Sukses

6 Fakta Menarik Gunung Burangrang, Sisa Hasil Letusan Gunung Sunda di Zaman Prasejarah

Gunung Burangrang merupakan salah-satu sisa dari hasil letusan besar Gunung Sunda di zaman Prasejarah.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Burangrang adalah sebuah gunung api mati yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung Burangrang memiliki ketinggian setinggi 2.050 mdpl.

Gunung ini merupakan salah satu sisa dari hasil letusan besar Gunung Sunda di Zaman Prasejarah dan bersebelahan dengan Gunung Sunda. Gunung tersebut juga memiliki kawasan hutan Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung. Gunung Burangrang sering dijadikan ajang tempat para pecinta alam untuk melaksanakan pendidikan dan latihan dasar pecinta alam.

Selain di Gunung Burangrang adapula tempat lain yang merupakan bagian dari Gunung Burangrang, yaitu Situ Lembang. Daerah ini termasuk wilayah militer di bawah Komando Pusdikpassus dan masih kerap dipergunakan untuk latihan.

Masih banyak hal mengenai Gunung Burangrang selain lokasi dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Burangrang yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Jumat, 6 Oktober 2023. 

1. Sisa Gunung Sunda Purba

Burangrang adalah puncak paling barat dari puncak setinggi 2.000 meter di utara Bandung, bersama Tangkuban Parahu dan Bukittunggul merupakan sisa-sisa Gunung Sunda Purba. Burangrang merupakan jalur punggung bukit yang sangat bagus dan merupakan gunung yang sangat populer mengingat kedekatannya dengan kota Bandung.

Namun Gunung Burangrang memang tidak seterkenal Gunung Tangkuban Parahu. Padahal, lokasinya cukup mudah dijangkau dan konon Gunung Burangrang ini erat kaitannya dengan legenda Tangkuban Perahu dan Sangkuriang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Rute Pendakian Cukup Menantang

Terlepas dari asal-usulnya, gunung yang satu ini memiliki panorama alam yang tak kalah memukau. Di sisi lain, rute pendakian di Gunung Burangrang termasuk juga menantang di beberapa tempat karena kemiringannya yang terbilang curam.

Terdapat dua rute utama menuju punggung bukit dari timur di kol yang disebut Pintu Angin dan dari selatan di desa kecil Legok Haji. Pada ketinggian lebih dari 1.500 mdpl, Pintu Angin memisahkan Burangrang dari tetangganya Tangkuban Parahu. Ada jalan berbatu yang mengarah dari Parompong sampai ke kol dan selanjutnya ke danau indah Situ Lembang.

3. Dijadikan Tempat Latihan Militer

Mengutip dari laman Gunung Bagging, Jumat 6 Oktober 2023, sayangnya kawasan Gunung Burangrang digunakan untuk latihan militer dan sering ditutup. Bahkan para pendaki yang ingin mendaki Burangrang sekarang diminta untuk meminta izin terlebih dahulu kepada Kopassus sebelum pendakian. Oleh karena itu, disarankan lebih baik mendaki dari jalur selatan di Legok Haji dan turun dengan cara yang sama atau pilihannya memang melalui Pintu Angin, namun meminta izin.

3 dari 4 halaman

4. Memiliki 3 Jalur Pendakian

Mengutup dari laman EIGER, terdapat tiga jalur pendakian Gunung Burangrang yang bisa dicoba, yaitu jalur pendakian via Legok Haji, via Kopassus, dan via Pangheotan. Pertama Jalur Pendakian via Legok Haji. Rute paling favorit sekaligus menantang adalah jalur Legok Haji. Jalur pendakian ini berada di Desa Nyalindung, Kecamatan Cisarua, Bandung. Jalur pendakian ini memiliki fasilitas yang lebih tertata, termasuk area parkir, warung, dan toilet.

Pendakian via Legok Haji akan melalui vegetasi hutan pinus yang landai hingga pos 1. Kemudian tantangan dimulai saat menuju pos 2, karena pendaki akan mulai memasuki kawasan hutan. Kemiringan jalurnya juga akan semakin curam mendekati puncak. Meski begitu, jalur pendakian ini adalah yang tercepat.

Kedua Jalur Pendakian via Kopassus yang menjadi rute latihan prajurit Kopassus. Pembukaan jalur ini pun tak tentu, tergantung pada jadwal latihan Kopassus.

Para pendaki juga wajib mendapatkan izin untuk melalui jalur ini. Jalur Kopassus memiliki vegetasi hutan teduh tanpa akar pada awal pendakian. Semakin mendekati puncak, vegetasi pepohonan akan semakin padat dan curam.

Jalur pendakian Gunung Burangrang yang ketiga adalah via Pangheotan. Jalur pendakian ini berada di Cikalong Wetan, Kabupaten Purwakarta. Jalur ini kurang populer karena memakan waktu tempuh paling lama. Waktu pendakian dari jalur ini bisa memakan waktu hingga lima jam, berbeda dengan jalur pendakian lain yang rata-rata hanya selama tiga jam.

4 dari 4 halaman

5. Cara ke Gunung Burangrang

Mengutip dari laman Gunung Bagging, cara mencapai Gunung Burangrang, pertama-tama harus mencapai Legok Haji. Anda bisa berangkat dari Bandung ke Cimahi dan naiki lereng bukit menuju Cisarua.

Dari Cisarua naik ojek atau berkendara sepanjang 4 km terakhir jalan desa menuju Legok Haji yang menurut informasi cukup sulit menemukan tempat parkir di sini. Untuk Pintu Angin, berkendara dari Bandung ke Parompong dan terus menyusuri jalan berbatu yang mengarah ke danau Situ Lembang.

Angkot juga tersedia untuk tujuan Cisarua dan Parompong. Sementara untuk izin pendakian bisa didapat terlebih dahulu jika mendaki dari Pintu Angin. Tidak diperlukan izin atau izin resmi jika Anda mendaki dari Legok Haji, sehingga ini merupakan titik awal yang jauh lebih baik. Pendaki yang hendak berkemah dan melakukan pendakian ke Gunung Burangang sangat disarankan untuk membawa perbekalan yang cukup, terutama air, karena di sini tidak ada sumber air yang ditemukan.

6. Biaya Tiket Masuk dan Fasilitas

Hampir setiap gunung yang sudah memiliki pengelolaan mematok tarif masuk yang merupakan biaya Simaksi. Tiket masuk Gunung Burangrang sebesar Rp15.000 per orang, dengan tambahan biaya parkir sebesar Rp2.000 untuk motor, dan Rp5.000 untuk mobil.

Layaknya wisata gunung pada umumnya, Gunung Burangrang dibuka untuk kegiatan pendakian dan wisata selama 24 jam. Tapi, kebijakan pengelola bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung pada kondisi di lapangan.

Kalau cuaca atau jalur pendakian sedang tidak mendukung, bisa saja pengelola menutup sementara jalur pendakian. Untuk diketahui Gunung Burangrang memiliki beberapa pos pendakian atau basecamp yang dilengkapi dengan beberapa fasilitas, misalnya, terdapat area parkir, toilet, musala, warung, dan camp area.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.