Liputan6.com, Jakarta - Situasi langsung kacau saat suara tembakan terdengar di dekat area ritel kelas atas di Siam Paragon Mall, Bangkok, Thailand pada Selasa, 3 September 2023 pukul 16.20, waktu setempat. Kejadian ini menyebabkan dua orang meninggal dunia menurut media lokal Thailand, dikutip dari Global Times, Rabu (4/10/2023).
Polisi setempat melaporkan seorang tersangka laki-laki berusia 14 tahun diamankan karena peristiwa tersebut, yang ditangkap di lantai tiga Hotel Siam Kempinski di dekat lokasi penembakan massal. Di rekaman kamera keamanan, tersangka terlihat berlutut dengan tangan di atas kepala ketika tiga petugas polisi mendekatinya.
Dengan tindakan sigap, salah seorang petugas berhasil menjatuhkan tersangka ke tanah. Beberapa turis China yang berada di dekat lokasi kejadian pun membeberkan detik-detik peristiwa horor tersebut. Pada outlet berita China Southern Metropolis Daily, mereka mengaku mendengar beberapa kali suara tembakan.
Advertisement
Juga, ratusan orang diperkirakan melarikan diri ketika kekacauan melanda pusat perbelanjaan tersebut. Insiden itu terjadi di dekat toko tas tangan kelas atas di lantai "M" di dalam gedung. Seorang turis China menyebut bahwa mereka awalnya terjebak di dalam Siam Center, namun akhirnya diizinkan mengungsi sebelum mal ditutup sementara.
Turis China lain mengatakan pada wartawan bahwa mereka sedang berbelanja di dalam Siam Paragon ketika menyaksikan banyak orang melarikan diri. Selanjutnya, saat melarikan diri, mereka mendengar beberapa kali suara tembakan.
"Jika saya tidak salah ingat, saya mendengar tiga suara tembakan saat berlari. Saya sekarang sudah keluar dan tidak sepenuhnya yakin dengan situasi di dalam," kata turis itu.
Sudah Buka Kembali
Seorang warga negara China dan Myanmar tewas, sementara seorang lainnya terluka dalam insiden penembakan di Siam Paragon Mall Bangkok, lapor China Central Television, mengutip informasi dari Kedutaan Besar China di Thailand. Kementerian Luar Negeri Tiongkok belum mengonfirmasi rincian apa pun hingga Selasa malam.
Sejumlah warganet China mengungkap kekhawatiran mereka mengenai apakah masih aman untuk melakukan perjalanan ke Thailand usai mereka dibebaskan dari persyaratan visa. Tidak sedikit yang menyampaikan kegelisahan di platform Weibo, dan berita tentang insiden penembakan tersebut menarik lebih dari 32 juta penayangan di platform tersebut.
Para pembeli kembali berbelanja ketika Siam Paragon Mall dibuka kembali kurang dari 24 jam setelah insiden penembakan. Itu merupakan kejadian serangan bersenjata mematikan ketiga yang terjadi di Thailand dalam empat tahun terakhir, lapor AFP, dikutip dari France24.
Penembakan di salah satu mal terbesar dan paling kelas atas di Bangkok dinilai akan jadi pukulan baru bagi upaya negara tersebut membangun kembali industri pariwisata setelah pandemi.
Advertisement
Prioritasnya Tindakan Pencegahan
Perdana Menteri (PM) Thailand Srettha Thavisin melakukan mengheningkan cipta selama satu menit di mal sebelum menyampaikan belasungkawa pada keluarga dua perempuan korban. "Saya yakin Siam Paragon dan pejabat pemerintah melakukan yang terbaik untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan," katanya.
Ia menyambung, "Biarlah ini jadi satu-satunya waktu hal ini terjadi. Pemerintah (Thailand) menegaskan bahwa kami akan memprioritaskan tindakan pencegahan," kendati tidak merinci lebih lanjut langkah yang dimaksud.
Sementara tersangka penempakan, menurut penyelidik, merupakan remaja laki-laki yang dirawat karena penyakit mental. Ia tidak meminum obatnya dan melaporkan mendengar suara-suara yang menyuruhnya menembak orang.
Samran Nuanma, Asisten Kapolri setempat, mengatakan bahwa senjata yang digunakan dalam serangan itu adalah pistol kosong. "Tapi larasnya telah dimodifikasi untuk penembakan langsung," kata Samran. "Kami akan meningkatkan peraturan dan undang-undang untuk mengendalikan penggunaan senjata api."
Pejabat Otoritas Pariwisata Thailand, Thapanee , mengatakan bahwa lembaga pemerintah akan berbuat lebih banyak untuk memulihkan kepercayaan turis setelah insiden penembakan.
Janji Berulang Kali
Kiatphaibool menyebut, "Kami perlu meningkatkan keamanan di semua bidang bagi wisatawan Thailand dan asing," tanpa menjelaskan langkah spesifik apapun. Nyatanya, janji berulang kali untuk memperketat undang-undang senjata di masa lalu tidak mencegah terjadinya tragedi.
Penembakan di Siam Paragon tercatat hanya beberapa hari sebelum peringatan pembantaian di sebuah taman kanak-kanak di Thailand utara yang menewaskan 36 orang. Pada 2020, seorang mantan perwira militer menembak mati 29 orang dalam sebuah aksi mengamuk di sebuah mal di kota timur laut Nakhon Ratchasima.
Berdasarkan perkiraan, Thailand memiliki 10 juta senjata apu yang beredar, satu untuk setiap tujuh warga negara, dan merupakan salah satu tingkat kepemilikan tertinggi di wilayah tersebut.
Banyak senjata api yang diselundupkan ke negara itu, namun Kritsanapong Phutrakul, mantan petugas polisi dan kini akademisi, mengatakan penjualan melalui internet adalah masalah. "Hanya sejumlah kecil petugas polisi yang memiliki pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman untuk melacak pasar senjata secara online," katanya pada AFP.
Advertisement