berpartisipasi dalam kegiatan makan. "Anak itu diajak partisipasi pada saat makan, biar dia tahu apa yang dia makan, apa yang diberikan, dan apa rasanya," terangnya.

Sebuah studi dari University of Illinois, Chicago - menemukan adanya perilaku yang tidak sehat dari kebiasaan makan sambil menonton TV. Hal tersebut akan menganggu dan 'bahkan' berbahaya bagi kesehatan, seperti gangguan konsentrasi.

Pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan apabila melakukan kebiasaan buruk ini, akan berisiko kelebihan berat badan atau obesitas pada tubuhnya. Dr. Barbara Fiese mengatakan, "Mereka (para orangtua) yang kurang memperhatikan hal ini, menimbulkan keadaan yang memprihatinkan. Ketika para orangtua tidak memantau anaknya dalam cara makan, hal ini menjadikan struktur tumbuh kembang anak menjadi tidak baik".

Mungkin banyak yang bertanya, apa hubungannya makan sambil menonton TV dan obesitas. Tanpa disadari ketika seorang anak membiasakan dirinya memakan segala makanan di depan TV membuat anak Anda menjadi tidak sadar berapa banyak dan berapa macam makanan yang telah masuk dalam tubuhnya.

Hal itulah yang dapat menyebabkan kelebihan berat badan. Dikarenakan alam bawah sadarnya tengah asyik menonton TV sambil makan, tanpa berhenti. "Dalam studi ini kami menemukan bahwa keadaan tersebut dapat mempengaruhi tindakan orangtua untuk menurunkan kualitas waktu makan di dalam anggota keluarga," jelas Dr. Barbara.

4 dari 4 halaman

Televisi Pengalih Nafsu Makan

Untuk menghindarinya perlu lah perhatian yang cukup ketat di dalam rumah, agar perilaku ini tidak menjadi kebiasaan pada keluarga anda. Membiasakan diri untuk makan di meja makan, akan meningkatkan kualitas hidup keluarga Anda.

Sedangkan menurut Klinik Cleveland, televisi bukanlah pendorong nafsu makan, melainkan pengalih nafsu makan. Saat menonton televisi, Anda terlibat dengan program, yang berarti Anda akan kurang memberi perhatian pada isyarat neurologis dan gastronomi yang memberi tahu Anda sudah kenyang.

Melansir laman Mental Floss, 3 September 2021, sebuah penelitian tahun 2005 yang diterbitkan dalam The International Journal of Communication and Health melakukan survei terhadap 591 mahasiswa sarjana di University of Houston, Texas. Dari hasil survei ditemukan bahwa semakin banyak mahasiswa menonton, maka semakin banyak pula mereka mengemil. Penelitian tersebut juga menemukan bukti bahwa seringnya menonton TV berkaitan dengan pandangan fatalistik tentang asupan makanan sehat dan pengetahuan gizi yang buruk.

Salah satu alasannya adalah terlalu banyak program berita, hiburan, iklan TV yang mengirim pesan bertentangan tentang makanan. Sebuah program berita mungkin memberitahu Anda untuk makan lebih banyak buah-buahan. Sementara, sebuah iklan mungkin memberitahu Anda makan lebih banyak sereal.