Sukses

Perlakuan Beda Pemerintah pada Wulan Guritno dan Selebgram Daerah yang Promosikan Judi Online, Warganet Sebut Beauty Privilege

Wulan Guritno yang diduga terjerat kasus promosi judi online akant dijadikan duta) antijudi online bagi masyarakat oleh Kemenkominfo, benarkah karena beauty privilege?

Liputan6.com, Jakarta - Aktris Wulan Guritno sedang jadi sorotan karena aksi lawasnya tahun 2020 yang mencuat lagi ke publik. Wulan dikaitkan dengan dugaan mempromosikan situs judi online.

Hal itu membuat dirinya menjadi buruan awak media untuk mengklarifikasi kabar mempromosikan judi online. Bahkan, Bareskrim Polri juga berencana memanggil bintang film Jakarta vs Everybody itu untuk mengklarifikasi dugaan tersebut.

Namun kabar terbarunya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyebut bahwa artis yang terjerat kasus promosi judi daring atau online dapat dijadikan Kemenkominfo sebagai juru kampanye (jurkam) antijudi online bagi masyarakat.

"Nanti kan sedang ditanyakan polisi tunggu saja, nanti kami mau ya dia justru jadi duta antijudi online, dia kan sudah bilang di media dia enggak tahu dia pikir itu game. Ini bukan soal satu artis, semuanya, selebgram, artis, gitu ya," terang Budi Arie dilansir dari Antara, Selasa (5/9/2023).

Selain Wulan Guritno, kata Budi Arie, sejumlah artis dan selebgram yang terlibat judi online juga akan dibina dan kemudian dijadikan duta antijudi online. Namun rencana Menkominfo itu sepertinya menuai banyak kontroversi di masyarakat maupun warganet.

Dalam platform Twitter atau X, berbagai akun ikut menyoroti kasus Wulan Guritno itu. Pemilik akun @ilhamzada mengunggah perbandingan antara Wulan dan selebgram daerah yang mempromosikan situs judi online.

Dalam cuitannya, ia menyoroti Wulan yang mendapatkan perlakuan beda. Pasalnya, ia malah diusulkan untuk diangkat menjadi duta. Sementara beberapa selebgram daerah yang melakukan hal serupa malah ditangkap.

 

2 dari 4 halaman

Perlakuan Istimewa untuk Wulan Guritno?

"Wulan Guritno promosi judi online, diwacanakan jadi duta. Selebgram daerah promosikan judi online, mereka ditangkap,” tulisnya dalam cuitannya. Hal itu sepertinya mengacu pada dua orang selebgram asal Kota Bandung ditetapkan sebagai tersangka setelah turut mempromosikan judi online. Mereka diancam hukuman penjara paling lama 6 tahun dan denda Rp1 miliar.

Warganet lainnya juga setuju akan perlakuan beda tersebut. Sejumlah warganet bahkan menilai wanita berusia 42 tahun itu mendapatkan perlakuan tersebut karena dirinya yang cantik alias ‘beauty privilege’.

"Yang cantik dijadikan duta, yang jelek pasti dipenjara. Negara dagelan tenan,” komentar seorang warganet.

"Ntar mba WG cuma ngomong ‘iihh bapak saya ga tau itu judi loh’ (nada mba WG). Langsung dah tuh bapak-bapak klepek-klepek. Fix lu Cantik dan lu terkenal lu punya kuasa,” kata warganet lainnya.

"Beauty Privilege memang luar biasa di saat orang lain langsung dinyatakan menista, eh dia orang diangkat jadi duta. Sama seperti judi online. Wong Wulan guritno endorse judi, malah mau diangkat jadi duta judi online. Aneh banget logika penguasa di Indonesia hwhwhw,” komentar warganet lainnya pada Selasa (5/9/2023).

Mengenai beauty privilege, sebutan ini merupakan perlakuan istimewa pada orang-orang yang dinilai menarik, cantik, hingga tampan. Hal ini membuat orang-orang yang menarik akan mendapatkan berbagai manfaat perlakuan dalam banyak hal.

3 dari 4 halaman

Anggapan Tentang Beauty Privilege

Dikutip dari kanal Regional Liputan6.com yang dilansir dari laman My Imperfect Life, 24 September 2021, seperti kebanyakan anggapan lainnya, beauty privilege adalah sesuatu yang dapat disadari, apakah kita pernah mengalaminya secara langsung atau tidak. Namun, banyak orang yang tidak ingin mengakui bahkan membicarakannya, terutama jika berada di pihak yang mendapatkan manfaatnya.

Berbagai penelitian dan survei ilmiah telah membuktikan bahwa penampilan sebenarnya berhubungan langsung dengan seberapa baik seseorang diterima oleh orang lain, baik dalam lingkungan sosial maupun lingkup pekerjaan. Selain seksisme, rasisme, dan usia yang dapat memengaruhi kualitas hidup, daya tarik fisik juga dapat menentukan, terlepas dari kepribadian, keterampilan, dan bakat.

Namun, pemikiran seperti ini dapat menimbulkan prasangka atau diskriminasi atas dasar penampilan seseorang. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai kondisi, termasuk saat kencan, lingkungan sosial, dan tempat kerja.

Standar cantik atau menarik tentu saja relatif. Tetapi, ada beberapa kesamaan yang dimiliki secara universal. Sebagian besar didasarkan pada standar kecantikan Eropa, seperti putih, tinggi, kurus, dan baru-baru ini dikenal dengan 'Instagram photogenic'

 

4 dari 4 halaman

Cara Menghilangkan Beauty Privilege

Jenis wajah yang seringkali muncul di feed Instagram, membuat semua orang berpegang pada standar kecantikan tersebut. Mereka semua adalah contoh dari apa yang masyarakat anggap 'cantik' secara universal.

Semakin dekat dengan itu, semakin cenderung mengalami beauty privilege. Semakin terlihat menyerupai orang-orang cantik yang terdapat di iklan, televisi, atau di majalah, semakin besar juga kemungkinan akan dihargai secara finansial atau dihargai masyarakat.

Menurut Andrew Pearson, seorang Hipnoterapis, "Selama bertahun-tahun kita telah melihat bahwa sekelompok orang tertentu telah dikucilkan dari budaya, dalam status rendah dan tinggi. Dalam periklanan, film, TV, seni, fotografi, dan bahkan penulis, orang-orang yang warna kulitnya terlalu gelap, lingkar pinggangnya terlalu lebar, atau wajahnya tidak simetris, berjuang mencari pengakuan di media".

Tetapi, kini lebih sulit untuk melupakan sesuatu daripada mempelajarinya, karena kebiasaan lama sulit dihilangkan. Namun, menurut Pearson, beauty privilege dapat dihilangkan dengan cara seluruh dunia mengubah persepsi tentang kecantikan dan daya tarik seseorang.

 

Video Terkini