Sukses

Studi Terbaru Sebut Anak yang Gemar Membaca Cenderung Lebih Bahagia

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa anak yang gemar membaca cenderung lebih bahagia, lebih aktif secara fisik, memiliki imajinasi yang lebih aktif, dan bahkan lebih baik dalam memecahkan masalah dibandingkan anak-anak yang jarang atau tidak pernah membaca.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa membaca berdampak positif bagi anak. Dilansir dari dari NY Post, Senin, 28 Agustus 2023, studi itu menemukan anak yang gemar membaca cenderung lebih bahagia, lebih aktif secara fisik, memiliki imajinasi yang lebih aktif, dan bahkan lebih baik dalam memecahkan masalah dibandingkan anak-anak yang jarang atau tidak pernah membaca.

Sebuah jajak pendapat terhadap 1.500 orangtua Amerika dan 500 guru kelas 6 menunjukkan bahwa 91 persen anak berusia 5 sampai 12 tahun yang rajin membaca lebih bahagia, dibandingkan mereka yang tidak sering membaca, yaitu sejumlah 36 persen. Sementara, 92 persen anak yang sering membaca lebih aktif secara fisik, dibandingkan mereka yang tidak membaca sebesar 40 persen.

Anak-anak yang “sering” dan “sangat sering” membaca, umumnya memiliki imajinasi yang lebih aktif dibandingkan anak-anak yang jarang atau tidak pernah membaca sama sekali. Sebanyak 95 persen anak yang rajin membaca lebih memiliki imajinasi yang aktif, dibandingkan anak yang jarang membaca yang hanya sebesar 57 persen.

Anak-anak yang lebih banyak membaca juga mengambil pendekatan yang lebih proaktif dalam menyelesaikan situasi dan masalah negatif. Sementara, 49 persen anak yang jarang membaca tidak berusaha menyelesaikan situasi sulit. Studi itu juga menemukan 52 persen anak yang sering membaca berusaha menyelesaikan sendiri situasi tersebut, dan 69 persen yang sangat sering membaca akan meminta bantuan orangtua mereka.

Diinisiasi platform membaca digital Epic dan dilakukan oleh OnePoll, penelitian ini menemukan rata-rata anak membaca lima buku per bulan, baik di dalam maupun di luar sekolah. Sebanyak 54 persen di antaranya membaca buku baru setidaknya setiap minggu. 

2 dari 4 halaman

Tanggapan Orangtua

Mayoritas dari orangtua, yaitu sebesar 85 persen, setuju bahwa dengan membaca, dapat membuka potensi anak-anak mereka di kemudian hari. Sementara, 61 persen lainnya merasa bahwa anak-anak mereka akan lebih banyak membaca jika mereka tidak harus pergi ke toko buku atau perpustakaan untuk membeli buku.

Tiga dari lima orangtua juga mengatakan bahwa anak-anak mereka telah berbagi cita-cita mereka ketika besar nanti, termasuk menjadi dokter atau perawat (23 persen), guru (16 persen) atau ilmuwan (15 persen). Bagi lebih dari seperempat anak-anak (27 persen), aspirasi profesional mereka terinspirasi oleh buku yang mereka baca atau dengarkan.

"Peran buku dalam kehidupan seorang anak tidak dapat diukur," kata Kevin Donahue, salah satu pendiri Epic. "Ini lebih dari sekedar cara untuk belajar tentang dunia di sekitar kita. Bagi anak-anak, ini adalah dunia tersendiri, penuh dengan inspirasi yang dapat menunjukkan kepada anak-anak apa yang menanti mereka di masa depan sebagai orang dewasa."

3 dari 4 halaman

Survei Terhadap Guru di Sekolah

Survei tersebut, yang juga melibatkan 500 guru, mengungkap wawasan lebih lanjut mengenai kebiasaan membaca anak-anak di sekolah. Lebih dari separuh (56 persen) mengonfirmasi bahwa anak-anak di kelas mereka secara kolektif memiliki buku 'favorit' yang mereka sukai, dengan genre terpopuler adalah buku petualangan (41 persen), buku bergambar (38 persen), buku fantasi (36 persen), dan komik/novel grafis (36 persen).

Rata-rata seorang siswa menghabiskan waktu 35 menit untuk membaca sepanjang hari sekolah, di luar buku pelajaran. Namun, 40 persen guru merasa siswanya tidak menghabiskan cukup waktu untuk membaca pada hari-hari sekolah.

Untuk mendorong membaca di luar sekolah, para guru berbagi metode motivasi favorit mereka: mendorong mereka untuk mengunjungi perpustakaan setempat (66 persen), memberi penghargaan berupa poin di kelas (60 persen), dan mendorong mereka untuk menggunakan platform membaca digital (49 persen).

Lebih dari tiga perempat (77 persen) menggunakan membaca digital sebagai cara untuk mendorong pembaca yang enggan membaca lebih banyak dan 53 persen percaya bahwa membaca digital telah membantu siswa mengejar kehilangan pembelajaran di era pandemi.

"Yang benar-benar menggembirakan adalah bagaimana membaca telah berkembang lebih dari sekadar buku fisik," lanjut Kevin Donahue. "Kita hidup di era digital dan kita bisa mengambil isi rak buku fisik dan menaruhnya di tangan anak-anak."

4 dari 4 halaman

Cara Orangtua dan Guru Mengajak Anak untuk Lebih Banyak Membaca

Bagi banyak anak, motivasi untuk membaca lebih banyak datang dari akses. Memberi mereka akses yang mereka perlukan akan membuat mereka membaca lebih banyak, belajar lebih banyak, dan terinspirasi untuk berbuat lebih banyak. Survei tersebut juga meneliti tentang cara teratas para orangtua dan guru dalam mendorong anal-anak untuk lebih sering membaca, berikut hasilnya

Berikut adalah lima cara teratas orangtua mendorong anak-anak untuk lebih banyak membaca:

  • Miliki lebih banyak buku di rumah  (26 persen)
  • Bawa mereka ke perpustakaan  (23 persen)
  • Membawa buku ke dalam mobil  (13 persen)
  • Biarkan mereka membaca di ponsel atau tablet  (11 persen)
  • Bawalah buku saat liburan (10 persen)

 

Beikut adalah lima cara teratas guru mendorong anak-anak untuk lebih banyak membaca:

  • Dorong mereka untuk mengunjungi perpustakaan setempat  (66 persen)
  • Hadiahi mereka dengan poin di kelas (60 persen)
  • Dorong mereka untuk menggunakan platform membaca digital (49 persen)
  • Selenggarakan pesta kelas  (34 persen)
  • Mengadakan kontes membaca di kelas (31 persen)