Liputan6.com, Jakarta - "Tidak percaya rasanya bisa jadi orang pertama dalam keluarga yang menembus batasan-batasan," begitu Azida Azmi menulis keterangan dalam video TikTok-nya yang viral. Ungkapan ini merujuk pada impian si anak tukang burger untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi jadi kenyataan.
Pada mStar, dilansir Rabu, 13 September 2023, Ezzy, begitu sapaan akrabnya, bercerita bahwa awalnya ia kurang yakin lamarannya untuk melanjutkan studi di Columbia University, New York, Amerika Serikat akan diterima. Perempuan asal Malaysia ini kurang percaya diri karena banyak orang yang memandang rendah dirinya, menganggapnya sebagai "lulusan lokal bercita-cita tinggi."
Namun siapa sangka, lulusan Universiti Teknologi Mara (UiTM) di Selangor ini berhasil mendapat tempat untuk melanjutkan studi tingkat master di bidang Negosiasi dan Resolusi Konflik seperti yang dilamar. "Memang benar kata orang, rezeki tidak pernah salah alamat," katanya.
Advertisement
Ezzy menyambung, "Selama enam bulan saya mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyelesaikan aplikasi lamaran. Saya memberanikan diri melakukan video call dengan 58 alumni universitas dan mendapatkan tips dari mereka semua."
"Meski menghadapi berbagai kesulitan saat melamar, saya sangat terkejut ketika memeriksa hasilnya: saya berhasil dan diterima," ujar dia. Lebih lanjut, perempuan berusia 24 tahun ini bercerita sering membantu ibunya berjualan burger di pasar grosir sejak berusia 20 tahun.
Ia terbiasa menjalani kehidupan sulit sejak kecil. Si snak tunggal merasa nasibnya akan tentang meneruskan warisan orangtuanya berjualan burger.
Â
Pesan Orangtua
Ezzy berkata, "Keluarga saya bukanlah orang berada. Dari kecil hingga SMA, saya membantu ibu saya berbisnis burger. Jadi saya sudah terbiasa melihat dan tumbuh dalam lingkungan seperti itu. Tentu saja saya telah memupuk pola pikir bahwa berjualan burger akan jadi siklus bagi keluarga kami."
"Saya kira demikian, ketika saya tua, saya akan mengambil alih bisnis untuk mendukung mereka juga," tuturnya. "Jadi, saya belum pernah melihat diri saya sebagai individu yang bisa mengabdi pada masyarakat atau negara. Saya hanya berasumsi saya tidak bisa melangkah jauh jika dibandingkan dengan mahasiswa yang lebih potensial dan berkualitas."
Meski sempat mengikuti program pertukaran pelajar di AS sebelumnya, Ezzy begitu bersemangat untuk kembali menginjakkan kaki ke New York, kali ini sebagai pelajar yang tinggal di luar negeri sejak 25 Agustus 2023. Studinya akan berakhir pada Juli 2025.
"Sebelum berangkat sekolah ke luar negeri, ayah dan ibu berpesan agar saya tidak meninggalkan salat. Karena mereka tidak bisa menyekolahkan saya ke sana, mereka berulang kali mengatakan bahwa saya membuat mereka bangga," imbuhnya.
"Mengingat perkataan kedua orangtua saya, motivasi untuk terus berjuang membalas jasa dan pengorbanan mereka semakin membara dalam diri saya," ucapnya lagi.
Â
Advertisement
Generasi Pertama yang Bersekolah sampai Perguruan Tinggi
Ezzy menambahkan, ia berasal dari Selayang Baru, Selangor, dan merupakan generasi pertama dalam keluarga yang belajar di tingkat perguruan tinggi. "Saya bertekad untuk melanjutkan studi S2 di Columbia University agar dapat membanggakan orangtua saya," katanya.
"Saya juga ingin membuktikannya bahwa kesuksesan ini merupakan hasil kerja keras mereka dalam mendidik saya, walau mereka tidak menyelesaikan pendidikan formalnya," tutur dia. "Ibu berhenti belajar ketika berumur 12 tahun dan setahun kemudian bekerja sebagai pembantu rumah tangga."
"Ayah bersekolah hingga kelas 5 SD di mana ia kemudian harus mulai bekerja untuk menghidupi keluarganya. Semua itu membuat saya semakin bersemangat untuk membuktikan kesuksesan karena sayalah satu-satunya harapan keluarga agar generasi penerus bisa hidup lebih mudah," kata Ezzy lagi.
Ia berbagi bahwa sebelumnya, ia pernah jadi bahan lelucon di kalangan teman-teman sekelas yang meremehkannya sebagai "anak seorang penjual burger." "Saya dulu ingat ibu dan ayah saya berjualan burger dari pukul 11 malam sampai pukul 7 pagi," tuturnya.Â
Dirundung Teman Sekolah
Ezzy menyambung, "Setelah pulang bekerja, ibu menjemput saya di rumah dan mengantar saya ke sekolah dengan mobil Perodua Kancil kami. Setiap saya memeluk ibu saya untuk pergi ke sekolah, bau burger itu akan menempel di baju saya. Jadi kalau di sekolah, ada beberapa teman yang mengatakan saya membawa 'bau burger' ke sekolah."
"Ini adalah momen tersulit yang ingin saya lupakan hingga saat ini. Saya sangat sedih mengingat penderitaan ibu saya. (Ia) susah mencari nafkah, sementara orang lain tidur nyenyak di malam hari," ujarnya lagi.
Pada tahun pertama perkuliahan, ia mendapat Merit Fellowship Award karena lamarannya berhasil mendapat perhatian pihak kampus. Berbicara tentang rencana masa depannya setelah lulus, ia berniat mengejar gelar master kedua di bidang Antropologi Sosial sebelum belajar untuk gelar doktor. Namun, Ezzy berencana mencari pekerjaan, baik secara fisik maupun jarak jauh, sebagai peneliti pada bidang sesuai sektor studinya.
Advertisement