Liputan6.com, Jakarta - Wanita Israel bernama Rotem baru-baru ini menjadi sorotan media setelah menceritakan pengalaman mengejutkan yang dialaminya. Rotem yang tinggal di daerah Kfar Aza yang berbatasan dengan Gaza, menghadapi momen menegangkan saat kelompok militan Palestina, Hamas, tiba-tiba memasuki rumahnya.
Kekhawatiran mendalam menyelimuti hatinya, mengingat konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Dalam wawancaranya yang disiarkan di media Israel, Channel 12, dan kemudian diunggah kembali oleh kanal Youtube Middle East Eye pada Selasa, 10 Oktober 2023, Rotem mengungkapkan rasa takutnya, berpikir bahwa kehadiran pasukan Hamas tersebut akan membahayakan dirinya dan kedua anaknya.
Baca Juga
Namun, hal tidak terduga dialami Rotem. Pasukan Hamas ternyata menunjukkan sikap yang jauh berbeda dari apa yang dia bayangkan. Salah satu dari anggota Hamas menghampirinya dan berusaha menenangkan dengan berkata, "Jangan khawatir, saya seorang Muslim, kita tidak akan menyakitimu."
Advertisement
Ucapan tersebut seperti memberikan kelegaan bagi Rotem. "Saat itu, saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Saya terduduk bersama anak saya, merasa cemas dan tidak berdaya. Tapi kemudian, salah satu prajurit Hamas dengan sopan membawakan sebuah kursi dari ruang makan," kenangnya.
Meskipun berada di situasi yang memicu ketegangan, pasukan Hamas yang berada di rumahnya justru menunjukkan perilaku yang tidak diduga. Mereka tampak tenang, dan yang lebih mengejutkan adalah, tidak ada niat buruk yang ditunjukkan selama berada di rumah tersebut.
Salah Satu Prajurit Minta Satu Pisang
Berikutnya, satu anggota melihat sesisir pisang di meja. Dengan rasa hormat, prajurit tersebut bertanya apakah dia boleh mengambil salah satunya untuk dimakan.
"Dia benar-benar bertanya dengan sopan. Saya hanya bisa mengangguk dan berkata 'ya, silakan'," ujar wanita itu sambil tertawa sedikit.
Selanjutnya, Rotem menyebutkan bahwa anak tertuanya tampak stres dengan keadaan tersebut. "Di sisi lain, anak bungsuku tidak peduli, dia hanya fokus kepada gawainya."
Seolah tak ingin mengganggu lebih lama, setelah berada di rumah wanita tersebut selama kurang lebih dua jam, para pejuang Hamas pun memutuskan untuk pergi.
"Mereka hanya meninggalkan rumah dengan menutup pintu dengan tenang, seolah tidak ada yang terjadi. Pengalaman itu membuat saya merenung dan melihat konflik ini dari sisi yang berbeda,"Â ucap Rotem.
Sementara itu, ada kisah lain seputar seramnya perang Israel dengan Hamas, terutama dari cerita seorang turis yang mrngaku terjebak bersama kedua anaknya. Adalah Ruslam Benco, turis yang berusaha melakukan segala yang ia bisa untuk memulangkan keluarganya ke Kanada setelah perang Israel dan Hamas berkecamuk. Bersama istri dan dua anaknya yang masih kecil, ia saat ini berada di Tiberias, Israel utara.
"Ini jelas bukan hal yang pernah kami alami," kata Benco pada Global News, dikutip Rabu, 11 Oktober 2023. "Ini gila, (mengalaminya) dengan anak-anak yang masih kecil."
Advertisement
Berusaha Pulang ke Kanada
Mereka datang ke Israel pada akhir September 2023 untuk mengunjungi keluarga istri Benco. Keluarga ini juga mempunyai teman-teman yang saat ini berada di wilayah tengah negara tersebut, dekat dengan lokasi terjadinya pemboman. "Saya tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata," sebutnya.
"Secara harfiah, kondisi ini tidak aman. Saya mau pulang (ke Kanada), tapi negara ini (Israel) sedang berperang," ia menyebut. Benco mengatakan bahwa mereka telah berusaha mati-matian untuk bisa terbang ke luar negeri, namun upaya itu belum juga berbuah hasil.
Air Canada telah membatalkan semua penerbangan ke Tel Aviv, bersama American Airlines, United, dan Delta. Saat ini, mereka telah memesan penerbangan untuk minggu depan menuju Italia, namun turis itu mengaku khawatir penerbangan tersebut juga akan dibatalkan.
Global Affairs Canada mengatakan Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv tetap buka dan beberapa penerbangan komersial beroperasi dan menawarkan bantuan. Tapi, jadwal penerbangan mungkin saja dibatalkan pada menit-menit terakhir.
"Pergi ke bandara, jelas itu risikonya besar," kata Benco. "Jika Anda tidak jadi terbang, Anda harus kembali ke rumah. Itu adalah sesuatu yang berisiko besar."
Risiko Besar untuk Pergi ke Bandara
Ia mengatakan, mereka juga telah menghubungi Kedutaan Besar Kanada di Israel, tapi hanya menerima sedikit bantuan, selain diminta mengikuti instruksi setempat dan mencoba memesan penerbangan melalui Israel Airlines.
"Belum ada dukungan apapun saat ini (9 Oktober 2023)," sebut Benco. "Jadi kami tidak tahu harus berbuat apa. Ada perang di sini. Orang-orang sekarat. Kami hanya ingin memastikan anak-anak kami aman."
Benco mengatakan, ia khawatir ke mana ia akan pergi jika pemboman terjadi di dekat lokasi mereka saat ini. "Anda tetap berada di balik pintu tertutup dan berharap tidak ada yang datang atau Anda memasukkan keluarga Anda ke dalam mobil dan berkendara ke suatu tempat? Tapi ke mana Anda akan mengemudi? Anda tidak tahu harus berbuat apa."
"Saya pikir, beberapa komunikasi pada kami dari pemerintah Kanada mengenai apa yang terbaik untuk dilakukan dan jika ada strategi untuk kami, itu akan jauh lebih baik," sebutnya.
Untuk saat ini, Benco mengatakan, ia dan istrinya berusaha tetap tenang demi anak-anak mereka dan mencari cara untuk meninggalkan negara itu. "Anda tidak akan pernah bisa meremehkan keamanan," katanya. "Ini adalah sesuatu yang harus selalu Anda ingat, karena jika keamanan Anda dilanggar, beberapa hal gila dapat terjadi."
Advertisement