Liputan6.com, Jakarta - Kondisi pariwisata Indonesia saat ini tengah menuju pemulihan pasca-pandemi yang diramalkan akan tercapai setelah 2024. Dalam Outlook Pariwisata 2023/2024 yang diterbitkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), disebutkan pasar Asia Tenggara merupakan prospek kunjungan wisatawan mancanegara yang dapat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia.
"Disusul setelahnya pasar AsiaTimur (66,67 persen), Timor Leste, dan negara-negara laut Pasifik (41,03 persen)," tulis laporan Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2023/2024, dikutip dari laman resmi Kemenparekraf, Jumat, 15 September 2023.
Baca Juga
Secara spesifik, para pakar menilai pasar Tiongkok, Malaysia, dan Australia merupakan negara yang paling potensial untuk mendorong pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia. Disebutkan pula beberapa negara potensial yang akan mempercepat pariwisata Indonesia tahun 2023-2024.
Advertisement
Secara spesifik antara lain wisatawan China sebesar 57,89 persen, Malaysia 47,37 persen, Australia 39,47 persen, India 31,58 persen, Singapura 31,58 persen, Korea Selatan 18,42 persen, Jepang 15,97 persen, Inggris Raya 15,79 persen, Amerika Serikat 13,16 persen, dan Thailand 13,16 persen. Sebelum momen pemulihan tersebut, jumlah kunjungan wisman pada 2023 hingga akhir tahun nanti diprediksi pakar akan berkisar antara 7--9 juta kunjungan.
Di sisi lain, pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia saat ini dinilai terhambat oleh sejumlah faktor. Sebagian besar pakar (79,49 persen) memandang kondisi ekonomi global yang tidak menentu masih menjadi faktor utama penghambat pertumbuhan sektor pariwisata.
Hal ini diikuti persoalan perubahan perilaku wisatawan (38,46 persen), ketidakstabilan geopolitik global (35,90 persen), hingga penurunan daya beli masyarakat (33,33 persen). Di tengah tantangan tersebut, terdapat faktor-faktor yang dianggap mampu mengakselerasi pertumbuhan sektor pariwisata.
Wisata Budaya dan Berkelanjutan Jadi Tren ke Depan
Mayoritas pakar (46,15 persen) percaya dengan pengembangan destinasi pariwisata yang berkualitas dan inovatif sebagai pendorong untuk pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia ke depan. Faktor lainnya yang diprediksi adalah peran teknologi yang mendukung kemudahan berwisata (43,59 persen), peningkatan pendapatan di antara wisatawan domestik (38,46 persen), dan perluasan infrastruktur dan rute penerbangan internasional (35,90 persen).
Kemunculan opsi perjalanan berkelanjutan yang telah banyak diterapkan di Indonesia, seperti green hotel dan transportasi ramah lingkungan. Itu menjadi pertanda bahwa pariwisata berkelanjutan akan menjadi tren ke depannya, seperti prediksi 56,76 persen pakar.
Cultural immersion juga dipercaya para pakar menjadi tren. Hal tersebut dapat menjadi peluang besar bagi pariwisata Indonesia jika melihat portofolio destinasi wisata Indonesia yang didominasi wisata budaya. Selain tren keberlanjutan dan budaya, ternyata kebutuhan akan kesehatan dan kebugaran secara holistik dipercaya semakin populer pasca-pandemi; sebanyak 37,84 persen pakar percaya wellness tourism akan tetap menjadi tren pariwisata pada 2023-2024.
Advertisement
Pengembangan Pariwisata Berkualitas
Mengenai pariwisata berkualitas, dalam Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, para pakar punya beragam opini. Pariwisata berkualitas dinilai sebagai hasil dari perubahan tren pariwisata akibat pandemi Covid-19, melibatkan peningkatan preferensi sustainability tourism, menghindari keramaian, dan penekanan pada interaksi budayadan komunitas lokal.
Pariwisata berkualitas juga dinilai sebagai pariwisata yang mencakup aspek peningkatan nilai tambah pariwisata, pengalaman wisatawan yang paripurna, serta perbaikan daya dukung lingkungan. Untuk mencapai pariwisata berkualitas, para pakar berpendapat bahwa pemerintah perlu mengambil lima langkah prioritas, yakni:
1. Fokus pada pengembangan infrastruktur dan fasilitas pendukung destinasi wisata untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan keamanan bagi wisatawan.
2. Melakukan pelestarian dan pengembangan budaya lokal agar pengalaman wisatawan menjadi lebih autentik dan berarti.
3. Mendorong keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan dalam setiapaspek pembangunan dan aktivitas pariwisata.
4. Meningkatkan aksesibilitas darat, laut, dan udara menuju destinasi wisatayang memiliki potensi unggulan.
5. Memperkuat pendidikan dan pemahaman masyarakat tentang sustainable tourism, quality tourism, dan regenerative tourism agar mereka dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian dan kualitas pariwisata.
Titik Balik Pariwisata Sebelum Pandemi
Industri pariwisata pada 2023 diprediksi terus akan menuju ke pencapaian sebelum pandemi Covid-19 pada 2019. Sebagai tanda, UNWTO mencatat bahwa wisatawan internasional tumbuh hingga 86 persen atau mencapai 235 juta perjalanan internasional pada triwulan I 2023.
Pemulihan secara global yang akan berangsur sepanjang 2023 ini didukung pemulihan konektivitas udara yang bertahap, dan pembukaan kembali sejumlah negara seperti Tiongkok dan destinasi utama lainnya di Asia. Temuan Expedia menunjukkan tren peningkatan kuantitas pencarian di situs mereka mencapai 25 persen pada triwulan I 2023, naik 10 persen dibanding 2022 pada periode yang sama.
Menurut data tersebut, destinasi dengan cuaca hangat menjadi destinasi favorit wisatawan pada pertengahan 2023, seperti Cancun, Palma de Mallorca, hingga Denpasar. Minat tinggi wisatawan juga ditunjukkan hasil survei Wakefield Research pada Maret 2023, di mana 72 persen wisatawan berencana untuk liburan lebih banyak tahun 2023.
Lebih dari 83 persen wisatawan berencana untuk bepergian dengan frekuensi yang lebih banyak atau sama dibanding tahun lalu. Sebanyak 81 persen berencana untuk membelanjakan lebih banyak anggaran mereka atau menjaganya tetap sama untuk satu perjalanan dibanding tahun lalu.
Advertisement