Sukses

Krisis Serangan Tikus di Colosseum Roma, Disebut Gara-Gara Gelombang Panas

Pemerintah kota Roma, Italia, dilaporkan segera bertindak untuk mengatasi krisis serangan tikus di sekitar Colosseum. Wisatawan telah mengunggah video di media sosial, menunjukkan hewan pengerat berkeliaran di dekat amfiteater kuno.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah kota Roma, Italia dilaporkan segera mengambil tindakan untuk mengatasi krisis serangan tikus di sekitar Colosseum. Wisatawan telah mengunggah video di media sosial, menunjukkan hewan pengerat berkeliaran di dekat amfiteater kuno.

Melansir BBC, Jumat (1/9/2023), kepala pengumpulan sampah kota, Sabrina Alfonsi, mengatakan bahwa "intervensi luar biasa" terjadi selama akhir pekan dengan para pekerja yang membersihkan sampah dan memasang perangkap. Ia mengatakan, tikus-tikus itu tertarik pada tumpukan sampah yang ditinggalkan wisatawan.

Gelombang panas Eropa yang terjadi baru-baru ini telah memperparah masalah ini, dengan banyaknya botol plastik yang dibuang di sekitar monumen bersejarah, tambahnya. Botol-botol air plastik ini "sangat diperlukan" para wisatawan untuk mengatasi panas, dan pembuangannya yang sembarangan telah memperparah krisis serangan tikus, lapor Asiana Times.

Narasi serupa diungkap Presiden Asosiasi Kedokteran Lingkungan Italia (SIMA), Alessandro Miani. Ia menjelaskan bagaimana jumlah hama cenderung bertambah ketika cuaca sangat panas, menyebabkan tikus keluar untuk mencari makanan dan air sehingga meningkatkan kemungkinan kontak antara tikus dan manusia.

Miani memperingatkan bahaya serius yang mengintai, mengingat terdapat 40 penyakit yang dapat ditularkan secara langsung atau tidak langsung oleh tikus, antara lain Leptospirosis, Salmonella, dan rabies. Berbicara pada kantor berita Adnkronos, Alfonsi mengklaim bahwa serangan tikus di sekitar Colosseum "sekarang sudah terkendali."

Namun, operasi pembersihan masih akan dilakukan minggu depan, dengan para pekerja menargetkan dan memasang perangkap di ruang terbuka hijau hijau di sekitar Colosseum Roma, serta saluran air, yang merupakan tempat favorit tikus. 

2 dari 4 halaman

Dampak Gelombang Panas di Roma

Pemerintah kota Roma mengomunikasikan upaya mereka pada publik dalam bentuk foto staf kota yang membersihkan tumpukan botol plastik, kaleng, dan sampah lain, dengan Colosseum yang menyala di latar belakang.

Sebelum serangan tikus, gelombang panas yang melanda Italia telah membuat puluhan turis pingsan saat antre menunggu masuk ke Colosseum Roma pada Juli 2023. Anggota dewan kota Roma pun mengimbau untuk mengubah jam buka monumen, serta tempat wisata lain.

Melansir Polish News, 27 Juli 2023, sekitar 70--80 orang pingsan sehari dalam antrian ke Colosseum Romawi karena panas yang melebihi 40 derajat celcius. Amfiteater Flavia saat itu buka mulai pukul 9 pagi, saat matahari sudah bersinar terik, dan tutup pukul 19.15, saat panas yang menyengat perlaham mulai mereda.

Di dekat Colosseum tercatat sebagian besar kasus pingsan di Roma. Salah satu anggota dewan, Dario Nanni, telah mengirim permintaan pada otoritas kota untuk mengubah jam buka amfiteater kuno secepat mungkin, menyesuaikannya dengan kondisi cuaca.

3 dari 4 halaman

Pemegang Rekor Musim Panas

Cuaca panas esktrem disebut sangat mempersulit pelancong dan tetap demikian untuk waktu yang lama di musim panas tahun ini. Merujuk laporan Roma Today, menurut anggota dewan, Colosseum harus dibuka pukul 7.30, waktu setempat, sehingga setidaknya beberapa wisatawan dapat terhindar berdiri di "penggorengan," yaitu alun-alun di sekitarnya.

Ia juga mengimbau untuk memperpanjang jam kunjungan ke Roman Forum, Bukit Palatine, dan monumen stadion kuno Circus Maximus, yang normalnya tutup pukul 6 sore. Seruan ini bertepatan dengan pengumuman dampak lain dari antisiklon baru di Italia, Charon Bis, yang diprediksi membawa suhu di atas 40 derajat celcius di Roma.

Kota Abadi adalah pemegang rekor musim panas ini, di ibu kota negara itulah tingkat peringatan panas tertinggi diumumkan paling banyak sepanjang Juli 2023. Suhu yang terus-menerus tinggi di sana telah menyebabkan media nasional menjuluki Roma sebagai "Kota Neraka."

Italia telah mengeluarkan peringatan risiko kesehatan ekstrem di 16 kota, termasuk Roma dan Florence, menyusul gelombang panas yang membakar Eropa. Ilmuwan iklim di Badan Antariksa Eropa (ESA) mengatakan, panas ekstrem bisa mencapai 48 derajat celsius di Sisilia dan Sardinia, berpotensi jadi suhu terpanas yang pernah tercatat di Eropa.

4 dari 4 halaman

Lawan Serangan Hama dan Krisis Sampah

Sementara itu, perjuangan Roma melawan serangan hama dan krisis sampah yang terus meningkat bukanlah sesuatu yang baru, karena pemerintah kota "gagal menjaga kota tetap bersih selama bertahun-tahun." Meski situs-situs bersejarahnya, termasuk Air Mancur Trevi, Colosseum, dan Spanish Steps dimasukkan ke dalam daftar warisan dunia pada 1980, penduduk setempat telah terganggu pemandangan sampah yang "memalukan."

"Invasi" meja bar dan restoran, skuter listrik, tempat sampah yang meluap, coretan, dan taman yang tidak terawat adalah beberapa dari sekian banyak permasalahan yang disoroti warga lokal. Sayangnya, belum ada "upaya serius" dari pemerintah kota Roma maupun Italia, sebut mereka.

Selain tikus, babi hutan juga dilaporkan berkeliaran di sekitar kota, karena mencari makanan di tempat sampah. Sebuah artikel di La Repubblica baru-baru ini juga melaporkan penampakan rusa di jalan-jalan pada tengah malam, yang memicu beragam reaksi dari para pengguna Facebook. Salah satunya sarkas, menulis, "Tarzan lewat, menumpang pohon anggur" di jalanan Roma.