Sukses

Interaksi Putri Diana dan Mohamed Al Fayed Saat Pertandingan Polo yang Diikuti Raja Charles III

Berita meninggalnya Mohamed Al Fayed di usia 94 tahun membuka ingatan publik pada kedekatannya dengan Putri Diana saat masih jadi istri Raja Charles. Sebagai orang penting, pria kelahiran Mesir tersebut juga merupakan sosok di balik kesuksesan dua ikon London, Harrods Department Store dan klub sepakbola Fulham.

Liputan6.com, Jakarta - Berita meninggalnya Mohamed Al Fayed di usia 94 tahun membuka ingatan publik pada kedekatannya dengan Putri Diana saat masih jadi istri Raja Charles. Sebagai orang penting, pria kelahiran Mesir tersebut juga merupakan sosok di balik kesuksesan dua ikon London, Harrods Department Store dan klub sepakbola Fulham.

Al Fayed juga paling banyak dibicarakan usai kematian Putri Diana dan putranya, Dodi Al Fayed. Dalam sebuah video lama yang kembali beredar di media sosial Instagram @fanroyalfamily, terlihat bagaimana interaksi Diana dengan orang yang sempat jadi calon mertuanya kala itu. 

Terlihat Al Fayed berada dalam sebuah momen foto bersama Diana dan Raja Charles III saat itu, usai pertandingan polo. Tak tampak canggung, Diana yang ramah tampak banyak mengobrol dengan pria itu. 

Al Fayed memang tak lagi jadi pusat perhatian publik dalam satu dekade terakhir, ia tinggal di rumahnya di Surrey bersama istrinya Heini. sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat, 1 September 2023 waktu setempat, keluarganya mengatakan: "Nyonya Mohamed Al Fayed, anak dan cucunya ingin memastikan bahwa suami tercinta, ayah dan kakek mereka, Mohamed, meninggal dunia dengan damai di usia tua pada hari Rabu 30 Agustus 2023.

Keluarganya menyambung, "Dia menikmati masa pensiun yang panjang dan memuaskan, dikelilingi orang-orang yang dicintainya."

Mengutip CNN, Al Fayed lahir di Alexandria, Mesir, pada 1929. Dalam serial Netflix The Crown musim ke-5, sosoknya ikut diceritakan di satu episode khusus.

2 dari 4 halaman

Perjalanan Hidup Al Fayed

Al Fayed sempat menikah dengan Samira Khashoggi, seorang penulis Arab dan saudara perempuan dari miliarder pedagang senjata Adnan Khashoggi. Pernikahan mereka berjalan singkat, namun ia memanfaatkan peluang untuk mengembangkan bakat bisnisnya.

Usai bekerja dengan Adnan Khasoggi, ia mendirikan perusahaan pelayarannya sendiri. Al Fayed kemudian pindah ke London, Inggris, dan mulai membangun portofolio real estate luas yang berfokus pada destinasi mewah.

Pada 2021, kekayaan bersihnya mencapat 1,8 miliar dolar AS, menurut Forbes. Bisnisnya termasuk Punch Magazine, Kurt Geiger, gedung pencakar langit Manhattan 75 Rockefeller Plaza, dan blok apartemen mewah Hyde Park Residence di London. Ia juga sempat jadi pemilik Hotel Ritz di Paris selama empat dekade.

Namun, jantung utama sumber kekayaan yang bernilai miliaran dolar adalah department store Harrods yang tersebar di seluruh blok lingkungan Mayfair yang bergengsi di London. Toko itu telah menjadi tujuan belanja paling glamor di kota itu selama beberapa dekade. 

3 dari 4 halaman

Sukses Berbisnis

Al Fayed sering membandingkan department store miliknya dengan salah satu keajaiban dunia di negeri asalnya. "Harrods adalah piramida saya," katanya kepada CNN pada 2004.

Ia agresif mengembangkannya, termasuk tak segan membuat penawaran besar-besaran untuk grup House of Fraser, termasuk tokonya. Ia memaksanya berhadapan langsung dengan taipan Inggris kontroversial Roland “Tiny” Rowland. Keduanya terlibat dalam beberapa putaran pertikaian publik. Pada akhirnya, Al-Fayed membeli grup tersebut dengan kesepakatan USD 842 juta.

Di sisi lain, Al Fayed terkenal berhubungan baik dengan pemerintah Inggris dan juga karena investasinya. Selama beberapa dekade, ia secara terbuka memperjuangkan kewarganegaraan Inggris, sebuah upaya yang dimulai ketika Rowland mengajukan pertanyaan di depan umum tentang sumber pendapatannya.

Pada 1994, ia memicu skandal politik ketika ia menyebutkan nama anggota parlemen Inggris yang menerima uang darinya sebagai imbalan untuk mengajukan pertanyaan di Parlemen atas namanya.

 

4 dari 4 halaman

Dituduh Membunuh Anaknya dan Putri Diana

Al Fayed memiliki enam anak, termasuk pengusaha aktivis lingkungan Omar Fayed dan Dodi yang meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas bersama Putri Diana pada 1997. Selama beberapa dekade, Al Fayed meyakini bahwa pasangan itu telah dibunuh, meski penyelidikan membuktikan sebaliknya, dan ia berbalik mengkritik Kerajaan Inggris di sisa hidupnya.

Al-Fayed sering melontarkan hinaan untuk keluarga kerajaan Inggris sehingga ia di-persona non grata-kan di kalangan elit negara. Hubungannya dengan keluarga kerajaan digambarkan pada musim kelima "The Crown" tahun lalu.

"Saya tinggal di negara di mana saya merasa kasihan pada masyarakat biasa dan sebagian besar orang yang tinggal di negara ini. Nasib dan hak asasi mereka diculik oleh gangster dan orang-orang yang menyebut diri mereka mapan," katanya suatu kali kepada CNN.

Saat pemeriksaan kematian Diana pada 2008, dia mengatakan kelompok itu sebagai 'keluarga Drakula'. Dia berjanji selama bertahun-tahun dan sia-sia untuk menemukan bukti yang bertentangan dengan kesimpulan resmi mengenai kecelakaan mobil yang menewaskan Putri Diana. Ia mengatakan kepada pengadilan yang sama bahwa dia tidak akan beristirahat 'sampai aku mati', bahkan kalau dia kehilangan 'segalanya untuk menemukan kebenaran'.