Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida dan tiga menteri kabinet negara itu memakan sashimi ikan Fukushima pada pertemuan makan siang Rabu, 29 Agustus 2023. Ini dilakukan guna menunjukkan bahwa ikan laut di wilayah itu "aman" dikonsumsi setelah Jepang buang limbah nuklir ke laut.
Melansir AP, Jumat (1/9/2023), PM Jepang dan ketiga menterinya menyantap sashimi ikan flounder, gurita, dan ikan bass yang "ditangkap di lepas pantai Fukushima setelah air radioktif dilepaskan," klaimnya, menyebutnya "aman dan lezat." Itu dimakan bersama sayuran, buah-buahan, dan semangkuk nasi yang dipanen di prefektur, Menteri Ekonomi dan Industri Jepang Yasutoshi Nishimura, yang berada di pertemuan itu, mengatakan.
Tidak hanya di Jepang, di negara tetangganya, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Han Duck Soo juga berusaha meyakinkan warganya bahwa produk makanan laut mereka tidak terpengaruh pembuangan air limbah nuklir Fukushima, Jepang, ke laut.
Advertisement
Keduanya menyantap hidangan seafood selama makan siang saat rapat mingguan digelar pada 28 Agustus 2023. Olahan seafood juga disajikan di kafetaria kantor kepresidenan. Seorang pejabat mengatakan bahwa berbagai macam makanan laut akan disajikan di kafetaria sepanjang pekan, dimulai dengan ikan mentah iris dan tuna panggang, awal pekan ini.
"Jumlah orang yang makan di kafetaria hari ini 1,5 kali lebih banyak dari biasanya, termasuk staf yang membatalkan janji makan siang mereka untuk makan di kafetaria," kata pejabat kantor presiden dalam pemberitahuan pada wartawan, dikutip dari Yonhap, 29Â Agustus 2023.
Â
Katanya Aman Secara Ilmiah, tapi ...
Sekretaris Senior Kepresidenan bidang Politik Lee Jin Bok dan Sekretaris Media Senior Kim Eun Hye berada di antara pengunjung kafetaria itu. Pihak kantin kehabisan ikan mentah lebih cepat karena tingginya permintaan.
Isu keamanan seafood mencuat di Negeri Ginseng setelah Jepang merilis air limbah nuklir Fukushima yang telah diolah ke laut sejak pekan lalu. Pemerintahan Yoon Suk Yeol menanggapinya dengan mengatakan bahwa perilisan itu tidak membahayakan kesehatan sepanjang dilakukan dengan cara aman secara ilmiah.
Meski begitu, para penjual seafood di pasar hingga pemilik restoran olahan makanan laut mengkhawatirkan kondisi tersebut. Mengutip Al Jazeera, Lee Jae Seok, seorang pemilik restoran belut di Distrik Seongdong, Seoul, mengaku was-was.
Meski konsensus ilmiah menyatakan tindakan Jepang tidak berisiko pada masyarakat, banyak warga Korsel yang tidak yakin bahwa seafood dan ikan mereka aman. Dalam survei terbaru oleh Consumer Korea, 92,4 persen responden mengatakan, mereka akan mengurangi konsumsi seafood setelah limbah dibuang ke laut.
Â
Advertisement
Larang Produk Makanan Laut Impor dari Jepang
Di sisi lain, China memutuskan melarang impor produk makanan laut dari 10 prefektur di Jepang, dikutip dari Time Out, 25 Agustus 2023. Larangan tersebut secara khusus menyasar sejumlah produk makanan laut yang berasal dari Tokyo, Fukushima, Chiba, Tochigi, Ibaraki, Gunma, Miyagi, Niigata, Nagano, dan Saitama.
Produk-produk ini merupakan semua makanan laut yang dipanen, diproduksi, diproses, atau dikemas pada atau setelah 24 Agustus 2023. Makanan laut yang dilarang mencakup varietas makanan laut hidup, beku, dingin, kering, atau diawetkan, serta garam laut dan rumput laut yang belum diolah dan diproses.
Rudolf Wu, seorang profesor ilmu lingkungan di Universitas Pendidikan Hong Kong, mengatakan pada TIME bahwa risiko efek radiotoksik bergantung pada konsentrasi dan durasi paparan. "Kita semua tahu bahwa merokok itu tidak baik, bahwa merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru. Namun, bukan berarti (jika) hanya merokok sesekali, (itu) akan menyebabkan kanker," ujarnya mengibaratkan.
Namun, ia memperingatkan bahwa paparan terus menerus dalam konsentrasi rendah tetap berisiko. Ken Buesseler, ahli geokimia kelautan dari Woods Hole Oceanographic Institution di Massachusetts, juga mengatakan bahwa ia tidak mengkhawatirkan keamanan makanan laut dari Fukushima karena proses pengujian ketat yang telah diterapkan untuk memastikan tingkat radioaktivitas tetap rendah.
Komentar Kontra dari Ahli
Sementara itu, ada pula penasihat ilmiah untuk negara-negara Kepulauan Pasifik yang menentang rencana pembuangan air limbah nuklir Fukushima. Salah satunya adalah Richmond, yang mengatakan bahwa rencana pemantauan ekstensif Jepang tidak benar-benar memitigasi risiko kesehatan yang ditimbulkan pembuangan air limbah ke laut.
"Ini sama saja dengan mengatakan, 'Saya akan merokok tiga bungkus sehari, tapi saya tidak khawatir karena saya akan menjalani rontgen dada setiap tahun. Itu program pemantauan saya.' Suatu tahun Anda mendapati lesi di paru-paru Anda, dan Anda tidak berkata, 'Oke, saya sudah berhenti merokok, saya melihat lesinya. Saya akan berhenti.' Anda sudah terlanjur menderita kanker."
Sebelumnya, manajer pembangkit listrik Tokyo Electric Power Company (TEPCO), pemerintah Jepang, dan lembaga internasional telah melakukan beberapa penilaian terhadap proses penyaringan untuk mendekontaminasi air limbah nuklir Fukushima. Mereka juga mengklaim rencana tersebut aman menurut standar ilmiah.
Namun, beberapa negara tetangga, para aktivis lingkungan hidup, dan mereka yang terlibat dalam industri makanan laut sangat menentang rencana tersebut, dengan alasan bahwa data yang ada tidak cukup dan tidak meyakinkan untuk memastikan bahwa air tersebut tidak berbahaya.
Advertisement