Liputan6.com, Jakarta - Setiap daerah di Indonesia memiliki baju adat atau baju daerah seperti busana pengantin tradisional yang berbeda dengan makna masing-masing. Seiring perkembangan mode di Indonesia, banyak yang ingin memberikan sentuhan modernitas dan modifikasi pada baju daerah atau baju adat.
Sentuhan modernitas atau modifikasi bisa dilihat salah satunya di ajang kontes kecantikan seperti Puteri Indonesia yang diadakan Yayasan Puteri Indonesia (YPI). Di ajang tersebut ada sesi khusus untuk para finalis untuk tampil dengan baju adat dari daerah mereka masing-masing.
Baju adat atau busana daerah biasanya dibuat oleh sejumlah desainer. Mereka harus melakukan riset lebih dulu atau bahkan berkoordinasi langsung dengan tokoh adat jika ada hal-hal yg sakral atau pakem pakem yang tidak boleh dilanggar. Menurut Annisa Febby, salah seorang desainer yang pernah dipercaya untuk mendesain baju adat di ajang Puteri Indonesia, biasanya pihak penyelenggara yaitu YPI sudah menentukan pakem-pakem yang harus diikuti.
Advertisement
"Jadi di Puteri Indonesia ada namanya sesi National Costume Competition. itu semua menampilkan baju adat yang sudah dimodifikasi. Sebelum mendesain, aturan-aturannya sudah ditentukan dan biasanya kita bisa memodifikasi baju adat ini dengan konsep yang out of the box," terang Annisa pada Liputan6.com, Rabu, 6 September 2023.
"Yang pasti kita mendesain sesuai dengan request finalisnya. Biasanya kita mengambil tema khas dari provinsi mereka dan kita ajukan beberapa desain alternatif untuk dipilih dan kemudian baru dibuat. Proses pembuatannya bisa sekitar dua minggu sampai satu bulan," lanjutnya.
Sementara itu menurut desainer Lisa Fitria dari Indonesia Fashion Chamber (IFC), modifikais baju daerah juga bisa dieksplor bahkan sebebas mungkin tergantung selera masing-masing desainer tapi harus tetap memegang prinsip pakem-pakem yang menjadi prinsip dari sebuah busana adat.
Mendesain Baju Adat
Ia mengambil contoh baju daerah bisa bebas dimodifikasi dari motif kainnya, detail ornamen seperti bordir atau sulam. Pakem yang harus dipertahankan adalah bentuk dan siluet utama dari ciri khas potongan busananya
Mengenai siapa yang bisa menentukan batasan modifikasi baju adat/baju daerah, menurut Lisa, secara legal mungkin tidak ada legalitas secara hukum siapa yang ditunjuk berkompeten yang memiliki wewenang untuk menentukan batasan sejauh mana busana adat boleh dimodifikasi. Namun di beberapa daerah ada yang mengeluarkan semacam fatwa atau aturan mengenai pakem busana adat yang datang dari kepala daerah atau kepala suku
"Saya sendiri pernah mendesain busana daerah yaitu kebaya Jawa, yang saya modifikasi, yaitu bentuk lengan pada kebaya yang diberikan kerutan dan ditambahkan manset tangan , untuk panjang kebaya nya asimetris," terang Lisa pada Liputan6.com, Jumat, 8 September 2023.
"Ciri pakem kebaya Jawa seperti ada Kutubaru dan Kerah Kartini tetap saya pertahankan agar masih bisa disebut pakaian kebaya Jawa modern,” sambungnya.
Meski begitu, salah seorang founder IFC ini mengakui belum menemukan kesulitan untuk merancang dan mendesain modifikasi busana daerah meski sejumlah pihak ada yang mengatakan modifikasi baju daerah bukanlah usaha yang mudah. Namun yang tak kalah penting adalah mempromosikan dan melestarikan baju adat atau baju daerah agar tetap diminati semua generasi.
Advertisement
Mempromosikan Baju Daerah
"Ada beberapa cara untuk melestarikan baju adat, seperti melakukan kampanye melalui media sosial dengan membuat konten yang lagi viral dengan memakai baju daerah," kata Lisa Fitria.
"Bisa juga berkolaborasi dengan influencer atau selebgram untuk membuatkan busana daerah yang dipakai untuk acara-acara mereka yang bertemu dengan publik atau masyarakat luas agar bisa menjadi inspirasi oleh penggemarnya atau pengikutnya," tambahnya.
Desainer Asky Febrianti juga punya pendapat hampir senada. Menurut desainer yang kerap merancang busana pengantin tradisional untuk para artis/figur publik ini ada pakem-pakem tertentu yang tidak bisa dihilangkan atau diabaukan dalam memodifikasi baju-baju daerah atau tradisional.
Pembuatan busana tradisional dari daerah Jawa misalnya ada unsur batik yang harus sesuai dengan permintaan atau didiskusikan dengan klien. "Kalau soal batasan atau pakem-pakemnya meman sudah ada di tiap daerah. Jadi kita bisa berkreasi sesuai dengan batasan yang sudah ada, kecuali ada permintaan khusus dari klien kita," jelas Asky lewat pesan suara pada Liputan6.com, Jumat, 8 September 2023.
Kesepakatan dalam Membuat Baju Adat
"Batasan kreasinya tergantng dari hasil diskusi antara klien dengan desainernya mau dikreasikam seperti apa, jadi sejak awal sudah harus jelass semuanya. Kalau menurut saya lebih pas disebut mengembangkan baju daerah bukan modifikasi karena sebenarnya baju daerah selalu bisa dikembangkan atau dikreasikan," sambungnya.
Asky juga memberi contoh pengalamannya mendesain baju daerah. "Saya sendiri pernah ada klien dari Banjarmasin yang minta dibuatkan kreasi busana daerah. Mereka punya cri khas gambar naga untuk sarung, nah itu saya bordir sendiri, tapi sesuai dengan pakem-pakem yang sudah ditentukan dari daerah mereka dan mereka bisa menerima hasilnya," tuturnya.
Meski ada sejumlah ketentuan yang harus diikuti, menurut Asky sejauh ini tidak ada kesulitan utuk memodifikasi baju daerah karena selalu sudah ada kesepakatan sebelumnya. Untuk melestarikan baju adat atau baju daerah, Asky mengusulkan dengan mempromosikannya dengan memakai baju daerah di berbagai acara seperti pernikahan.
"Baju adat kita itu cantik-cantik desainnya, bisa lebih dikembangkan modelnya atau apanya dan tetap sesuai dengan pakem yang sudah ditentukan. Selain di acara pernikahan, baju daerah juga bisa pakai sehari-hari. Contohnya kain songket bisa dibuat blzaser jadi bisa dipakai setiap hari," pungkasnya.
Advertisement