Sukses

6 Fakta Menarik Gunung Lawu, Gunung Api yang Terakhir Meletus pada 1885

Gunung Lawu merupakan sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Pulau Jawa, tepatnya berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Indonesia. Gunung Lawu berketinggian sekitar 3.265 mdpl.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Lawu merupakan sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Pulau Jawa, tepatnya berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Indonesia. Gunung Lawu berketinggian sekitar 3.265 mdpl.

Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten, yaitu Karanganyar di Jawa Tengah, Ngawi, dan Magetan di Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat", diperkirakan terakhir meletus pada 28 November 1885 dan sudah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. 

Studi mengenai geothermal heat flow pada menyebut bahwa Gunung Lawu masih aktif sampai sekarang. Pada 1978, serangkaian gempa bumi dilaporkan dirasakan diarea sekitar Gunung Lawu dan diikuti oleh suara mirip dentuman dari arah gunung.

Mengutip dari laman Gunung Bagging, Kamis (14/9/2023), wisatawan akan dapat mencium bau belerang jika mendaki dari selatan, karena terdapat aktivitas fumarol yang cukup besar di kawah yang dikenal sebagai Kawah Candradimuka. Letaknya di ketinggian sekitar 2.550 mdpl tetapi biasanya tidak dapat diakses.

Masih banyak hal mengenai Gunung Lawu selain letak dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Lawu yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber. 

1. Kota Terdekat Pendakian dari Tawangmangu

Kota yang paling dekat dengan titik awal adalah Tawangmangu, sekitar satu jam perjalanan dengan bus dari kota Solo. Tawangmangu memiliki banyak akomodasi yang mungkin layak untuk dimanfaatkan agar Anda dapat berangkat lebih awal keesokan paginya.

Banyak warung pinggir jalan di ujung jalan setapak juga memperbolehkan pendaki tidur di malam hari dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Sedikit lebih jauh ke timur terdapat kota kecil Sarangan yang memiliki danau dan telah menjadi tempat peristirahatan populer di akhir pekan sejak masa kolonial Belanda. Saat cuaca cerah, Gunung Lawu bisa terlihat dari danau tersebut. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Waktu Pendakian

Titik awal jalur utama adalah sekitar 10 kilometer sebelah timur Tawangmangu di Cemoro Sewu, tepat di seberang perbatasan Jawa Timur. Anda diminta untuk mendaftar di tempat ini.

Gunung Lawu adalah tempat pendakian yang sangat populer di kalangan pelajar Indonesia dan bahkan terdapat warung dan sumur untuk air bersih, Sendang Derajad/Drajat, di dekat puncaknya. Dimungkinkan untuk mendaki dan turun dalam satu hari atau mendaki sepanjang malam.

Pendaki bisa berangkat sekitar jam 11 malam untuk memastikan mencapai puncak saat matahari terbit dengan kondisi tubuh sangat bugar dan terburu-buru, tapi mungkin perlu untuk berkemah suatu malam di gunung.

3. Tempat Singgah Raja Majapahit Terakhir

Raja terakhir Kerajaan Majapahit pada abad ke-15, Raja Brawijaya V sempat ke Gunung Lawu, di mana terdapat sebuah gua dan Sumur Jolotundo dalam perjalanan dari Cemoro Sewu. Ini sebabnya gunung tersebut memiliki makna tradisional dan spiritual yang penting bagi masyarakat Jawa.

Banyak presiden Indonesia yang pernah mengunjungi puncak gunung ini dan akar mistik Hindu terlihat jelas. Para pendaki diperingatkan untuk menghindari pakaian berwarna hijau, sama seperti mereka yang mengunjungi pantai Parangtritis dekat Yogyakarta juga disarankan.

3 dari 4 halaman

4. Sejarah Gunung Lawu

Nama Gunung Lawu memiliki arti unggul, oleh masyarakat setempat disebut juga sebagai Wukir Mahendra Giri. Kata tersebut berasal dari bahasa Jawa, dan ketiganya memiliki arti yang sama yaitu gunung karena itu dapat diartikan sebagai tiga gunung.

Hal ini sejalan dengan fakta bahwa Gunung Lawu memang punya tiga puncak besar yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan Hargo Dumilah. Nama-nama puncak gunung kemungkinan besar bersumber dari Serat Centhini, yang menyebutkan bahwa Gunung Lawu memiliki lima belas puncak.

Di sebelah selatan, terdapat tujuh puncak yaitu Hargo Dalem, Dumilah, Pethapralaya, Mayang, Cakrakembang, Tenjomaya, dan Kepanasan. Sementara itu, di sebelah utara terdapat delapan puncak yaitu Hargo Tiling, Pekareman, Sadewa, Pamenang, Candhirenggo, Bayu, Rimbi, dan Kalithi.

Dalam Serat Centhini, hanya Hargo Dumiling yang tidak disebutkan. Kemungkinan nama tersebut merupakan modifikasi dari Hargo Tiling. Perkiraan ini didukung oleh puncaknya yang sama rata di bagian utara Gunung Lawu.

Poerbatjaraka, sastrawan Jawa Kuno, nama asli Gunung Lawu adalah Katong yang berarti dewa. Nama tersebut tertulis dalam Tantu Panggelaran. Gunung Katong adalah bagian dari reruntuhan Gunung Mahameru ketika dibawa oleh para dewa melalui langit Pulau Jawa. Reruntuhan lainnya menjadi Gunung Wilis, Kamput, Kawi, Arjuno, dan Kemukus.

Menurut Poerbatjaraka, Gunung Katong diidentikkan dengan Gunung Lawu. Bisa dikatakan Gunung Katong adalah nama kuno untuk Gunung Lawu

4 dari 4 halaman

5. Terdapat Candi dan Kompleks Makam

Gunung ini terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Timur dengan pemandangan matahari terbenam di atas Merapi dan Merbabu sungguh spektakuler. Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan.

Sedikit ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit, yaitu Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran yakni Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden ke-2 Indonesia, Soeharto. 

6. Gunung Lawu Disebutkan dalam Catatan Kuno

Selain dalam Serat Centhini, nama Lawu juga disebutkan dalam Serat Manikmaya. Serat tersebut ditulis pada 1794 Masehi, yang isinya memiliki kesamaan dengan Tantu Panggelaran.

Akan tetapi, hal yang membedakan adalah Serat Manikmaya ditulis dalam bahasa Jawa Baru. Konon, Gunung Lawu merupakan bagian dari delapan belas gunung keramat di Jawa Tengah. Sangat mungkin bahwa mandala-mandala terletak di pegunungan tempat karya sastra itu dibuat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.