Liputan6.com, Jakarta - McDonald’s Indonesia berkolaborasi dengan Inspiration Factory Foundation (IFF) memberdayakan masyarakat. Mereka menginisiasi program pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan literasi anak-anak yang berasal dari kelompok marginal di bawah Jembatan III, Pluit, Jakarta Utara.
Tidak hanya bekerja sama pada level korporasi, sejumlah karyawan McDonald’s Indonesia, yang biasa disebut sebagai McFamily turut serta dalam program ini. Mereka secara sukarela turun langsung ke lapangan untuk berinteraksi dengan anak-anak tersebut. Sejauh ini, 110 anak telah mendaftar untuk mengikuti program pembelajaran tersebut.
Menurut HR & GS Director McDonald's Indonesia, Yulianti Hadena, para karyawan fokus memberikan pendidikan nonformal dengan mengajarkan berbagai soft skill menyampaikan pendapat. Tujuannya adalah melatih anak-anak tersebut untuk berpikir kritis dan menyampaikan ide dengan jelas.
Advertisement
"Jadi mereka bisa melihat bagaimana segala sesuatu harus dikemukakan, bagaimana setelah menangkap ide-ide dari yang lain," kata Yulianti saat ditemui di Jakarta Utara pada Sabtu, 16 September 2023.
Dia menjelaskan bahwa McDonald's tidak hanya fokus pada bisnis FnB. Mereka juga berkomitmen memberikan dampak positif pada komunitas lokal. Sebagai bentuk realisasi komitmen tersebut, McDonald's menekankan lima nilai utama, yaitu integritas, inklusi, pelayanan, komunitas, dan keluarga.
"Kita ada satu nilai yang disebut dengan family. Ini sebenernya bagian dari kami agar McFamily itu menjadi menumbuhkan rasa care, empati. Saat kita kembali ke pekerjaan (restoran), itu kita juga sudah bisa empati juga," ungkapnya.
Menumbuhkan Rasa Empati
Dengan spirit dari kampanye #McDBerbagi, kegiatan ini merupakan bagian dari program “Community Month” McDonald's Indonesia. Selama periode program, para karyawan McDonald’s Indonesia yang menjadi relawan bertugas sebagai pendamping, membimbing anak-anak untuk berpikir out of the box, menyatakan ide-ide mereka dengan penuh kepercayaan diri, serta membuat mereka merasa bahwa pendapat mereka berharga.
Dalam situasi anak-anak yang kurang mampu, keterampilan semacam ini sangat berharga sebagai dasar menciptakan masa depan yang lebih baik. Program ini juga memiliki potensi untuk memotivasi anak-anak tersebut untuk melanjutkan studi, mengeksplorasi potensi diri, dan berkontribusi secara positif bagi komunitasnya.
Sementara itu, co-founder IFF Jenny Tjoa menambahkan bahwa kegiatan kali ini mengusung tema Me & My Voice (Aku dan Suaraku). "Kita mengajarkan anak-anak bagaimana menyuarakan pendapat dan menggambarkan pendapat yang lain," ujarnya.
Dia menuturkan bahwa ada 19 relawan yang berpartisipasi pada kegiatan tersebut. Setiap relawan mendampingi satu kelompok yang terdiri dari 3 hingga 4 orang.
Advertisement
Relawan Dilatih Sebelum Terjun
Sebelum berpartisipasi, setiap relawan diberi pelatihan, termasuk pembelajaran untuk mengenali emosi. Dengan begitu, mereka dapat mengidentifikasi emosi masing-masing saat terlibat langsung.
"Selain soft skill itu, kita juga gandeng yang namanya social emotional. Jadi, perasaan itu juga kita bahas di setiap kegiatan. Tadi ada mood meter, jadi. kita menyambut baik emosi positif dan negatifnya. Baru kita masuk ke pelajaran," ucapnya.
Selama sepuluh tahun berdiri, IFF telah melatih sekitar 2 ribu hingga 3 ribu anak di Jakarta. Dengan semangat mencerdaskan generasi muda, khususnya dari kelompok marginal, IFF telah melebarkan sayapnya dan kini beroperasi di lima lokasi strategis. Salah satunya berada di Pluit, Jakarta Utara, sementara empat lokasi lainnya berada di kawasan rumah susun yang tersebar di Jakarta Timur.
Program pendidikan yang ditawarkan oleh IFF dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak-anak di berbagai jenjang pendidikan. Baik siswa yang sedang menjalani pendidikan di SD, SMP, maupun SMA bisa mengambil bagian dalam program ini.
"Untuk kegiatan ini, kita sebutnya ini dream program, khusus untuk anak usia 6 sampai 12 tahun. Tapi kita juga ada program lainnya, yang dari usia 13 sampai 19 (tahun). Jadi, kayak sekolah gitu, SD, SMP, SMA," katanya.
Setiap Anak Punya Potensi Masing-Masing
Selain mengedukasi anak-anak marginal, McDonald's Indonesia juga mendonasikan buku, menyelenggarakan program edukasi untuk anak-anak panti asuhan di 53 outlet McDonald’s Indonesia, mengadakan kegiatan di McD Library untuk meningkatkan keterampilan anak-anak, serta memberi peluang kepada karyawan untuk berpartisipasi sebagai relawan di Ronald McDonald Care Mobile dan Ronald McDonald House yang terletak di Lebak Bulus.
Hendry Afrimansyah, sebagai salah satu relawan yang terjun ke lapangan turut membagikan ceritanya. Ia menjabat sebagai Health & Safety Manager di McDonald's RSC Graha Rekso Lt. 8.
Hendry menyadari bahwa anak-anak yang mereka didik dan beri bantuan saat ini adalah konsumen masa depan McDonald's. Karena itu, ia bertekad untuk memberikan pelayanan terbaik. Bagi Hendry, salah satu rintangan terbesar adalah bagaimana cara memahami karakteristik dan perasaan anak.
"Saya selalu memulai sesi dengan menanyakan apa yang telah mereka pelajari minggu sebelumnya, apa yang mereka dapatkan pada hari itu, dan apa ide mereka untuk program edukasi anak-anak marginal di masa mendatang," kata Hendry.
Menurutnya, hal ini penting untuk mengenal potensi masing-masing anak, sebab setiap anak memiliki kelebihan dan cara berpartisipasi yang berbeda. Katanya, beberapa anak ada yang aktif berpartisipasi karena tertarik, ada yang lebih memilih mendengarkan, sementara ada juga yang memerlukan dukungan ekstra untuk berinteraksi.
Advertisement