Sukses

Sandy Salihin Kembaran Mirna Bela Ayahnya, Minta Tidak Hanya Fokus pada Dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso

Di dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso, Sandy Salihin menarasikan kerinduan pada mendiang kembarannya, Mirna.

Liputan6.com, Jakarta - Sandy Salihin, kembaran korban "kasus kopi sianida" Mirna Salihin, ikut angkat bicara terkait tuduhan baru yang menyeruak seputar ayahnya, Edi Darmawan Salihin, setelah dokumenter Netflix Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso rilis.

Setelah menonton ulang tayangan berdurasi satu jam dan 26 menit itu, tidak sedikit orang yang percaya Jessica Wongso, terdakwa yang tengah menjalani hukuman pidana penjara 20 tahun karena dinyatakan bersalah membunuh sahabatnya, justru tidak bersalah. Kecurigaan publik bergeser pada Edi, dan mengulik bagian mana saja yang dianggap "janggal."

Melihat ini, Sandy, yang juga muncul di film dokumenter Netflix, turun ke media sosial untuk membela ayahnya. Melalui unggahan Instagram Story, Kamis, 5 Oktober 2023, ia menulis dalam bahasa Inggris yang artinya, "Tolong tonton persidangan sesungguhnya. Jangan karena hanya menonton film dokumenter berdurasi satu jam, Anda bisa menyimpulkan semua hal."

Di dokumenter, perempuan yang kini tinggal di pedesaan Jerman ini sempat menarasikan kerinduannya pada Mirna. Ia juga menyingung impian-impian keduanya yang terpaksa tidak bisa diwujudkan, termasuk membuka kafe bersama.

Di sisi lain, Edi kini dilaporkan "menaruh dendam kesumat" pada platform streaming yang menayangkan film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso. Ia merasa ditipu.

"Kalau Om mah cuma istilahnya begini lah ngomong, 'Sialan, gue ketipu nih, gitu. Ya sudah, kayak kalah judi. Ya sudah, mau diapain? Mau ribut sama orang kayak begitu? Bule, enggak tahu dari antah berantah begitu?" kata Edi Darmawan merespons film dokumenter yang tayang tanpa sesi wawancara dengan Jessica Wongso itu.

2 dari 4 halaman

Kesal pada Streaming Platform

Melansir video wawancara di kanal YouTube Intens Investigasi, Sabtu, ayah Mirna Salihin itu menyebut pihak yang menayangkan film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso "kurang ajar."

"Kameranya saja kalian punya sendiri, kali nih. Kalau dia mah, sewa, kelar dia pulangin. Dapat duit banyak tuh, royalti dari si Net****. Kurang ajar tuh! Om dendam tuh, benar!" ujar dia seraya menuding film dokumenter ini memantik kekacauan.

"Soalnya jadi kacau, nih. Ngomong apa pertama, jadinya tuh film tidak sesuai dengan omongan dia, jadi begini. Ngomong sih manis-manis di awalnya, tapi ternyata sampai netizen dibohongi juga ikut-ikut kena, tuh!” Edi mengoceh.

Berkali ia mengaku merasa ditipu. Edi sadar kini warganet terpecah jadi dua kubu. Yang pertama masih yakin Jessica adalah pembunuh Mirna. Sementara ada juga yang mulai ragu dan menyebut Jessica hanyalah "kambing hitam." Beberapa juga menyoroti Jessica dijatuhkan hukuman tanpa bukti langsung.

3 dari 4 halaman

Sebut Jessica Pengecut

Edi Darmawan juga mengaku tidak kaget mengetahui Jessica Wongso ngotot tidak bersalah atas tewasnya Wayan Mirna Salihin. Ia lantas menguliti rekam jejak sang napi yang konon beberapa kali "mencoba bunuh diri." 

"Bunuh diri nih, kata Sandy lima kali, kalau saya tahunya dua sampai tiga kali. Kalau orang berani bunuh diri, apa dia enggak berani nyemplungin cuma sianida begitu? Enggak kelihatan lagi. Enggak ngaku lagi," sebutnya.

Edi menuding Jessica yang kini mendekam di rutan Pondok Bambu Jakarta tidak ubahnya seorang pengecut. "Ya memang pasti enggak ngaku. Jadi di dunia ini, taruhlah, ada 10 kejadian kayak begini, diracun pakai sianida di coffee shop atau di apa, enggak bakal mengaku. Orang dia (Jessica Wongso) pengecut. Pengecut!" cetusnya.

Ia kemudian mengenang percakapan dengan Irjen Krishna Murti yang menangani kasus kopi sianida. Kala itu, Krishna mendatanginya seraya mempertanyakan bagaimana bisa orang meninggal "hanya" gara-gara ngopi cantik di mal.

"(Dia bilang) minum kopi mati? Ah yang enggak-enggak saja. Teman yang mana tuh? Tuh orangnya tuh. Cuma ada satu nih, Jessica enggak ada. Sudah begini saja, lo mau kubur kan besok, kita autopsi dulu. Diautopsilah sampai jam 3 pagi," bebernya.

4 dari 4 halaman

Berani Bertaruh Nyawa

Merujuk pengakuan Edi, proses autopsi digelar hingga pukul tiga pagi. Ia tidak bisa tidur, dan akhirnya memutuskan begadang di rumah duka. Jenazah Mirna kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga, dan saat itulah berita mengejutkan datang.

"Jam enam om enggak tidur, begadang di rumah duka. Akhirnya kita kuburkan pagi-pagi karena sudah disiapin semua di kuburan keluarga. Itu yang terjadi," urainya. "Dalam perjalanan ke kuburan, Om ke makam, Om dapat berita, 'Anak lo dibunuh, diracun sama sianida.' Itulah."

Edi berani bertaruh nyawa bahwa Jessica adalah dalang di balik pembunuhan putrinya. "Om bilang nih, sudahilah persoalan ini. Kita ribut-ribut enggak ada gunanya. Om yakinkan dengan nyawa om bahwa yang membunuh Jessica, pakai racun. Om sudah jelaskan semua," ujar dia.

Ia balik mempertanyakan motif pengacara Jessica, Otto Hasibuan, yang disebut "memeriahkan" kembali kasus kopi sianida. Ia memperingatkan karma itu nyata dan akan datang di waktu tidak terduga.

Video Terkini