Sukses

Kabar dari Rumah-Rumah Batik di Indonesia, Lestarikan Warisan Budaya Sambil Ciptakan Bisnis Berkelanjutan

Apa saja inovasi yang disiapkan rumah-rumah batik di Indonesia untuk tetap relevan dengan pasar, sehingga bisnisnya bisa berkelanjutan?

Liputan6.com, Jakarta - Melampaui semata potongan mode, kain batik adalah saksi bisu lingkaran kehidupan orang Indonesia, sejak lahir sampai nantinya kembali pada Sang Pencipta. Perpanjangan usia wastra sarat makna ini salah satunya diemban rumah-rumah batik di Indonesia.

Di antaranya, ada Sentra Batik Blimbing di Kota Malang, Jawa Timur. Berawal dari inisiasi gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), mereka memutuskan jadi usaha mandiri pada 2011 dengan produk batik tulis dan batik cap.

"Perkembangannya kemudian dibantu banyak pihak, termasuk warga sekitar," kata pengelolanya Aulya Rishmawati melalui sambungan telepon, Kamis, 28 September 2023. "Perajin Batik Blimbing benar-benar diajari dari nol. Kami mulai dikenal dinas, diajak studi banding, semua prosesnya itu tidak berjalan dengan cepat."

Di Kota Malang, Ima, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa nama sentra batik umumnya diambil dari nama kecamatan tempat mereka beroperasi. "Biar mudah diingat, karena sesama pembatik Kota Malang, kami sering sharing, terutama untuk meningkatkan kualitas produk," ia menambahkan.

Sementara di pesisir utara Jawa Tengah, Yayasan Lasem Heritage memulai upaya pelestarian batik Lasem melalui gerakan komunitas "Kesengsem Lasem" pada 2015. Dalam praktiknya, mereka tidak hanya membantu menaikkan kualitas produk maupun memasarkannya, tapi juga merumuskan ide supaya langkah-langkah yang diambil tidak jauh berlari dari pakem budaya lokal.

Saat ini, menurut Wakil Ketua Yayasan Lasem Heritage, Yullia Ayu, salah satunya mereka tengah menggarap program "Kartini Bangun Negeri" alias "Kabari" bersama Bank Indonesia. Kegiatan yang masih akan berjalan sampai tahun 2025 ini melibatkan 14 partisipan yang terdiri dari enam rumah batik, dua desainer Indonesia, dan enam penjahit.

2 dari 4 halaman

Tidak Hanya Kain

Yullia berkata melalui sambungan telepon, Sabtu, 30 September 2023, "Kami melibatkan rumah batik se-Kecamatan Lasem. Kami kategorisasi mulai dari rumah batik rintisan, menengah, sampai berkembang, dan kami ambil perwakilan dari masing-masing kategori itu."

Merujuk riset internal mereka, disebutkan bahwa konsumen "bosan dengan batik lasem yang hanya kain." "Makanya kami akan bikin produk ready-to-wear dalam desain street wear dengan berbagai macam kain, mulai dari linen, kapas tenun gedog, sampai bemberg," ia menyambung.

Pihaknya juga berencana mengembangkan motif pakem lama yang dinilai lebih sederhana dari motif batik yang sekarang ada di Lasem. "Kalau motif sekarang itu satu kain penuh banget," sebutnya. "Kami juga akan mencoba menghidupkan kembali batik cap."

Tahun ini, katanya, mereka fokus pada kain batik warna indigo yang lebih simpel; lebih sedikit motif, tapi tetap khas Lasem; dan memakai bahan ramah lingkungan karena menarget beberapa pangsa pasar, baik dalam maupun luar negeri. "Kami akan lakukan pemasaran ke negara tetangga dan Eropa. Kami sudah berjejaring untuk itu," ucapnya.

Perubahan ini dinilai kian penting karena sejak tahun lalu, mereka mendapati tidak sedikit rumah batik di Lasem, terutama yang kecil, tutup. Regenerasi pembatik jadi biang keroknya, karena anak muda di sana lebih memilih bekerja sebagai buruh pabrik. "Rumah batik besar masih berjalan (bisnisnya), karena mereka buat pesanan dari luar kota," sebut Yullia.

3 dari 4 halaman

Mulai Bangkit Setelah Pandemi

Selepas pandemi, menurut Ima, ragam kegiatan sudah mulai terselenggara kembali. "Banyak event yang bisa kami ikuti, banyak program juga. Itu semua mulai berkembang (lagi)," ia bercerita. Di sisi lain, produksi dan workshop kunjungan di Sentra Batik Blimbing pun masih terus berjalan.

"Kami tidak mengangkat motif (batik) klasik. Warnanya (kain batik) juga modern," katanya. "Batik itu bukan hanya motif, tapi proses pembuatan kain dengan malam panas dan canting. Makanya kami mau menyuguhkan motif lebih modern, supaya pangsa pasar jadi lebih luas."

Desain motif batiknya mengangkat ikon dan budaya Kota Malang, dari tugu, penari topeng malang, sampai kampung warna-warni. "Selain kain, kami juga ada produk ready-to-wear, serta satu set mukena dan sajadah," ia menyebut, seraya menambahkan bahwa produk batik itu dijual mulai dari Rp100 ribu sampai Rp1,8 juta.

Citra Kota Malang sebagai destinasi kuliner, alih-alih sentra batik, telah menciptakan tantangan tersendiri bagi mereka. "Butuh effort lebih banyak (untuk mengenalkan produk kain batik Kota Malang). Kami juga harus open minded dengan perkembangan media sosial," katanya.

4 dari 4 halaman

Perayaan Hari Batik Nasional

Memperingati Hari Batik Nasional yang akan jatuh besok, Senin, 2 Oktober 2023, Sentra Batik Blimbing ikut serta dalam kegiatan Gelar Karya Batik Malang yang berlangsung hari ini, Minggu (1/10/2023). "Ada beberapa event untuk mengenalkan produk perajin batik malang," ujar dia.

Di sisi lain, Yayasan Lasem Heritage akan menandai perayaan Hari Batik Nasional dengan mengikuti sejumlah acara sepanjang Oktober 2023. Ini termasuk mendukung trunk show desainer Sumbadra di Pekan Kebudayaan Nasional di M Bloc Jakarta pada 18 Oktober 2023.

"Setelah itu lanjut Pasar Batik di Erasmus pada 22 Oktober 2023," sebutnya.

Di momen ini, Yullia berpesan untuk tetap melihat batik secara keseluruhan, tidak hanya tampilan luar. "Mendengar cerita, motif, dan prosesnya itu akan sangat memengaruhi daya tangkap dan beli seseorang akan batik," ucapnya.

"Perajin batik dan komunitas pembatik juga jangan ragu membuat perubahan. Revitalisasi motif atau produk yang tidak hanya kain. Lalu, anak-anak muda, kita bisa kok pakai batik dengan keren," tandasnya.

Ima menyambung, "Sebagai perajin batik lokal, saya berharap produk kami bisa mendunia. Publik juga bisa lebih mengetahui peran batik dan paham bahwa batik adalah proses. Sejak awal sampai akhir, batik adalah produk buatan tangan."