Sukses

10 Ribu Turis Israel Terjebak di Thailand, Dampak Konflik di Jalur Gaza dengan Palestina

Thailand saat ini menampung sekitar 10 ribu wisatawan Israel, sebuah situasi yang muncul akibat konflik Israel-Palestina di Jalur Gaza baru-baru ini. Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand pun sedang memantau dampak situasi ini terhadap sektor pariwisata.

Liputan6.com, Jakarta - Thailand saat ini menampung sekitar 10 ribu wisatawan Israel menyusul konflik bersenjata yang terjadi antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza, baru-baru ini. Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand terus memantau dampak situasi ini terhadap sektor pariwisata.

Mengutip dari laman The Thaiger, Rabu (11/10/2023), Menteri Pariwisata dan Olahraga, Sudawan Wangsuphakijkosol, menyatakan bahwa banyak maskapai penerbangan telah menangguhkan penerbangan antara Thailand dan Israel. Namun, El Al Airlines, maskapai penerbangan nasional Israel, tetap mempertahankan jadwal penerbangan regulernya.

Selain itu, semua maskapai penerbangan telah menyediakan opsi pembatalan dan penundaan penerbangan untuk mendukung wisatawan terdampak konflik yang sedang berlangsung. Otoritas Pariwisata Thailand (TAT) dan Departemen Pariwisata telah diarahkan untuk memantau situasi dengan cermat dan memastikan kondisi setiap wisatawan yang terdampar di negara tersebut tetap aman.

Siripakorn Cheawsamoot, Wakil Gubernur TAT untuk Eropa, Afrika, Timur Tengah dan Amerika, mencatat bahwa penerbangan keluar ke Israel hampir seluruhnya penuh dipesan. Hal itu bahkan menunjukkan potensi kekurangan karena kekhawatiran warga Israel terhadap keselamatan keluarga mereka.

El Al Airlines disebutkan akan terus mengoperasikan 11 penerbangan per minggu antara Israel dan Thailand, termasuk 8-9 kali penerbangan ke Bangkok dan 2-3 kali penerbangan ke Phuket. Dalam kasus wisatawan Israel yang "terjebak" di Thailand, badan tersebut berencana bekerja sama dengan operator swasta untuk bisa menawarkan bantuan, seperti akomodasi sementara dan penyediaan makanan. 

2 dari 4 halaman

Dampak Terhadap Pariwisata Thailand

Cheawsamoot mengakui bahwa konflik tersebut kemungkinan akan berdampak pada pariwisata inbound dari Israel, yang telah menerima sekitar 190 ribu pengunjung dalam sembilan bulan pertama. Jumlah ini mendekati total tahunan sebesar 194.081 wisatawan pada 2019.

Dia mencatat bahwa pasar ini biasanya bertahan rata-rata selama 18 hari, seringkali bepergian sebagai keluarga atau sebagai pekerja jarak jauh. Cheawsamoot memproyeksikan dampaknya terhadap pasar terdekat masih terlalu dini.

Ia yakin konflik geopolitik di Timur Tengah akan berdampak lebih kecil terhadap pasar Eropa dibandingkan perang Ukraina, yang telah membebani perekonomian Eropa karena sanksi. Dalam sembilan bulan pertama, Thailand menerima 4,1 juta wisatawan Eropa, dan jumlah tersebut diperkirakan akan mencapai enam juta pada tahun ini.

TAT memperkirakan setidaknya 800 ribu pengunjung dari Timur Tengah tahun ini, termasuk pasar Israel. Suksit Suvunditkul, Presiden Asosiasi Hotel Thailand cabang selatan, menyatakan bahwa pasar Israel di Phuket telah tumbuh sebesar 623 persen dalam sembilan bulan pertama tahun ini, menarik 51.651 pengunjung.

Jumlah ini meningkat signifikan dibandingkan 2019, yang mencatat 12.746 pengunjung pada periode yang sama, lapor Bangkok Post. Meskipun beberapa tamu Israel telah membatalkan perjalanan pulang mereka karena serangan tersebut, dampaknya terhadap hotel-hotel di Phuket tidak terlalu parah. Meski Israel diakui sebagai pasar berkembang tahun ini, jumlah pengunjungnya relatif kecil dibandingkan pasar utama lainnya, seperti Rusia.

3 dari 4 halaman

Australia Beri Peringatan Warganya untuk Berpergian

Sebelumnya diberitakan, Australia tetap teguh pada komitmennya mendukung Israel terkait konflik dengan Hamas. Di tengah kondisi itu, pihaknya juga merilis peringatan perjalanan, mengimbau turis dari negaranya "mempertimbangkan kembali kebutuhan untuk melakukan perjalanan" ke Israel dan Wilayah Pendudukan Palestina.

Melansir laman news.com.au, Selasa, 10 Oktober 2023, warga Australia juga diminta menghindari semua perjalanan tidak penting ke negara tersebut karena situasi keamanan yang tidak stabil. "Roket sudah ditembakkan ke Israel dari Gaza. Ada serangan teror terpisah terhadap warga sipil," kata Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) dalam peringatannya.

Pihaknya menyambung, "Pemerintah Israel telah mengumumkan keadaan darurat di seluruh negeri." Ada juga peringatan "jangan bepergian" untuk Gaza, dan daerah dekat perbatasan Palestina-Israel. Para pejabat Australia masih berusaha menghubungi wisatawan asal negara mereka yang terjebak dalam konflik tersebut. 

Peringatan perjalanan bagi warga Australia ini muncul di tengah bentrokan antara pendukung Israel dan Palestina di Sydney pada Senin malam, 9 Oktober 2023, ketika bendera Israel dibakar di luar Gedung Opera Sydney. Unjuk rasa pro-Palestina dihadiri ribuan demonstran dan dijaga ratusan polisi.

 

4 dari 4 halaman

Australia Ngotot Dukung Israel

Sydney Opera House, bersama landmark utama Australia lain, termasuk Gedung Parlemen, telah diterangi bendera Israel pada Senin malam sebagai bentuk dukungan pada negara itu. Australia kemungkinan besar tidak akan diminta Israel untuk mengirimkan bala bantuan militer, kata Richard Marles, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Australia.

"Saya bakal sangat terkejut jika itu terjadi," sebutnya. "Kami mendukung Israel. Saya telah melakukan kontak dengan duta besar Israel. Menteri Luar Negeri serta Perdana Menteri (Australia) pun telah melakukan kontak, tapi tidak ada pembicaraan tentang dukungan apapun."   

Adapun seorang petugas polisi Mesir dilaporkan menembak mati dua turis Israel dan pemandu mereka yang berasal dari Mesir pada Minggu, 8 Oktober 2023. Karena kejadian ini, melansir Guardian, 9 Oktober 2023, Dewan Keamanan Nasional Israel mengimbau warganya untuk tidak bepergian ke luar negeri, khususnya di negara Timur Tengah.

Pihaknya mengatakan turis yang sudah berada di Mesir harus meninggalkan negara tersebut secepat mungkin. Petugas polisi itu menembak secara acak ke arah rombongan tur Israel yang mengunjungi Alexandria memakai senjata pribadinya, lapor Extra News, mengutip sumber keamanan.