Sukses

Upaya Kreatif Warga Desa Tlilir Temanggung Manfaatkan Tanaman Tembakau Jadi Daya Tarik untuk Datangkan Wisatawan

Dikenal sebagai penghasil tembakau terbaik di dunia, ternyata belum cukup bagi para warga Desa Tlilir, di Kabupaten Temanggung untuk menarik banyak wisatawan.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai desa wisata, dikenal sebagai penghasil tembakau terbaik di dunia tentu jadi promosi yang sangat menguntungkan. Namun hal itu ternyata belum cukup bagi para warga Desa Tlilir, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Mereka masih harus terus berjuang agar roda perekonomian terus berputar dengan dinamis. Fatur Rahman, Kepala Desa Tlilir menjelaskan, tembakau ini sifatnya musiman. Harus ada sisi lain yang harus digali dengan lebih kreatif agar perekonomian desa ini terus mengalir dan berdiri secara mandiri.

Ditambah lagi, membanjirnya produk tembakau dari China sangat menyumbat suplai tembakau dari desa yang berada di kaki Gunung Sumbing ini. Selain itu berimbas pula pada rendahnya harga tembakau, serta suplai daun tembakau dari Tlilir ini pun tak mampu keluar banyak ke pangsa pasar dalam negeri.

Pariwisata bisa menjadi salah satu pijakan rasional untuk menggerakan hal tersebut. Pasalnya, Desa Tlilir ini punya potensi wisata dan ekonomi kreatif untuk diangkat sebagai daya tariknya. Salah satunya kebudayaan warisan leluhur seperti mulai dari tanam hingga panen raya tembakau.

"Jadi mulai dari tanam tembakau hingga panen raya itu ada ritualnya. Ini sudah menjadi tradisi leluhur. Saat musim tanam para warga bawa ingkung ke kebun sebagai ucapan terima kasih kepada yang Maha Kuasa," terang Fatur pada Liputah6.com di acara 1st Tlilir Art and Culture Festival di Desa Tlilir, Sabtu, 2 September 2023.

Ia menambahkan, Desa Tlilir memiliki annual event seni budaya yang terkait dengan tembakau. Jadi, tak salah jika Desa Tlilir mendeklarasikan diri sebagai Kampung Mbako (tembakau). Selain sebagai penghasil tembakau terbaik dunia, secara budaya Desa Tlilir terus menjaga tradisi leluhurnya.

"Tembakau dari salah satu warga Desa Tlilir pernah diuji di laboratorium di Jerman. Dan hasil uji laboratorium itu menyebut, jika tembakau dari warga kami menyandang hasil terbaik di seluruh dunia," ungkapnya.

 

2 dari 4 halaman

Beragam Event di Desa Tlilir

Desa Tlilir juga memiliki event tahunan lainnya seperti Festival Domba yang diikuti lintas kabupaten, kemudian ada event Pasar Ahad Pahing yang memiliki perputaran Rp30 juta dalam setengah hari. Ada pula Festival Tembakau Srintil yang berlangsung tiap akkhir tahun yang diselenggarakan atas swadaya masyarakat.

Di event ini mereka biasanya melelang tembakau dan menghadirkan pemerhati tembakau dari Belanda, Australia dan Jepang. "Event-event tersebut berlangsung untuk mengisi ruang usai panen raya tembakau. Dengan harapan pergerakan roda ekonomi di desa kami terus berjalan stabil dari luar sektor tembakau," tuturnya.

Tidak hanya kompak dalam hal penyelenggaraan Festival Tembakau Srintil, pimpinan desa dan warga Tlilir pun antusias untuk memiliki museum tembakau. Para warga mengumpulkan aset-aset yang berkaitan dengan tembakau yang dimiliki leluhur mereka di dalam sebuah museum.

Ada satu lagi event yang akan dgelar tiap tahun yaitu Tlilir Art & Culture Festival, sebuah event berbasis pariwisata dan digerakkan oleh Masyarakat setempat. Event perdana di tahun ini mengangkat tema "From Village to The World" dengan latar belakang pemandangan Puncak Gunung Sumbing.

3 dari 4 halaman

Potensi Tlilir Art & Culture Festival,

Festival yang berlangsung pada 1-3 September 2023 ini terbilang unik karena panggung maupun sebagian penonton berada di atas atap rumah-rumah warga yang sehari-harinya biasa digunakan untuk menjemur tembakau. Mereka juga menampilkan konser musik etnik dengan line up Irene Ghea x Arlida Putri, Orkes Sinten Remen, dan Jogja Hip Hop Foundation.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, selaras dengan berkembangnya seni dan budaya, Desa Tlilir terus memproklamirkan diri sebagai desa wisata kampung tembakau. "Saya berharap dengan adanya dukungan dan kolaborasi bebagai pihak, Tlilir Art & Culture Festival menjadi momen tak terlupakan bagi seluruh peserta dan pengunjung," ucap Menparekraf dalam sambutannya secara virtual, pada Sabtu, 2 September 2023..

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf/Baparekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani yang hadur secara langsung dalam sambutannya di lokasi festival menyampaikan, event seperti festival budaya merupakan bagian dari 3A (Akses, Atraksi, Amenitas) dan menjadi unsur penting untuk memajukan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Temanggung Hendra Sumaryana menambahkan, selain perbaikan aksesibilitas, pihaknya akan mengupayakan agar event festival tersebut semakin banyak diketahui masyarakat luar sehingga multiplier effect-nya bukan hanya dirasakan di kabupaten saja tapi secara nasional. "Temanggung punya dua hal yang unik dan mendunia yaitu tembakau dan kopi. Event ini juga menjadi bagian yang bisa ‘dijual’ dan dipromosikan," ucapnya.

 

4 dari 4 halaman

Kesiapan Desa Tlilir Menerima Wisatawan

Selain itu, Fatur Rohman mengungkapkan, keindahan alam dan tembakau yang mendunia menjadi daya tarik tak hanya bagi wisnus melainkan juga wisatawan mancanegara (wisman). Menurut dia, wisman yang pernah datang ke desa Tlilir di antaranya berasal dari Belanda, Belgia, Jerman, Rusia, Ukraina dan Australia.

Bagi turis yang ingin menginap, desa Tlilir saat ini juga memiliki 12 homestay. Tentunya kita ingin wisatawan yang datang lebih banyak lagi termasuk wisatawan mancanegara.

"Tapi kita juga harus menyiapkan diri dengan baik supaya lebih siap menyambut kedatangan mereka. Misalnya dengan membangun homestay lebih banyak lagi dan bisa membuat event lebih banyak lagi," jelas Fatur Rochman.

Desa wisata Kampung Mbako menjadi salah destinasi wisata unik yang ada di kaki gunung Sindoro atau tepatnya. Meski berada di ketinggian antara 1.700 mdpl, suhu udaranya tidak terlalu ekstrem seperti di dataran tinggi Dieng. Namun, bagi warga yang terbiasa tinggal di kota besar seperti Jakarta, tetap saja menikmati desa ini di malam hari wajib menggunakan jaket maupun pakaian hangat lainnya.

Â