Liputan6.com, Jakarta - Madinah kuno di Marrakesh hampir kosong pada Minggu, 10 September 2023, setelah gempa Maroko melanda pada Jumat malam, 8 September 2023. Kondisi kota yang mencekam seperti "tidak terlalu menakutkan" bagi sejumlah turis.
Pariwisata adalah sumber kehidupan perekonomian negara di Afrika Utara itu, dan Marrakesh adalah daya tarik utamanya. Gempa dahsyat yang menewaskan lebih dari 2.100 orang telah memicu kekhawatiran akan terulangnya kemerosotan pariwisata yang dialami selama pandemi COVID-19.
Namun, beberapa pengunjung dilaprkan "tidak terburu-buru untuk pergi," dilansir dari SCMP, Selasa (12/9/2023). "Kami tidak akan membiarkan gempa bumi merusak segalanya," kata Kirian Ficher (35), turis dari Jerman yang sedang tur keliling kota bersejarah tersebut.
Advertisement
Ia menyambung, "Tidak ada peringatan mengenai risiko besar apapun, jadi kami tetap berpegang pada rencana kami." Namun, hanya empat orang yang mengikuti tur tersebut, mengingat sisanya telah dievakuasi dari kamar mereka saat gempa terjadi pada Jumat malam.
Gempa berkekuatan magnitudo 6,8 ini merupakan gempa terkuat yang melanda Maroko sejak pencatatan dimulai, dan "menyapu bersih" seluruh desa di perbukitan Pegunungan Atlas, barat daya Marrakesh. "Kami masih ragu apakah akan berangkat," kata Dominik Huber (26), yang juga ikut tur keliling kota.
Ia melanjutkan, "Tapi tampaknya relatif aman. Juga, dengan tetap tinggal di sini, kami berkontribusi kecil mendukung masyarakat Maroko." Kelompok itu berdiri di luar pintu kayu megah Istana Bahia, yang dibangun pada 1860-an, sebuah objek wisata yang sekarang ditutup akibat gempa.
Tur Keliling Kota Masih Dilakukan
Istana Bahia disebut mengalami beberapa kerusakan, dengan ubin terakota berlapis kaca hijau tampak pecah berserakan. Retakan bergerigi pun muncul di dinding bangunan berwarna merah jambu di jalan-jalan terdekat, dan beberapa rumah kini hanya berupa tumpukan puing.
Bagian lain dari pusat bersejarah Marrakesh yang terdaftar di UNESCO mengalami kerusakan serius, dengan batu-batu berjatuhan menimpa mobil-mobil yang diparkir dan beberapa gang rapat tertimbun puing bangunan. Pemandu Abderrazzaq Ouled meyakinkan kelompok kecilnya bahwa tur kota dengan catatan sejarah hampir 1.000 tahun lalu itu masih bisa dilanjutkan.
"Sebagian besar kunjungan masih layak," ujar dia.
Tidak jauh dari situ, tiga warga Italia bertanya pada petugas polisi apakah tempat wisata di kota itu masih dibuka untuk pengunjung. Mereka juga memutuskan tetap tinggal, begitu pula sepasang suami istri yang sedang minum teh di bawah naungan teras keramik.
Ada pula seorang wanita dengan sandal jepit dan topi jerami yang menawar tas kulit di salah satu dari sedikit toko yang masih buka. Di alun-alun Jemaa el-Fna di Marrakesh, penjual parfum dan jus buah menjajakan dagangan mereka di antara warga yang bermalam di ruang terbuka, terbungkus selimut, karena rumah mereka rusak atau hancur.
Advertisement
Bergantung pada Pariwisata
Observatorium Pariwisata di Maroko khawatir gempa bumi akan mengurangi peningkatan jumlah pengunjung yang tercatat pada tahun ini. Observatorium tersebut mencatat sekitar 6,5 juta wisatawan di Maroko pada paruh pertama pada 2023, terutama dari Eropa Barat dan Amerika Serikat, meningkat 92 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Marrakesh sendiri dikunjungi lebih dari 4,3 juta pelancong. Dampak ekonomi dari gempa tersebut sudah dirasakan beberapa pelaku pariwisata di kota tersebut. "Seluruh grup wisata telah dibatalkan karena khawatir akan terjadi gempa susulan," kata Daehmen Ziani (56) yang mengelola hammam (pemandian Turki).
Meski dampak jangka pendek tampaknya mungkin terjadi, ukuran negara dan keragaman daya tarik wisata dapat jadi penghambat keterpurukan itu. Pariwisata di Turki, yang sempat tiarap akibat gempa bumi di provinsi-provinsi timurnya pada Februari 2023, sebagian besar sudah kembali pulih.
Penerbangan dari maskapai besar Eropa masih mendarat di Marrakesh pada Minggu, 10 September 2023. Gempa tersebut mungkin tidak akan "berdampak pada perekonomian Maroko secara keseluruhan, namun akan merugikan perekonomian lokal, terutama banyak desa yang hidup dari pariwisata di pinggiran Marrakesh dan kota itu sendiri," kata Rachid Aourraz, kepala penelitian di Marrakesh. MIPA Institute, sebuah wadah pemikir di ibu kota, Rabat.
Bisakah Tetap Bepergian ke Maroko?
CNN menyarankan pelancong bertanya pada operator tur mereka, karena masing-masing mengambil keputusan berbeda. Ada yang segera membatalkan keberangkatan sambil mengamati perkembangan situasi.
Ada pula yang sempat membatalaskan dan kembali memberlakukan keberangkatan mulai 14 September 2023, namun menyesuaikan perjalanan, membatalkan aktivitas Madinah Marrakesh, dan mengubah rute kunjungan ke Pegunungan High Atlas.
World Expeditions, operator tur yang berfokus pada trekking, telah melanjutkan semua tur Maroko selain High Atlas Trek, yang dialihkan rutenya. Perusahaan tidak dapat menjawab apa yang terjadi jika wisatawan ingin membatalkan perjalanan mereka.
Pemandu Vanessa Branson, yang menyambut para pendatang baru akhir pekan kemarin mengatakan itu dilakukan "tanpa masalah." "Jika wisatawan berhenti bepergian ke Maroko, hal ini akan berdampak besar pada mata pencaharian masyarakat dan bisnis yang bergantung pada pengunjung," sebut dia.
"Saya mendorong para tamu untuk tidak hanya berpegang pada rencana mereka mengunjungi Maroko, namun juga membuat rencana berkunjung jika belum melakukannya. Saya hanya merekomendasikan menggunakan pemandu untuk berkeliling di sini," sebut dia, menambahkan pula memperhatikan peringatan perjalanan dari negara masing-masing.
Advertisement