Liputan6.com, Jakarta - Fenomena turismofobia alias fobia turis mulai menjangkiti warga Spanyol. Dari Barcelona hingga Mallorca yang menjadi destinasi wisata favorit wisatawan Eropa mengalami fenomena yang diekspresikan warga lewat kemarahan.
"Mereka semestinya dikirim pulang dan yang terbaik adalah menutup perbatasan!" keluh seorang perempuan berusia 80-an dengan wajah penuh amarah, sesaat dia pulang membawa tas belanjaannya melewati Park Guell yang terkenal di Barcelona, Spanyol.Â
Baca Juga
Pensiunan itu menyebut turis Inggris dan Jerman sebagai yang terburuk. "Mereka membuat hidup kami seperti neraka di sini," ucapnya, setelah sekelompok turis muda tak mau menyingkir di trotoar sempit.
Advertisement
Teriakan nenek itu disambut dengan sorak-sorai dari sekelompok pria tua yang duduk di kafe sekitarnya. "Aku meludahi mereka dari balkonku," kata salah satu dari mereka kepada teman-temannya.
Tidak semua orang menunjukkan kemarahan mereka secara agresif, tetapi hal itu menjadi bukti bahwa warga lokal di Barcelona mulai muak dengan jumlah kunjungan turis yang terus meningkat setiap tahun, terutama di musim panas. Mereka marah dengan pariwisata massal, dengan sebagian menunjukkan kemarahan secara terbuka, bahkan dengan melakukan kekerasan.
Mengutip dpa, Senin (9/10/2023), warga lokal telah mengorganisir protes di banyak tempat dengan yang lain bahkan bertindak lebih jauh. Sekelompok aktivis yang dinamakan Caterva di Pulau Mallorca mencoba menakut-nakuti turis asing dari pantai di timur pulau pada Agustus 2022 dengan memasang papan pengumuman palsu dalam bahasa Inggris.
Ragam Aksi Warga Lokal Usir Wisatawan
Papan itu dituliskan bahwa pengunjung dilarang berenang atau peringatan tentang ubur-ubur berbahaya atau bahaya batu berjatuhan. Kelompok itu menjustifikasi tindakan mereka dengan dalih bahwa mereka ingin memerangi 'pengambilalihan' pantai oleh para wisatawan.
Sementara di Barcelona, penduduk Distrik El Carmel yang berlokasi dekat Park Guell baru-baru ini mengacaukan tanda penunjuk jalan menuju bunker tua di Bukit Turo de la Rovira untuk menyesatkan turis. Bunker tersebut menawarkan salah satu pemandangan terbaik kota itu.
Objek wisata itu telah berubah menjadi tempat favorit bagi penggemar matahari terbenam dan piknik dalam beberapa tahun terakhir, termasuk bagi para pengguna TikTok dan Instagrammer. Namun, ribuan orang berkumpul di bukit pada malam hari untuk menikmati musik dari DJ yang beraksi.
Tak pelak, kebisingan yang tercipta membuat warga kota jengah. Akibat konfrontasi antara penduduk dan wisatawan, pemerintah kota memutuskan menutup kawasan tersebut dari pukul 19.30 hingga 09.00 pagi sejak Mei 2023. Meski begitu, menurut penduduk sekitar, masih banyak yang mendatangi puncak bukit di malam hari walau sudah ada peraturan baru.
Advertisement
Warga Lokal Menderita Akibat Pariwisata Massal
Penduduk di dekat Park Güell, yang dirancang oleh arsitek Catalan terkenal Antonio GaudÃ, juga menderita akibat arus pengunjung yang tiada henti membanjiri lingkungan mereka. Carina, yang tinggal beberapa blok jauhnya bersama putranya, mengatakan 'kekacauan semakin memburuk'.
"Itu karena kebisingannya, sampahnya. Tapi tidak hanya di sini. Saya belum pernah melihat seluruh kota sekotor ini," katanya.
Masalah lainnya, menurut petugas kesehatan itu, adalah perilaku wisatawan. "Selalu ada orang yang duduk di depan pintu depan kami, menghalangi jalan," kata Carina yang mengenakan helm dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Saat Carina masih berharap masalah turis bisa diselesaikan, tak demikian dengan Sandra. Desainer perhiasan muda itu tak tahan lagi. Ia menjual rumahnya dan pindah bersama partnernya ke 'mungkin pantai yang sepi'. "Seluruh kota menderita (karena pariwisata massal)," ujar perempuan itu.
Yang paling terlihat jelas di gang-gang sempit di kawasan artistik Vila de Grà cia. Dinding, pintu garasi, baliho, dan monumen dipenuhi grafiti yang menuntut "WISATAWAN PULANG", dengan slogan anti-pariwisata lebih lanjut dipajang pada stiker kuning dan spanduk besar.
Namun bukan kelompok minoritas radikal yang berada di balik hal ini, kata Ester dari asosiasi lingkungan Verdi del Mig. "Kami semua berpikiran sama."
Pemerintah Akui Wisatawan Asing Mulai Meresahkan
Menurut perkiraan otoritas setempat, Spanyol menghadapi rekor terbaru dengan jumlah kunjungan wisatawan diperkirakan mencapai 85 juta orang pada 2023. Angka itu 1,3 juta lebih banyak dibandingkan rekor jumlah kunjungan sebelum pandemi pada 2019.
Sektor pariwisata menyumbang 12 persen dari produk domestik bruto negara tersebut, dan sekitar sepertiganya berada di Kepulauan Canary dan Kepulauan Balearic. Namun dari Barcelona hingga Santiago de Compostela, tujuan Jalan St James di barat laut Spanyol, keluhan semakin meningkat mengenai pengunjung yang tidak hanya berkeliaran dalam keadaan mabuk dan menangis hingga dini hari, tetapi juga tidur dan buang air besar di tempat terbuka.
Pemerintah dan industri pariwisata telah lama menyadari bahwa masyarakat sudah merasa muak, namun sering kali mereka tidak berkomitmen dalam menyelesaikan masalah ini. "Fobia pariwisata di Kepulauan Canary semakin mengkhawatirkan," kata Menteri Pariwisata Regional yang baru, Jessica de León baru-baru ini.
Jordi Valls, anggota dewan kota yang bertanggung jawab atas pembangunan ekonomi di Barcelona, ​​mengakui dengan jujur ​​dalam sebuah wawancara dengan surat kabar La Vanguardia. "Apakah ada batasan untuk pariwisata di Barcelona? Ya ada. Sudahkah kita mencapai batas itu? Mungkin."
Presiden asosiasi pelaku bisnis perhotelan Playa de Palma di Mallorca, sebuah pantai yang memiliki jalur pesta yang sangat terkenal, memiliki pernyataan yang lebih jelas. "Tidak dapat diterima jika warga takut berjalan-jalan di sini," kata Pedro MarÃn kepada surat kabar Última Hora.
"Musim panas ini terjadi pemerkosaan, penikaman, pencurian, narkoba… sebuah bencana."
Advertisement