Liputan6.com, Jakarta - Skena tarian di Indonesia, terutama di Jakarta, kini sedang berada pada puncak keemasannya. Kehadiran pandemi Covid-19 memberikan dampak yang tak terduga terhadap dunia dance. Salah satu platform media sosial yang meledak selama masa karantina, TikTok menjadi ajang utama bagi banyak orang untuk mengekspresikan diri melalui tarian.
Musik-musik yang populer di TikTok telah mendorong lahirnya genre dance baru, yaitu dance'fro (gabungan dari dancehall dan dance afro) mengingat tarian dan musik selalu berkaitan erat.
Baca Juga
Salah satu orang yang menyadari ini, yaitu Mikael Rendy Halim, seorang mentor dari Tim Street Dancer "Double Shots" yang berbasis di Forever Dance Center Indonesia Ballet Hip Hop Kpop Modern Dance School Jakarta Timur, menggambarkan bagaimana pandemi secara paradoks telah memperkaya dunia dance di Indonesia.
Advertisement
"Untuk 2023 setelah pandemi ini justru makin berkembang karena selama pandemi kan banyak kegiatan di rumah dan aplikasi TikTok atau Instagram itu membuka peluang lebih kepada kami para penari untuk berkarya. Justru sebenarnya semakin kesini semakin berkembang," ungkap orang yang akrab disapa Rendy ini kepada Liputan6.com pada Sabtu, 23 September 2023.
Dia menambahkan bahwa platform media sosial tersebut membantu mereka yang baru memulai di dunia dance. Beberapa dari mereka mungkin merasa canggung atau malu untuk mengikuti kelas tari di studio. Namun, dengan adanya platform ini, mereka dapat belajar dan mengasah kemampuan mereka sendiri di rumah.
Dia pun menyoroti, meskipun hiphop masih menjadi salah satu genre yang dominan, pada setiap kompetisi tari, selalu ada unsur-unsur dari dancehall dan dance afro yang menambahkan keragaman dan keunikan pada pertunjukan.
Â
Tarian Para Budak Afrika
Rendy memberikan sedikit gambaran tentang asal-usul dan perkembangan Genre dance'fro. Menurutnya, akar dari tarian ini dapat dilacak kembali ke benua Afrika. "Dance'fro berawal dari para budak di zaman lampau di Afrika. Untuk menghibur diri di tengah kesulitan hidup, mereka menari," ujarnya.
Seiring waktu, generasi baru muncul dan dance'fro semakin mendapatkan pengakuan dan popularitas. Faktor penting yang mempercepat popularitas genre ini adalah karena Royal Family, sebuah crew dance yang terkenal. "Crew ini punya koreografer yang bekerja dengan artis-artis besar seperti Siara, Rihanna, A24, dan J-Lo," kata Rendy. Royal Family berhasil memperkenalkan dan mempopulerkan dance'fro dalam dunia industri tari, terutama saat mereka tampil dalam kompetisi hiphop internasional.
Indonesia pun tak luput dari pengaruh besar ini. "Dance'fro mulai masuk ke Indonesia, dengan banyak penari di sini yang mulai menggabungkan unsur dancehall dan dance afro dalam koreografinya," jelas Rendy.
Salah satu faktor yang mempercepat adopsi tarian ini di Indonesia adalah platform TikTok. "Banyak lagu Afro yang bertebaran di TikTok dengan karakteristik yang cenderung party-like. Gerakannya terlihat mudah dipelajari, namun untuk benar-benar menguasainya, teknik khusus tetap harus diterapkan," tambahnya. Karena kombinasi tersebut, dance'fro menjadi sesuatu yang "match" dan mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.
Advertisement
Show Off Bisa Jadi Bumerang
Rendy lalu mengatakan bahwa perubahan dalam dunia tarian dan tantangan yang dihadapi para penari saat ini. Ia merasa bahwa di era digital ini, banyak penari muda terjebak dalam pamer atau show off melalui media sosial seperti TikTok. "Terkadang mereka lupa untuk terus mempelajari dan mengasah teknik mereka. Hal ini bisa menjadi bumerang bagi perkembangan mereka sebagai penari," ucap Rendy.
Menurut Rendy, tantangan utama bagi penari saat ini adalah bagaimana mereka bisa beradaptasi dengan perubahan musik yang cepat. "Dance selalu berjalan seiring dengan musik. Setiap lima tahun, ada evolusi dalam musik, dan kita sebagai penari harus selalu siap mengikuti perkembangan tersebut," jelasnya.
Selain itu, memahami genre musik juga sangat penting. "Dengan mengenal musik, kita bisa tahu genre apa yang sedang tren dan apa yang harus kita pelajari untuk terus beradaptasi dengan industri," tambahnya.
Mengenai timnya, Double Shots, Rendy memiliki pandangan sendiri perihal bagaimana membuat mereka nyaman dan mau beradaptasi dengan industri. "Untuk mereka, aku lebih menekankan pada disiplin. Jika disiplin sudah terbentuk, kenyamanan dalam menari akan mengikuti. Meskipun teknik dan detailnya mungkin sama, setiap penari harus memasukkan 'flavor' mereka sendiri saat menari. Karena setiap individu memiliki interpretasi musik yang berbeda," ujarnya.
Menurut Rendy, tubuhnya berbeda dengan tubuh timnya, sehingga cara mereka mengekspresikan musik pun akan berbeda. "Itulah yang membuat setiap penari unik," pungkas Rendy.
Genre Dance Tersulit
Rendy kemudian menekankan pentingnya wadah kompetisi selain edukasi formal dan workshop dalam dunia tarian. Menurutnya, meskipun workshop dapat mengasah kemampuan seorang penari, namun tanpa wadah kompetisi, pendidikan tersebut akan terasa kurang lengkap. "Workshop tidak hanya tentang belajar teknik, tetapi juga tentang membangun relasi dengan koreografer dan sesama penari. Saat kita berkumpul dan belajar bersama, kita juga membina jaringan yang kuat," jelasnya.
Rendy lalu memiliki pendapat pribadi tentang genre dance yang menurutnya paling menantang. "Dance house sangat sulit. Banyak footwork yang terlibat dan vibe-nya tampak mudah, meskipun sebenarnya sangat kompleks. Teknik-teknik yang terlihat sederhana sebenarnya sangat sulit untuk dikuasai," ungkapnya.
Rendy juga menambahkan bahwa dalam kompetisi, banyak crew dance yang memasukkan beberapa genre sekaligus dalam satu set tarian. "Menambahkan variasi dalam set dapat meningkatkan nilai keseluruhan penampilan."
Mengenai inspirasinya, Rendy mengungkapkan bahwa dulu, Janet Jackson adalah sosok yang menginspirasinya untuk menjadi seorang penari profesional. "Sekarang ini yang aku lihat, ada satu choreographer dari Jepang namanya Riehata."
Rendy berharap dunia dance akan mendapatkan pengakuan yang lebih besar. "Dance seringkali hanya dilihat sebagai pelengkap saja, saya berharap masyarakat akan mulai melihat bahwa tarian bisa menjadi profesi yang layak," harap Rendy.
Â
Advertisement