Liputan6.com, Jakarta - Sebuah festival bertema lingkungan dan iklim akan digelar di akhir pekan ini. Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan, dan Energi Baru Terbarukan (LIKE) diselenggarakan di Indonesia Arena, kawasan GBK, Jakarta, pada 16--18 September 2023 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerja sama dengan sejumlah mitra kerja.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa, 12 September 2023, Festival LIKE adalah ajang untuk mengenalkan aktualisasi kerja dan langkah-langkah korektif kebijakan, serta implementasinya di sektor kehutanan dan lingkungan hidup. Festival tersebut merupakan rangkaian Road to COP 28 UNFCCC, yang akan dilangsungkan di Dubai, Uni Emirat Arab, akhir November 2023.
Baca Juga
Festival tersebut mengusung lima prinsip. Pertama, keberpihakan kepada masyarakat, mendorong masyarakat untuk produktif melalui akses kelola hutan sosial. Kedua, meningkatkan upaya pemulihan lingkungan dengan indikator pengendalian deforestasi, kerja penanaman pohon dan penanganan ekoriparian, replikasi ekosistem, menjaga kawasan konservasi dan satwa liar (wild life) serta ekosistemnya.
Advertisement
Prinsip ketiga adalah meningkatkan produktivitas dunia usaha untuk pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, mengembangkan desa-desa pusat pertumbuhan dengan kemitraan dunia usaha dan masyarakat keseimbangan produktivitas. Keempat, eksplorasi sumber daya untuk pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT); dan kelima, pemanfaatan teknologi untuk usaha-usaha produktivitas, ekonomi dan menjaga kelestarian lingkungan melalui perencanaan, implementasi dan monitoring dengan sistem yang dapat diandalkan.
"Kita ingin menunjukkan kinerja dari KLHK kepada masyarat," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) KLHK, Agus Justianto, yang juga bertugas sebagai Ketua Festival Like, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat, 15 September 2023.
Â
Bakal Dihadiri Presiden Jokowi
Dalam Festival LIKE yang digelar selama tiga hari, panitia akan menghadirkan empat zona sesuai tema, yaitu Komitmen Energi Baru Terbarukan, pada Zona Biru; Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 pada Zona Hijau; Inovasi Pemulihan Lingkungan, pada Zona Kuning; dan Masyarakat Sejahtera Alam Lestari, pada Zona Ungu.
Pada masing-masing zona berisi berbagai kegiatan, seperti: Talkshow, Coaching Clinic, Seller Meet Buyers, demo inovasi, Pertunjukan Seni Budaya dan Musik, serta perlombaan, yang bisa diikuti gratis oleh masyarakat umum. Festival LIKE rencananya akan dihadiri oleh ribuan petani Perhutanan Sosial dari seluruh Indonesia yang telah mendapatkan izin alokasi lahan perhutanan sosial dari Presiden Joko Widodo, sebagai wujud pemerataan ekonomi.
Agus menambahkan bahwa tema yang diangkat dalam festival ini terkait pelindungan lingkungan hidup, pemulihan lingkungan, energi baru terbarukan, hingga komitmen pemerintah terhadap lingkungan. Agus juga menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo direncanakan menghadiri acara puncak pada Senin, 18 September 2023.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro pada kesempatan yang sama juga menyampaikan bahwa Festival ini juga merupakan pameran pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menurutnya, pameran ini mencerminkan potret-potret mulai dari membuat langkah korektif kebijakan, membuat base line, hingga mengeksekusi kebijakan.
Advertisement
Dampak Perubahan Iklim
Bumi sedang tidak baik-baik saja. Hal ini sudah sangat terasa dengan berlangsungnya perubahan iklim. Bukan hanya memengaruhi kehidupan masyarakat terkait perubahan cuaca ekstrem, risiko bencana alam juga disebut akan meningkat di Indonesia dalam waktu dekat.
"Perubahan iklim berpengaruh pada bencana, menambah bentuk dari bencana dari siklon tropis yang beberapa tahun ini mendekat ke khatulistiwa, kedua bentuk baru banjir rob menenggelamkan selatan Jawa dan pantai barat Sumatera," papar Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Zenzi Suhadi, dalam Liputan6 Climate Talk bertajuk "Perubahan Iklim Perparah Bencana Alam, Apa Solusinya?" yang ditayangkan di berbagai platform pada Jumat, 8 September 2023.
Lebih jauh Zenzi mengatakan, perubahan iklim juga memengaruhi siklus tahunan, masa panas lebih panjang, dan musim hujan tidak terprediksi ini mengakibatkan multiefek bencana. Dengan itu pula, dampaknya juga ke bencana pangan karena kegagalan sektor lain.
Sejak beberapa tahun, suhu rata-rata harian meningkat di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini menuntut manusia beradaptasi dari sisi sosial, terutama di desa.
Ancam Ketahanan Pangan
Perubahan iklim berdampak penurunan drastis angka nelayan, karena mereka berpindah jadi petani. Begitu juga generasi baru petani pindah ke kota dan beradaptasi.
"Bencana alam jika tidak ada interupsi, akan meluas dan meningkat banjir karena curah hujan di Indonesia sebenarnya tidak berubah tapi periode dan durasi. Kalau daya tampung ekosistem di Indonesia tetap, tapi (nyatanya) menyusutnya lanskap hutan ini ikut memengaruhi risiko banjir," tambahnya.
Ia menyambung, "Kekeringan, kemarau, menimbulkan rentetan bencana lain, berdampak pada gagal panen, asap, berujungnya menghambat pergerakan ekonomi di Indonesia."
Tentu manusia tidak bisa diam saja melihat bencana dan perubahan besar yang akan terjadi jika perubahan iklim tak diatasi. Environment Officer USAID, Ryan Weddle menyebut bahwa manusia bisa memperlambat dampak perubahan iklim, mulai dari penanganan polusi, sektor energi, mengurangi penggunaan transportasi, hingga mencegah deforestasi.
"Kita bisa mencegah pembabatan hutan seperti yang ada di Kalimantan dan Sumatera untuk memperlambat perubahan iklim di seluruh dunia," katanya. USAID menawarkan solusi kepada petani tentang pertanian berbasis natural dalam program Smart Agriculture. Selain itu, ada upaya untuk membuat ruang terbuka hijau makin banyak tersedia di kota-kota besar.Â
"Tapi bukan hanya infrastruktur saja, juga sistem informasi terhadap perubahan iklim agar masyarakat mengetahui ini (mencegah dampak perubahan iklim)," katanya lagi.
Â
Advertisement