Liputan6.com, Jakarta - Ibu Negara Iriana Jokowi mengajak masyarakat, termasuk ibu-ibu, untuk membuat pupuk kompos dari sampah organik yang ada di rumah tangga. Ajakan ini diungkapkan Iriana Jokowi dalam agenda lingkungan bersama sejumlah anggota Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM).
"Mari kita mulai mengompos sampah di rumah masing-masing, siap Ibu?" kata Iriana sebelum memulai mengompos bersama di halaman Gedung Seni Sono, Kawasan Gedung Agung Istana Kepresidenan Yogyakarta, Kota Yogyakarta, Selasa, 19 September 2023, dikutip dari laman setkab.go.id.
Baca Juga
Ibu tiga anak ini menyampaikan bahwa pembuatan pupuk kompos adalah kegiatan yang penting dilakukan. Terlebih, sampah organik merupakan salah satu jenis sampah terbanyak yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). "Sebagai bagian dari membangun gaya hidup minim sampah dan supaya Indonesia tetap bersih dan cantik-cantik seperti ibu-ibu semuanya," tambahnya.
Advertisement
Ia juga sempat melontarkan sejumlah pertanyaan kepada ibu-ibu yang ikut dalam pembuatan kompos. "Sebutkan macam-macam sampah yang ada di rumah yang dapat dikomposkan!" tanya Iriana.
Pertanyaannya tersebut disambut antusias oleh ibu-ibu yang ingin menjawab pertanyaan itu. "Ya, sayuran, buah-buahan, sisa makanan yang sudah dicuci," ucap Iriana menyebut kembali jawaban dari ibu-ibu.
Sebelumnya, Iriana beserta para anggota OASE KIM turut menanam pohon kepel atau Stelechocarpus burahol di Taman Gedung Seni Sono. Selain itu, Iriana dan OASE KIM juga menyerahkan 1.000 bibit pohon mangga untuk ditanam di wilayah DIY.
Ayo Mengompos Sampah di Rumah
Ketika memimpin kegiatan Oase Kabinet Indonesia Maju yang didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyelenggarakan "Kompos Satu Negeri", Iriana juga menggaungkan pesan untuk mengompos. Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, kegiatan "Kompos Satu Negeri" yang digelar serentak di 38 provinsi secara hybrid itu dilaksanakan di Istana Tampak Siring, Ubud, Bali pada Sabtu, 10 Juni 2023.
Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian Peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) 2023. "Ibu-ibu yang saya sayangi di seluruh Indonesia, dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Tahun 2023, saya mengajak ibu-ibu di 38 Provinsi di seluruh Indonesia untuk mengompos bersama," kata Iriana saat memulai kegiatan.
Kegiatan Kompos Satu Negeri bertujuan mengubah pola pikir masyarakat dalam mengelola sampah, khususnya sampah organik yang berasal dari sisa makanan. Acara tersebut juga sebagai tindak lanjut compost day pada 26 Februari 2023 lalu.
Agenda ini diinisiasi oleh KLHK secara serentak di 38 provinsi, bersama Menteri LHK, Siti Nurbaya. Kala itu, Oase Kabinet Indonesia Maju juga berpartisipasi aktif pada kegiatan compost day tersebut.
Advertisement
Tekan Timbulan Sampah
Iriana menyampaikan bahwa kegiatan mengompos penting dalam upaya menyelesaikan masalah sampah organik atau sisa makanan. Penuntasan masalah sampah bukan hal yang mudah, maka composting atau membuat kompos merupakan pendekatan penanganan sampah organik yang tidak mahal, namun banyak manfaatnya.
"Metode kompos itu mudah dan tidaklah mahal, namun hasilnya sangat bermanfaat sekali bagi lingkungan. Hanya perlu mencoba dan kemauan saja untuk memulainya. Semoga membuat kompos ini dapat terus berkelanjutan dan secara mandiri," lanjut Iriana.
Membuat kompos sangat penting karena kompos dapat menyuburkan tanah hingga menambah kandungan organik pada tanah. Mengompos juga akan meningkatkan water holding capacity butir-butir tanah yang berguna bagi kesuburan tanah melalui perbaikan tekstur dan struktur tanah.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh KLHK pada 2022, jumlah timbulan sampah di Indonesia sebesar 68,7 juta ton per tahun dengan komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, khususnya sampah sisa makanan yang mencapai 41,27 persen. Kurang lebih 38,28 persen dari sampah tersebut bersumber dari rumah tangga.
Sampah Organik
Selain itu, sampah organik adalah kontributor emisi gas rumah kaca terbesar jika tidak terkelola dengan baik. Berdasarkan data KLHK pada 2022, disebutkan bahwa sebanyak 65,83 persen sampah di Indonesia masih diangkut dan dibuang ke landfill.
Sampah organik sisa makanan yang ditimbun di landfill tersebut akan menghasilkan emisi gas metana (CH4) yang memiliki kekuatan lebih besar dalam memerangkap panas di atmosfer dibandingkan karbon dioksida (CO2). Kondisi ini mempertegas bahwa pengelolaan sampah organik, khususnya sampah sisa makanan adalah penting dan perlu menjadi perhatian utama.
Dalam upaya mencapai target Zero Waste sudah saatnya sekarang kita meninggalkan pendekatan atau cara kerja lama kumpul-angkut-buang yang menitikberatkan pengelolaan sampah di TPA. Dengan prinsip kerja Zero Waste, Zero Emission, pengelolaan sampah di Indonesia telah bergeser ke hulu dengan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat.
KLHKÂ menggelar "Gerakan Nasional Compost Day, Kompos Satu Negeri" pada Minggu, 26 Februari 2023, di Lapangan Banteng, Jakarta. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2023 yang mengambil tema "Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat".
Advertisement
KLHK Targetkan 10 Juta Ton Sampah Organik Tidak Dibuang ke TPA
Melalui gerakan tersebut, KLHK mengajak masyarakat membuat pupuk kompos secara mandiri demi mengurangi timbulan sampah organik yang menumpuk di tempat pembuangan akhir atau TPA. "Kegiatan ini bertujuan untuk mengubah mindset kita dalam mengelola sampah khususnya sampah organik yang berasal dari sisa makanan," ucap Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar.
Menurut Menteri Siti, jika seluruh masyarakat Indonesia mampu mengompos sampah organik sisa makanan setiap tahun secara mandiri di rumah, kira-kira ada 10,92 juta ton sampah organik tidak dibawa ke TPA. Hal itu juga bisa menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 6,8 juta ton setara karbon dioksida.
Kurang lebih 38,28 persen dari sampah tersebut bersumber dari rumah tangga. Selain itu, sampah organik merupakan kontributor terbesar dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca jika tidak terkelola dengan baik.Â
"Saya berharap momentum ini dapat menjadi koridor bagi kita semua untuk membangun gerakan kerja bersama dan kolaborasi dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah yang lebih baik," jelas Siti Nurbaya.