Liputan6.com, Jakarta - Serangan udara terhadap konvoi warga Palestina yang melarikan diri dari Gaza Utara menewaskan sedikitnya 70 orang, termasuk anak-anak berusia dua tahun, menurut laporan. Sebanyak 200 orang lainnya terluka dalam insiden yang terjadi di jalur aman di sepanjang Jalan Salah al-Din di Kota Gaza pada Jumat sore waktu setempat.
Mengutip laman New York Post, Minggu (15/10/2023), jalan tersebut dipenuhi kendaraan ketika warga Palestina berusaha melarikan diri dari daerah kantong tersebut sebelum batas waktu Israel untuk mengosongkan Gaza berakhir. Pasukan Pertahanan Israel membantah bertanggung jawab atas ledakan mematikan tersebut.
Baca Juga
Pihak Israel mengatakan tidak ada indikasi bahwa mereka berada di balik ledakan tersebut. IDF telah memberikan waktu 24 jam kepada lebih dari satu juta warga sipil untuk melarikan diri ke selatan Gaza melalui dua jalan utama antara pukul 10 pagi hingga 4 sore pada hari Sabtu, waktu setempat.
Advertisement
BBC membenarkan bahwa perempuan dan anak-anak termasuk di antara korban. Video yang dirilis Kementerian Kesehatan Palestina menunjukkan kru ambulans tiba di lokasi serangan udara.
Salah satu kru ambulans mendapat kecaman saat mereka sedang merawat seorang gadis muda dan seorang wanita di dalam ambulans. Lebih dari 1.300 warga Israel terbunuh ketika Hamas melancarkan serangan mendadak pada 7 Oktober 2023.
Serangan membantai banyak keluarga, menembak 260 peserta festival musik dan membunuh 40 bayi dan anak-anak. Sejauh ini, lebih dari 2.200 warga Palestina telah terbunuh, termasuk 724 anak-anak.
Sempat Ada Tenggat 6 Jam
Mengutip kanal Global Liputan6.com, Minggu (15/10/2023), perang Israel-Hamas masih belum menyiratkan tanda akan berakhir. Meski sempat ada tenggat waktu 6 jam tatkala israel menjamin keselamatan warga utara Gaza untuk mengungsi ke Selatan.
Melansir Channel News Asia (CNA) melaporkan Israel bersiap pada Sabtu 14 Oktober waktu setempat untuk melancarkan serangan darat di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, usai memerintahkan warga Palestina yang tinggal di wilayah padat penduduk untuk melarikan diri ke selatan menuju perbatasan tertutup dengan Mesir.
Ribuan warga Palestina melarikan diri dari bagian utara Jalur Gaza pada hari Sabtu dari jalur serangan darat Israel yang diperkirakan akan terjadi, adapun Israel menggempur daerah tersebut dengan lebih banyak serangan udara dan mengatakan pihaknya tetap membuka dua jalan agar orang-orang dapat melarikan diri.
Sementara itu, penasihat keamanan nasional Israel memperingatkan kelompok militan Lebanon Hizbullah untuk tidak memulai perang di front kedua, dan mengancam "penghancuran Lebanon" jika hal itu terjadi.
Advertisement
Balasan Israel Atas Serangan Hamas
Saat tenggat waktu enam jam berlalu, pasukan militer Israel dilaporkan berkumpul di sekitar Gaza. Israel sempat bersumpah untuk memusnahkan Hamas sebagai pembalasan atas amukan para anggotanya yang menyerbu kota-kota Israel sepekan yang lalu, menembaki warga sipil dan menyandera sejumlah orang dalam serangan terburuk terhadap warga sipil dalam sejarah Israel.
Setidaknya 1.300 orang tewas dalam serangan brutal yang mengejutkan Israel, karena pembunuhan dan rekaman telepon seluler yang mengerikan serta laporan dari layanan medis dan darurat mengenai kekejaman di kota-kota dan kibbutze (komunitas) yang dikuasai.
Sebagai tanggapan, jet dan artileri Israel melancarkan pemboman paling hebat yang pernah terjadi di Gaza, menjadikan daerah kantong tersebut, rumah bagi 2,3 juta warga Palestina, berada dalam kepungan total.
Pihak berwenang Gaza mengatakan lebih dari 2.200 orang tewas, seperempat di antaranya anak-anak, dan hampir 10.000 orang terluka. Adapun petugas penyelamat mati-matian mencari korban yang selamat dari serangan udara malam hari.
Pernyataan Hamas Terkait Serangan Balik Israel
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden menelepon Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan sambil menegaskan kembali dukungannya, juga membahas koordinasi internasional untuk memastikan warga sipil yang tidak bersalah memiliki akses terhadap air, makanan, dan perawatan medis.
Biden juga berbicara dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang menekankan kebutuhan mendesak untuk mengizinkan koridor bantuan kemanusiaan yang mendesak di Gaza.
Sementara itu, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan warga Palestina akan "tetap tinggal di tanah kami" bahkan ketika satu juta warga Gaza dilaporkan meninggalkan rumah mereka sejak Israel memulai pemboman.
Serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober telah membawa wilayah tersebut ke dalam krisis baru, ketika para pemimpin Israel yang marah bersiap untuk merespons dengan kekuatan yang menghancurkan.
"Tentara dan batalion IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dikerahkan di seluruh negeri dan meningkatkan kesiapan operasional untuk tahap perang selanjutnya, dengan penekanan pada operasi darat yang signifikan," kata militer dalam sebuah pernyataan.
Militer Israel menambahkan bahwa serangan tersebut akan mencakup serangan udara, laut dan darat serta mencakup "arena pertempuran yang diperluas," tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Advertisement